§ Chapter 5: AIR MATA KEBAHAGIAAN

9 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DI TENGAH PERJALANAN...

~Yamaiko's POV~

"Huh, jantungku rasanya hampir lepas! Apa-apaan dia! Bagaimana bisa dia tampil seperti itu? Bahkan untuk sekarang aku tidak berani menatap wajahnya. Manis sekali" Aku memasukan tanganku ke dalam saku mantelku karena suhu sangat dingin. Aku lupa mengenakan kaos tangan karena terburu-buru untuk pergi. Tapi syukurlah, Yuko memakai kaos tangannya. Aku tak tega melihat tangannya kedinginan atau melihatnya jatuh sakit lagi. Aku mulai mencuri pandangan ke arahnya.

"Apa?" Astaga aku ketahuan. Aku segera membuang wajahku ke sisi lain.

"Tidak" Jawabku gugup. Aku menyembunyikan wajahku yang sepertinya sedang memerah.

Kami berjalan berdua di kilauan lampu jalan yang berwarna-warni. Kami belum membuka percakapan sejak tadi. Itu membuat suasana sedikit canggung. Yuko berjalan tepat di depanku. Jujur, ini pertama kalinya aku berjalan bersama wanita selain ibuku. Sebelumnya aku tak pernah pergi dengan wanita atau pun membicarakan wanita. Entah kenapa itu membuat kepalaku pusing dan mual. Tapi, ini berbeda. Aku merasakan aura yang aneh.

"Apa tak apa?" dia bertanya sesuatu yang tak kumengerti.

"Hmm?" itu berarti aku bertanya 'maksudnya'.

"Apa tak apa kau menemaniku berjalan-jalan malam-malam begini?" ia bertanya tanpa menatapku. Ekspresi yang dingin.

"Memangnya kenapa?" Aku ganti bertanya.

"Aku tak pernah keluar malam. Dan ini pertama kalinya untukku." Oh benarkah? Aku terkejut. Wanita seperti dia? Apa dia berbohong?

~Author's POV~

"Are you serious about that?" tanya Yamaiko.

"Of course. I don't lie" Yuko menatap ke arah Yamaiko. Matanya memancarkan kejujuran dari hatinya. "Ayahku sibuk dan ibuku selalu pergi ke luar negeri. Entah kenapa aku merasa gembira saat berada dengan keluargamu. Ibumu, adikmu, dan khususnya kau. Kalian sangat baik dan menyenangkan. Aku menemukan kehangatan sebuah keluarga yang telah bertahun-tahun hilang dari keluargaku. Aku merasa kesepian dan aku benci keluargaku. Aku tak pernah dihiraukan dan sepertinya keberadaanku di dunia ini pecuma saja. Aku berharap tak dilahirkan di dunia ini" Air mata Yuko menetes. Tanpa sadar ia telah menangis di hadapan seorang laki-laki yang baru ia kenal.

Yamaiko mengusap air mata yang menetes di pipi Yuko. Ia tak sanggup melihatnya menangis. Padahal, selama ini ia tak peduli dengan wanita. "Jangan menangis!" Yuko membuka matanya. Tanpa sadar ia telah berada di pelukan Yamaiko. "Aku akan berjanji membuatmu bahagia malam ini. Dan kumohon jangan menangis lagi."

~Yuko's POV~

Aku mendongak ke atas. Aku menatap wajah Yamaiko yang berkarisma. Tatapan matanya teduh. Aliran darahku bak mengalir dengan derasnya menuju ke wajah. Aku tak percaya aku bisa seperti ini di hadapannya. Hanya di hadapan Yamaiko. Aku yang selama ini dingin dan pelit terhadap kata-kata bisa menangis di depan Yamaiko itu sungguh membuatku syok. Jantungku berdegup kencang. Kakiku tiba-tiba gemetar. Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku ingin sekali mengatakan sesuatu kepadanya. "Ya.. Yam.. Yamaiko?"

"Ya?" dia menundukan wajahnya dan menatap kepadaku. Mata kami bertemu. Dia masih mendekapku lembut.

"Arigatou ne" Aaa tidakkk....!!!Pipiku memerah! Aku benar-benar malu.

"Hmm" Dia tersenyum. Kedua matanya membentuk seperti bola sabit sehingga menambah ketampanan wajahnya. "Ayo kita lanjutkan perjalanan."

"Ya!" Aku sangat bersemangat. Dia menggandeng tangan kananku sehingga langkah kami sejajar. Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Tapi yang terpenting... aku sangat bahagia.

-Di stasiun kereta-

"Ini, minumlah!" Yamaiko memberiku sekaleng kopi karamel. Aku menerimanya dengan kedua tanganku. Sepertinya ini cocok untuk keadaanku saat ini karena aku merasa mengantuk setelah berjalan kaki selama 20 menit menuju stasiun. Mungkin ini karena aku jarang sekali berjalan kaki karena selalu ada sopirku yang setia mengantarku ke mana pun aku pergi apa lagi dalam waktu yang cukup lama. Yamaiko berkata kereta yang akan mengantar kami ke pusat kota akan tiba lima menit lagi. Aku rasa kami akan terlambat untuk datang ke perayaan.

"Yuko? Apa kau baik-baik saja?" Yamaiko bertanya kepadaku. Mungkin wajahku terlihat sedih sehingga dia bertanya begitu.

"Ah tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." Jawabku untuk menyenangkan hati Yamaiko meski pun dia tahu aku berbohong. Dia hanya tersenyum. Aku senang melihatnya tersenyum. Aku merasa lebih baik. Aku tahu dia tidak pernah menunjukan senyumannya kepada wanita. Dan itulah yang membuatku senang. Senang dapat menjadi wanita yang melihatnya tersenyum malam ini.

Seketika aku mempunyai perasaan yang aneh terhadap Yamaiko dan aku tidak mengerti perasaan apa itu. Aku tidak pernah merasakannya sebelumnya. Mungkin aku akan mengatakannya pada Yamaiko. Ya, aku harus! "Yam..."

"Yuko, keretanya sudah datang. Ayo kita maju ke depan." Aku kecewa karena aku tak bisa mengatakannya. Tapi, Yamaiko menggandeng tanganku lagi. "Yuko, apa tak apa jika kugandeng tanganmu? Aku takut kita akan terpisah karena di sini sangat ramai."

"Tak apa" Aku tersipu malu. Untungnya kami dapat masuk ke dalam kereta walau harus berdesakan dengan penumpang yang lain. Kereta ini sangat ramai. Mungkin banyak orang yang ingin datang ke perayaan.

Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Keadaan kereta yang ramai dan sesak membuat jarakku dan Yamaiko yang sedang berdiri berhadapan di dekat pintu kereta menjadi semakin dekat. Wajahku hampir menempel di dadanya. Aku tak berani menatap wajahnya.

~Yamaiko's POV~

Sial! Keramaian kereta ini membuatku mati gaya. Tubuhku membeku. Terlebih lagi di depanku berdiri seorang wanita yang membuatku... membuatku... jatuh cinta. Sekarang aku tak berani menatapnya. Perjalanan dari sini ke pusat kota membutuhkan waktu tujuh menit. Tapi apa aku mampu menahan gejolak di hatiku selama tujuh menit? Aku berharap aku tidak akan melakukan sesuatu di luar kesadaranku.

~Author's POV~

SREETTT...

Pintu kereta terbuka. Yuko dan Yamaiko segera turun dari kereta. Mereka berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya.

-Di Pusat Kota-

"Hosh.. Hosh.. Hosh..Kita terlambat lima menit. Maafkan aku Yuko." Yamaiko dan Yuko akhirnya sampai di pusat kota dengan nafas tersengal-sengal.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selamat malam! Hoammm author ngantuk nih para readers -.- 

mana bentar lagi ujian praktek. Sepertinya author mau ngucapin perpisahan karna author mau rehat sejenak buat nyiapin ujian :v

Huhuhu doain ya readers moga author dapet nilai bagus. Aamiin. Vote dan komentarnya jangan sampek ketinggalan selama author kagak ada. jangan bikin author sedih T.T

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 13, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Part of My HeartWhere stories live. Discover now