trois || 3

3.1K 558 38
                                    

Lauren dapat merasakan nyeri yang menjalar dari tangannya. Diusapnya bekas merah itu lalu menatap Michael dengan sendu.

"Not a dream," Lauren tersenyum pilu.

"Sudah berapa kali kau minta aku mencubit lenganmu. Kau tak kunjung percaya," kini Michael mengambil tangan kanan Lauren yang tadi Ia cubit lalu mengusapnya pelan.

"Aku tidak berani masuk, Mike. Aku tidak akan tahan melihat kondisinya," ucap Lauren dengan suara pelan.

"Luke membutuhkanmu, Lauren. Meskipun Ia tidak sadar, tapi Ia pasti membutuhkan dirimu berada didekatnya," ucap Michael meyakinkan Lauren. "Pokoknya setelah mom Liz dan Ben, kau akan masuk. Kalau perlu aku yang menemanimu."

Lauren hanya diam mendengar perkataan Michael. Ia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Luke, orang yang sangat dicintainya, mengalami kerusakan otak yang parah dan terancam cacat atau amnesia. Tidak, Lauren tidak sanggup membayangkan jika Luke sudah bangun nanti. Jika Luke tidak akan mengingatnya. Jika Luke tidak akan mengingat semua kenangan manis yang sudah mereka lalui. Atau mungkin Luke yang cacat, yang membuatnya tidak dapat kembali bermain band. Lauren menggeleng kepalanya mencoba mengusir semua pikiran buruk itu dari otaknya. Luke pasti akan sehat seperti semula. Pasti.

Tak lama, mom Liz dan Ben keluar menenteng jubah putih yang biasa dipakai untuk penjenguk. Wajah Liz sangat kacau. Dari tadi Ia memang terus menangis. Liz menghampiri Lauren sambil tersenyum paksa.

"You turn," ucapnya sambil menyerahkan jubah putih yang dipegangnya. Dengan ragu Lauren mengambilnya. Sedangkan Ben memberikan jubah putih itu kepada Ashton, selaku yang tertua di 5sos. Akhirnya Lauren dan Ashton memasuki ruang inap Luke. Suasana ruangan yang dingin membuat Lauren semakin berdebar. Ia berharap keadaan Luke tidak se-mengenaskan seperti apa yang Ia bayangkan.

"He'll be fine," bisik Ashton yang seakan tau apa yang sedang Lauren pikirkan.

Dan ketika mereka masuk, terlihat seorang lelaki dengan selang dimulutnya, perban yang melingkari kepalanya, bahkan penyangga leher yang menandakan bahwa bagian tubuh itu patah, serta luka yang menghiasi sekujur tubuhnya. Meski kepalanya tertutup perban, Lauren masih bisa melihat rambut dirty blonde yang sangat Ia kenal serta lipring yang masih menggantung dibibirnya. Lauren mendekat perlahan ke samping tempat tidur lelaki itu. Lauren dapat mendengar nafas berat kekasihnya. Ia bernafas. Hanya saja, Ia tidak sadar. Lauren menahan tangisnya. Dipegangnya tangan Luke yang dingin, pucat, serta dihiasi infus. Tangan Lauren gemetar. Sedangkan Ashton terdiam membeku disamping Lauren. Seperti tak percaya sahabatnya benar-benar sekarat. Untuk beberapa saat ruangan itu sunyi. Yang terdengar hanya bunyi mesin untuk melihat detak jantung dan nafas Luke yang berat.Lauren terduduk di kursi yang ada disamping ranjang Luke dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Luke. Ia menunduk membenamkan wajahnya ke lengan Luke. Seketika terdengar isak tangis Lauren.

Lauren sudah tidak sanggup menahan tangisannya. Ia benar-benar terisak. Bahkan setengah menjerit. Jeritan pilu. Samar-samar terdengar Lauren berkata sesuatu.

"Bangun, Luke..Bangun, dasar bodoh. Kenapa kau tidur?!"

"Lauren tenanglah.." Ashton mengambil kursi dan duduk disamping Lauren. Ia memeluk tubuh Lauren dari samping dan memberikan ketenangan. Bagi Lauren, itu tidak mempan. Saat ini yang dapat menenangkannya hanyalah Luke. Ia hanya mau Luke membuka mata dan memeluknya erat.

"Luke..! Bangun..Jangan begini. Jangan begini..Aku sayang padamu, kembalilah..!" Lauren kembali menjerit lagi. Jeritannya tidak terlalu terdengar karena Lauren terus membenamkan wajahnya di bahu Luke.

