0.1 - They waited for Us.

721 101 33
                                    

Chapter 1

-They waited for Us-



##




Dül Vatsarth, 1878.



Seorang gadis kecil sedang berlindung dibalik selimut tebalnya. Sementara Ibu dan kakak laki-lakinya, berada di ke dua sisi gadis itu seraya memeluknya erat. Mata mereka terpejam ketakutan, namun hati mereka terus berdoa.



Duk Duk Duk

Suara debuman dan gesekan seolah ada hewan buas yang mencoba membobol pintu dan dinding rumah mereka semakin terdengar jelas. Membuat gadis kecil tersebut semakin bergetar akibat ketakutan.


"Ibu, Kakak, aku takut."

Gadis itu memandang mereka dengan mata berkaca-kaca. Ibu dan anak lelaki tersebut saling berpandangan. Bingung bagaimana untuk menenangkan sementara mereka saja dirundung gelisah dan ketakutan.

"Kita akan baik-baik saja." Semoga, tambah laki-laki itu dalam hatinya. Meski ia tidak yakin seberapa lama mereka mampu bertahan.

Lelaki itu melihat ke arah jam dinding, baru pukul tujuh malam. Lebih, mungkin. Lelaki itu semakin pesimis. Kami hanya memiliki waktu sepuluh jam lebih, pikir lelaki tersebut.

Ketika suara-suara gaduh karena membobol dinding dan pintu itu semakin kuat, mereka memutuskan untuk pergi ke ruang berlindung yang lebih aman. 

Dalam gelapnya rumah mereka yang hanya bercahayakan lampu yang temaram, mereka bergerak menuju spatium tectis—ruang berlindung.

Dengan hati-hati mereka bertiga masuk dan mengunci pintu baja setebal satu meter tersebut. Untuk saat ini, keluarga kecil itu bisa menghela napas lega. Ruangan ini dilapisi baja setebal satu meter.

Mereka akan membutuhkan waktu yang lama untuk membobol baja ini.




BRUKK!

Prang!


Tak lama setelah keluarga kecil itu memasuki ruang berlindung, mereka berhasil memasuki rumah kecil itu.

Suara dinding dan pintu yang hancur, membuat keluarga kecil itu saling mendekat dan meringkuk. Juga, hati mereka was-was. Samar-samar, mereka dapat mendengar suara meraung dan suara menggeret seperti benda tajam yang digesekan ke lantai.

Suara pintu yang didobrak secara paksa terdengar. Beriringan dengan itu, pecahan kaca dan suara peralatan yang dihancurkan juga mulai terdengar.


Hal itu terus terdengar sampai beberapa jam ke depan. Kemudian, secara berangsur-angsur suara gaduh itu mulai teredam. Hingga kemudian, kegaduhan itu berhenti hingga tak ada suara apapun yang terdengar.


Hening.


Tidak ada suara cermin pecah atau pintu yang didobrak. Tidak ada suara kaca yang pecah. Juga tidak ada suara mengaum dan mengerang.

The Darkest WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang