3. The Wedding.

89.5K 3.5K 55
                                    

KELUARGA PETERSON sudah sampai di depan rumah sederhana, yang begitu sejuk karena banyaknya tanaman di halaman rumah itu.

Setelah menekan bel beberapa kali, akhirnya pintu itu terbuka, seorang wanita muda dengan tampilan casual ala rumahan lah, yang membukakan pintunya.

Jangan bilang wanita tak berbentuk itu yang akan menjadi calon istriku?

"Aceline?" Tanya Jane Ibu Arvin, pada wanita yang masih terdiam dengan wajah bodohnya di ambang pintu.

Tak lama wanita itu mengangguk tanpa disangka, Jane dengan sepontan memeluknya sangat erat. Hingga ia sulit untuk bernafas.

"Jane?" panggilan itu membuat Jane melepaskan pelukannya pada tubuh Aceline. "Hanny." pekik Jane seraya meyerobot masuk menghampiri sahabat lamanya itu.

"Silahkan masuk." Aceline membuka pintu dengan lebar, meminta kedua pria berbeda usia itu. Agar masuk kedalam rumahnya.

"Hai Aceline, perkenalkan saya Jane, teman ibumu sejak kami masih duduk di bangku sekolah." Ujar Jane riang, lalu di angguki oleh Hanny.

"Senang bertemu anda, Tante Jane." Ujar Aceline tak kalah riang.

"Mulai dari sekarang, biasakan untuk memanggilku Mama, tidak ada kata Tante setelah kau dan Arvin anakku menikah nanti." Ujar Jane cepat, seketika Arvin yang sedang meminum airnya tersedak. Aceline terdiam mencerna perkataan wanita setengah baya di hadapannya itu.

"Kau belum memberi tau anakmu, Hanny?" Tanya Marvin Ayah dari Arvin, Hanny menggeleng pelan seraya tersenyum sedih. Dia belum sempat memberitau Anaknya akan perjodohan ini, karna terlalu sibuk untuk pemakaman kemarin.

"Begini Aceline, kami datang kesini ingin membicarakan tetang perjodohan kalian. Kami berniat akan menjodohkan kau dan Arvin sejak dulu. Dan pernikahan kalian akan di adakan 2 minggu dari sekarang." Perkataan Marvin, sukses membuat Aceline dan Arvin terperanga.

Apa katanya? Aku akan apa? Dengan siapa? Berapa minggu lagi?

"AYAH!" bentak Arvin kesal akan keputusan mendadak dari ayahnya. Marvin hanya tersenyum menghadapi kemarahan dari putranya itu. tak ada yang boleh menentangnya.

*****

ARVIN mengitari ruang kerjanya dengan gusar, sungguh dia ingin sekali pergi dari rumah ini. Dia tak ingin menghadapi pernikahan yang tinggal menghitung hari itu. Kenapa wanita itu, tidak menolak perjodohan konyol ini, kenapa wanita itu dengan tenang malah menyetujuinya?

"Arvin." Panggilan di balik pintu membuat langkah tak menentu Arvin terhenti.

"Aceline, sudah menunggumu di bawah Nak, kalian harus kebutik Tante Catreen untuk mencoba baju." Arvin menghembuskan nafas kasar, lalu mengikuti perinta dari Ibunya.

Kita mulai permainan ini nona,kau akan merasakan bagaimana menderitanya dirimu karna merusak kebahagiaan kunanti.

Arvin berjalan menuruni tangga rumahnya, Aceline lumayan terpesona melihat pria itu menuruni tangga, dengan kaki panjangnya. Arvin sangat tampan dan Aceline menyadari itu, dia terperangkap oleh pesona calon suaminya itu. Dari saat awal mereka bertemu.

"Ayo!!" ajak Arvin dengan tatapan datarnya, Aceline langsung berdiri dari duduknya lalu segera berpamitan pada Jane.

"Kami pergi dulu, Tante." pamit Aceline dengan sopan, Jane tersenyum seraya memeluk Aceline sebentar. Lalu mengantarkan calon menantunya itu ke halaman rumahnya.

Aceline hendak menanyakan kabar pria itu, tapi Arvin menatapnya dengan Dingin. Aceline merasa ada yang mengganjal di tenggorokannya sehingga tak ada suara yang keluar, dia bergegas untuk mengikuti Arvin yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobilnya.

THE PAIN OF LOVE ( TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT)Där berättelser lever. Upptäck nu