"Lucas..bangunlah..Aku tau kau mendengarku,"

"Lauren, sudah tenanglah.." Ashton terus menenangkan Lauren.

"Bagaimana bisa aku tenang sedangkan orang yang aku sangat cintai tidur lemah tak berdaya seperti ini!? Tak ada yang bisa menenangkanku sampai Luke bangun!" Lauren emosi dan berteriak pada Ashton. Ashton begitu terkejut lalu Ia hanya diam dan menyaksikan Lauren terisak seperti orang gila.

"Aku akan meninggalkanmu dengan Luke," Ashton memutuskan untuk keluar dan membiarkan Lauren tenang. Ashton keluar dan ternyata sudah bertambah satu lagi anggota yang menunggu Luke. Adam. Mereka semua bingung melihat Ashton yang hanya keluar sendirian.

"Dia terpukul sekali. Menangis, menjerit, aku jadi ngeri melihatnya," ucap Ashton lalu duduk sambil menutupi wajahnya dengan topi milik Michael.

"Kenapa kau tinggalkan? Harusnya kau tenangkan dia, Ash. Kau ini," Bryanna pun langsung mengambil jubah putih milik Ashton dan mendatangi Lauren. Bryanna begitu shock melihat keadaan Luke. Ia mendekati Lauren yang tangisnya sudah tidak terdengar lagi. Lauren hanya memandangi wajah Luke yang pucat.

"Hey Larry," Bryanna mengusap punggung Lauren. Lauren mendongak lalu tersenyum.

"Aku merasa bersalah pada Ashton. Maaf aku begitu berlebihan," Ucap Lauren menyesal karena sudah membentak Ashton.

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Ashton mengerti. Kita semua mengerti kenapa kau begitu," Bryanna tersenyum memberikan ketenangan pada Lauren. Lauren memeluk Bryanna. Lalu Lauren memutuskan untuk keluar dan memberikan kesempatan penjenguk lain untuk masuk.




Lauren tersenyum pada setiap orang yang menyapanya. Ia begitu dikenal orang. Bahkan dokter-dokter yang lewat pun menyapanya. Lauren dengan semangat menenteng satu kantong plastik bening berisi beberapa kotak, surat, serta satu bucket bunga yang Ia beli. Kotak-kotak serta surat itu berasal dari penggemar 5sos yang dikirim ke alamat basecamp 5sos. Tentu saja semua itu berisi tentang bagaimana sedihnya mereka ketika tau kondisi Luke, dan kado-kado untuk Luke. Namun mereka tidak tau bahwa Luke coma. Mereka hanya tau Luke kecelakaan. Sebelum menuju rumah sakit, Ia memang sempat menuju basecamp dan bertemu dengan Calum dan Michael dan sengaja membawakan kiriman itu kepada Luke. Meski Ia tau Luke tidak akan sadar tentang itu.

Lauren memasuki ruang inap Luke. Yang seperti biasa sunyi. Luke tidak ada yang menjaga karena semua orang begitu sibuk. Termasuk mom Liz yang harus berangkat ke London untuk suatu pekerjaan. Sehingga mom Liz meminta Lauren yang menjaga Luke. Dan Lauren benar-benar meluangkan seluruh waktunya untuk menjaga Luke dan meliburkan diri.

"Good morning, Lucas," Lauren menyapa Luke yang terbaring ditempat tidur. Ia seketika tersadar bahwa Luke tidak akan bisa merespon sapaannya. Tapi Ia tidak peduli. Kata orang, seseorang yang coma akan lebih cepat sadar bila Ia diajak bicara. Well, Lauren tidak peduli jika Ia dikatai orang gila.

"Aku membawa barang-barang dari fans mu," Lauren duduk disamping ranjang Luke dan mengeluarkan isi plastik yang Ia bawa.

"Akan kubukakan terlebih dulu kado-kado ini," Lauren mengambil salah satu kotak berbungkus kertas gambar pinguin. Didalamnya terdapat sebuah selimut bergambar pinguin.

"Ini selimut pinguin. This is cute, Luke. Kado kedua isinya sebuah kaos All time low. Wow, ini limited edition," Lauren berbicara pada Luke. Sedangkan Luke sendiri tentu saja tidak menggubris. Seketika Lauren merasa sakit. Hatinya sakit melihat Luke yang diam tak berdaya. Luke tidak dapat merespon semua yang Ia ucapkan. Air mata Lauren kembali menetes. Kini hatinya benar-benar rapuh. Digenggamnya tangan Luke yang dingin.

"Please, come back to me," ucap Lauren lirih.





maaf baru update :(

iPhone 3 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang