Hancur Hatiku

165 5 3
                                    

     Langit senja mulai menampakkan semburat kemerahan. Menandakan sang surya tengah kembali ke peraduan. Semua orang bergegas sampai di rumah sebelum petang tiba. Namun tidak dengan pria tampan yang sedang termenung di bawah pohon kersen di halaman parkir sebuah gedung perkantoran. Sudah sejak dua jam lalu pria itu duduk termangu di atas motornya sambil menopang dagu dengan tangan kanan. Arah pandangannya tertuju pada satu titik, yaitu pintu utama gedung. Dia sedang menunggu seseorang.

     Beberapa menit kemudian, mata pria itu berbinar. Sesosok gadis cantik nan anggun dengan setelan kantor berjalan ke arahnya.

     “Azka.” Gadis itu tersenyum ketika sampai di depan pria bernama Azka. “Udah lama ya nunggu aku? Maaf ya, banyak kerjaan nih. Dan harus aku selsaikan hari ini juga.”

     “Enggak papa, Neng Lila. Aku juga baru kok nunggunya. Kan tadi kamu sms dulu kalau lembur.” Dusta Azka sambil tersenyum. Dia tidak akan mememberi tahu Lila bahwa sebenarnya dia sudah menunggu lebih dari dua jam. Azka rela menunggu lama karena takut kalau dia terlambat menjemput Lila, bisa-bisa gadis pujaannya itu pulang dengan pria lain. Azka tidak rela jika Lila berdekatan dengan pria lain. Kemudian Azka memberikan helm kepada Lila sebelum Lila naik keboncengannya dan mereka pun meluncur membelah kemacetan ibukota.

***

     Lila dan Azka menjadi teman dekat karena Lila sering meminta bantuan Azka untuk mengantarnya berbelanja. Tapi sudah sejak tiga bulan ini Azka memiliki pekerjaan tambahan, yaitu mengantar dan menjemput Lila bekerja. Azka yang memang naksir Lila sejak lama, menawarkan diri untuk mengantar dan menjemput Lila. Azka tidak tega ketika ia sering melihat Lila berangkat pagi pulang malam naik bus sendirian. Saat Lila mengiyakan tawaran Azka itu, hati Azka melambung tinggi. Dia merasa dibutuhkan oleh Lila. Merasa menjadi satu-satunya pria yang bisa berdekatan dengan Lila.

     Sampai suatu hari ketika Azka telah siap menjemput Lila, saat dia sedang memanaskan mesin motornya, ponselnya berdering. Tertera nama “Neng Lila Cantik” pada layar ponselnya. Azka segera menekan tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga.

     “Halo, Neng Lila.” Sapanya semanis mungkin.

     “Halo, Azka. Kamu udah jalan belum?”

     “Ini baru mau jalan, Neng. Ada apa?”

     “Emm … hari ini kamu enggak usah jemput aku ya. Aku berangkat bareng temen. Kita mau langsung ketemu klien soalnya, enggak ke kantor dulu.”

     “Oh gitu. Oke. Tapi nanti aku jemput enggak?”

     “Iya, nanti kamu jemput jam biasa ya. Aku berangkat dulu. See you.”

     Meskipun berat hati Azka mengiyakan permintaan Lila untuk tidak mengantarnya ke kantor. Paling tidak, nanti dia yang akan menjemput Lila. Beberapa menit kemudian Azka pun bergegas berangkat bekerja.

***

     Azka sedang duduk termenung di kamar. Baru saja Lila menelponnya, mengabarkan bahwa besok dia akan berangkat dan pulang bersama teman kantornya. Padahal Azka berencana akan menyatakan cintanya pada Lila. Azka sudah menyiapakan segalanya, dari memesan tempat romantis, kue, bunga dan sebagainya.

     "Kayaknya gagal lagi deh aku nembak Neng." Gumamnya sambil memandangi foto Lila berukuran postcard yang secara sembunyi-sembunyi dia curi dengan kamera telepon selulernya. "Tapi aku enggak boleh putus asa. Besok aku harus bisa nembak kamu, Lila."

***

     Hari-hari terus berlalu, tapi Azka tidak juga punya kesempatan menyatakan cintanya pada Lila. Azka mulai heran sudah dua minggu ini Lila menjadi sering berangkat dan pulang bersama teman kantornya. Dia curiga jangan-jangan Lila punya cem-ceman baru. Dengan tekat bulat, Azka akan mencari tahu penyebab Lila sudah jarang meminta untuk diantar jemput.

     Keesokan harinya, sebelum berangkat bekerja, Azka pergi ke rumah Lila. Dia ingin tahu dengan siapa Lila berangkat. Namun sayang, Azka terlambat. Saat Azka hampir sampai gang rumah Lila, dia melihat sebuah mobil mewah keluar gang itu dan dia sempat melihat Lila duduk di jok mbil itu tanpa tahu siapa pengemudinya.

     Sorenya setelah pulang bekerja, Azka bergegas menuju kantor Lila, seperti biasa dia menunggu Lila di parkiran. Dari sana, Azka melihat Lila naik ke mobil yang tadi pagi menjemputnya. Siapa gerangan? Batinnya. Tanpa pikir panjang, Azka mengikuti mobil yang membawa Lila pergi. Dia sedikit bingung karena mobil itu tidak melaju ke arah rumah Lila. Dia semakin takut terjadi apa-apa dengan Lila.

     Ketika akhirnya mobil itu berhenti di depan sebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi ke atas, Azka segera menghentikan laju motornya. Kini segudang rasa curiga memenuhi pikirannya. Tapi Azka tertegun melihat Lila dengan wajah berseri turun dari mobil dibantu oleh seorang pria sangat tampan yang mirip dengan aktor Indonesia berbakat, Nicholas Saputra. Mereka tampak serasi dan bahagia. Azka mengingat-ingat selama bersama dirinya pernahkah Lila sebahagia itu. Semakin mengingat, semakin Azka sadar Lila tidak pernah sebahagia seperti saat persama pria itu. Hati Azka hancur. Dibanding pria itu, dia tidak ada apa-apanya. Dengan keberanian yang pas-pasan segera Azka menghampiri Lila, hendak menanyakan siapa pria tersebut.

     “Neng Lila.”

     “Oh, Azka. Kok ada di sini? Lagi nganter klien ya?” Lila tampak terkejut mendapati Azka berada di daerah yang sama dengannya saat ini.

     “Eh iya. Siapa dia, Neng?” Tanpa basa-basi Azka menanyakan siapa pria mirip Nicholas Saputra itu. Pipi Lila langsung bersemu. Dengan malu-malu, Lila mengenalkan pria itu pada Azka.

     Betapa tercengangnya dia saat mengetahui pria bernama Raziel itu adalah kekasih Lila. Mereka baru dua minggu berpacaran. Azka merasa kecil dan buruk rupa. Hatinya hancur dan mungkin tidak bisa diperbaiki lagi. Apalagi saat mendengar perkataan Lila.

     “Azka, sekarang aku udah punya pacar. Jadi udah ada yang antar dan jemput aku kalau ke kantor. Maaf ya, aku enggak numpang ojek kamu lagi. Untuk sisa biaya langganan ojek bulan

ini, buat kamu aja. Anggap aja bonus buat kamu.”

     Setelah mengatakan itu, Lila dan Raziel masuk ke dalam rumah, meninggalkan Azka yang mematung dengan hati hancur berkeping-keping di tempatnya berdiri. Azka begitu hancur mendapati kenyataan pahit ini. Kemudian dia mengendarai motornya menuju rumah sambil menyanyi lagu Hancur Hatiku.

Hancur Hatiku (Hantu)

by Olga Syahputra

Hancur hancur hatiku

Hancur hancur hatiku

Hancur hancur hancur hancur hatiku

Hancur hancur hancur hancur hatiku

Hancur hancur hancur hatiku

Hancur hancur hancur hatiku

Hancur hancur hancur hatiku

Hatiku hancur

Hancur hancur hancur hatimu

Hancur hancur hancur hatimu

Hancur hancur hancur hatimu

KASIAN DEH LO....

http://lirik.kapanlagi.com/artis/olga_syahputra/hancur_hatiku_%28hantu%29

SELESAI

Cerita ini adalah cerita yang saya buat untuk House of Romance Writing Challenge #4 De'Galau Romance Song. Terima kasih sudah membaca.

Love yaa,

dc

Jars of CandiesWhere stories live. Discover now