seize || 16

2.6K 487 109
                                    

Luke terus menyetir dalam diam. Sama seperti gadis blonde disebelahnya yang juga membungkam. Luke terus menerus melirik ke sebelahnya tanpa mengatakan apapun. Ia berharap gadis itu mengerti apa yang Ia mau tanpa harus berkata lagi.

Namun tetap saja, meski sebenarnya gadis itu mengerti, Ia tidak akan angkat bicara.

"Lauren talk to me, oh gosh," Ucap Luke akhirnya. Ia sudah tidak tahan memendam kekesalannya. Dan lagi, gadis disampingnya tidak merespon. Lauren tetap membisu dan menatap keluar jendela.

"Lauren!" Luke membentak. Membuat Lauren tersentak dan langsung menatap Luke tajam.

"What the hell!?" Balas Lauren dengan bentakan pula.

"Can you just..Argh!" Luke secara tiba-tiba menghentikan mobilnya. Membuat mobil-mobil dibelakang langsung mengklakson marah.

"Mobilmu menghalangi jalan, Luke," ucap Lauren gelisah sambil menengok ke belakang.

"Talk to me then," Luke kini duduk menghadap Lauren dengan tangan terlipat di dada.

"Pinggirkan dulu mobilnya!" Luke akhirnya meminggirkan mobilnya lalu menatap Lauren menunggu jawaban.

Lauren mendengus pelan dan memijat pelipisnya. Ia bersandar lemah dan menutup matanya.

"Why i left you? Because i think.." Lauren menggigit bibirnya melirik Luke yang siap mendengarkan lanjutan perkataan Lauren.

"I think we don't belong together. Kau tau begitu banyak masalah yang datang saat kita sedang bahagia. Mulai dari Kayn, Abby, lalu kau koma, dan lalu Michael, lalu masalah mom Liz. Kau tau Luke? Ku pikir ini sinyal bahwa kita memang tidak jodoh,"

"That's silly oh God," Luke tergelak menatap Lauren heran. "Konyol, itu sangat konyol. Hanya karna itu!?"

"Bukan hanya itu. You just don't know how it feels when your mom calls me..a bitch. Aku seorang wanita dan itu sangat menyakitkan, Luke!" Lauren mulai menangis. Luke diam.

"Ketika kekasihmu koma, kau ingin sekali menemuinya, merawatnya, memeluknya dan menciumnya, tapi kau bahkan tidak diperbolehkan masuk. Kau bahkan tidak boleh melihat kekasihmu meskipun hanya dari jendela. Bagaimana perasaanmu Luke!?" Lauren mencurahkan semua yang ada dihatinya. Tanpa aba-aba Luke meraih tangan Lauren, menariknya mendekat, dan memeluknya.

"I'm sorry baby i'm sorry. It's okay. Maaf aku sudah membentakmu. Aku hanya frustasi kenapa kau meninggalkanku. Just, don't ever leave me again, okay?" Luke mengusap puncak kepala Lauren lembut. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Sementara Lauren membenamkan wajahnya ke tubuh Luke dan menangis.

"I miss you, Larry," ucap Luke lagi lalu mengecup puncak kepala Lauren. Lauren melepaskan pelukannya lalu mengusap pipinya yang basah.

"Maaf, mungkin aku terlalu berlebihan. Run away from you is a bad idea huh?" Lauren terkekeh pelan.

"Mungkin itu wajar. Kau hanya ingin pergi dari rasa sakitmu. Sayangnya kenapa kau membuat drama bahwa kau meninggal?"

"Meninggal? Maksudnya?"

"Kau mengarang tentang Victor Harper, lalu kuburan itu, kau niat sekali ingin kabur,"

"Tunggu dulu. Sumpah aku tidak mengerti. Dan bagaimana kau tau tentang Victor Harper? Dia fans ku,"

Luke bingung. Dia pikir Lauren telah merencanakan drama kematiannya agar membuat Luke tidak lagi mencarinya. Luke pun menceritakan semua yang terjadi di Edinburgh.

"Aku sama sekali tidak tau tentang itu. Sungguh. Memang, sewaktu aku di Edinburgh, aku mengalami kecelakaan kecil. Mobilku menabrak trotoar. Namun tidak parah. Aku tidak luka. Dan soal Victor Harper, dia adalah gadis yang tinggal di sebelah apartmenku di Edinburgh. Dia mengetahui bahwa aku adalah Lauren Reed. Dia adalah fans ku dan Ia mengikuti semua gayaku. Ku ulangi, semua gayaku,"

"Jadi mungkin tidak heran jika Victor mirip sekali denganku,"

"Jadi selama ini aku menangisi kematian Victor Harper? Lucu sekali," Luke terkekeh. Mereka saling pandang. Rasa rindu yang sudah setahun terpendam tidak mungkin bisa hilang dengan cepat.

"Sekarang mulai dari awal ya?" Luke menggenggam tangan Lauren erat.

"Tapi ibumu.."

"Michael sudah menjelaskan semuanya kepada mom. Michael sudah minta maaf atas semua kesalahannya. Mom sudah percaya dan bahkan Ia menyesal telah memperlakukanmu seperti itu,"

Lauren tersenyum lega,"Let's start again."






"Hey, are you okay?" Sebuah suara mengejutkan Lyone yang sedang duduk termenung di pojok bis. Lyone menoleh dan mendapati Calum yang sudah mendaratkan bokongnya di sofa depan Lyone. Lyone tersenyum tipis.

"I'm okay," jawab Lyone pelan.

"You sure?"

"Yap,"

"I know what you feel, Lyone," ucap Calum sambil memperhatikan wajah Lyone yang asik menatap ke jalan.

"Maksudnya?"

"I know you love him,"

"Who?"

"Luke fucking hemmings. Jangan berlagak bodoh, Lyone," Calum memutar bola matanya.

"Haha no. Aku tidak menyukainya,"

"Bullshit. Semua tau soal itu. Bahkan Luke pun tau. Jangan coba mengelak,"

Lyone mendengus pelan,"Okay i love him. Puas?"

Calum tersenyum,"Luke dan Lauren itu sepasang kekasih yang super duper romantis. They are cute. And i ship them so hard. Dan hanya Lauren yang pantas dengan Luke. Tidak ada yang bisa menggeser posisinya termasuk kau, Lyone."

"Bukannya aku ingin membuatmu semakin sedih, tapi itu memang kenyataannya. Jangan mimpi untuk–"

"Stop, stop, stop! Kau hanya membuatku semakin down. Apa memang kau ingin membuatku semakin terpuruk, hah!?" Lyone menyela perkataan Calum dan emosinya mulai tersulut. Calum terkekeh.

"Calm down, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja, lupakan Luke. Cari yang lain, oke?" Calum bersiap beranjak dari duduknya.

"Aku bisa membantumu untuk melupakan Luke. Aku juga siap jadi pelarianmu, Lyone," Calum memberikan wink kepada Lyone sebelum akhirnya Calum berjalan dan menghilang menuju bunk nya.

Pelarian? Apa dia gila?

***

Maaf ya chap ini ga bagus. Ini cuma chap penjelasan kenapa Lauren kabur dan siapa Victor Harper.

Gue stuck banget.

Tiga chap lagi coma selesai yayyy

Abis coma selesai maunya gmn?

iPhone 3 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang