Part 2

8.7K 814 81
                                    

"Astagfirullah!!!!" Teriakku saat membuka mata. Ada Pria botak berdiri sambil menenteng keranjang buah. Aku yang tidur di bawah beralaskan selimut bersama adik-adikku beringsut mundur. Ini dada berdebar kencang sekali. Tau sendiri kan kalau pas kita bangun tidur itu terus di kaget kan. Perasaan jadi kacau. Ini Pria botak kenapa ada disini?. Otakku mikir cepat, ya Pria ini pasti mau mengambil jaketnya yang aku lupa mengembalikannya.

"Pagi Eka" Tidak lupa senyum khasnya. Aku yang nyawanya masih melayang-layang, diam saja sembari mengerutkan keningku. Ini Pria buat aku merana sepertinya kalau dekat dengannya. Aku berdehem setelah nyawaku setengah kumpul.

"Pagi" Aku berdiri, ia tadi melihat aku tidur tidak ya?. Bisa turun pamorku kalau ia mendengar aku mendengkur atau ileran. "Kamu ke sini mau ngambil jaket ya? Sebentar" Aku mengambil jaket di atas nakas. "Ini"

"Apa kamu tidak perlu lagi?" Tanyanya masih dengan bahasa formal.

"Nggak kok, lagian kan ini punya kamu. Ambil deh" Aku menyodorkan padanya.

"Baiklah" Di sampirkan ke lengannya yang berotot itu. Sekarang ia mengenakan kemeja navi dengan warna jas abu-abu. Ini orang kerjanya apa sih rapih sekali. "Ini untuk adikmu" Ia memberikan keranjang buah.

"Nggak usah ngerepotin" ucapku seraya mengambilnya. Kan sayang kalau tidak di terima mubajir. "Terimakasih"

"Kak Eka, ibu kemana?" Tanya Budi yang baru bangun tidur. Nah, benar juga ibuku kemana? Kenapa Pria ini ada disini terus kenapa ia tau kamar inap Danu?. Dasar Pria botak misterius.

"Ibu keluar kali" sahutku malas. Si ibu bukannya mengurus anak malah kabur entah kemana.

"Kak Eka gendong" Ia merentangkan tangannya padaku. Hadeuh, malas!!!. Adik ke 4 ku manja sekali usianya baru 4 tahun. "Adek, manja banget!" Omelku.

"Biar saya yang menggendongnya" celetuknya lalu menggangkat Budi. Aku melotot, ia mau menggendong adikku??? OMG!!!.

"Om botak ya?" Ucap Budi. Waduh, ini anak minta di pites. Kalau Pria itu marah tinggal di banting saja beres. Bisa gawat ini kalau Pria itu mengamuk.

"Iya" balasnya lalu tersenyum miring. Aku terharu baru kali ini ada yang mau menggendong adikku. Dulu aku pernah punya pacar tapi ia selalu menolak jika adikku minta di gendong.

"Nggak punya lambut?" Hadeuh, ini anak ya iyalah botak tidak punya rambut!.

"Iya" jawabnya dengan sabar. Budi tertawa senang. Ia mencoba menyentuh kepala Pria itu, ia kegelian. Tidak kebayang kalau aku juga menyentuhnya pasti geli-geli mau.

"Eka" Ibuku membuka pintu. Kami menengok ke arah pintu. "Eh, ada tamu"

"Pagi, bu.." sapanya.

"Pagi, maaf ya kamarnya tidak ada kursinya" Ibuku tak enak hati. Memang kami semua berdiri. Kamar inapnya hanya ada ranjang pasien dan 1 kursi walaupun ruangannya lumayan besar.

"Tidak apa-apa, bu" Aku melirik ibu selalu melihat kepala Pria itu, bibirnya seperti menahan tawa.

Ibu membawa plastik putih dari baunya aku tau itu makanan. Aku lapar!!.

"Eka, tadi ibu mau beliin bubur eh taunya abis. Kamu beli sendiri aja ya" Di baginya satu persatu kepada adikku sedangkan aku melongo. Budi yang minta diturunkan karena ingin makan buburnya.

"Kita makan diluar ya Eka" serunya. Aku baru sadar ia masih disini.

"Nggak usah!" Ucapku. Aku kesal dengan ibuku yang selalu mementingkan adik-adikku ketimbang diriku ini yang masih butuh kasih sayang orangtua.

"Udah makan diluar, nolak rezeki nggak baik" seloroh ibuku itu yang selalu setia dengan daster kemana pun kecuali kondangan.. Aku menatap Pria itu.

Love Is Simple (GOOGLE PLAY BOOK)Where stories live. Discover now