"Anjay, kotor! Lo bersihin dulu gih itu idung. Gue ke lapangan duluan. Jangan lama-lama, anak-anak udah nungguin."

Jungkook mengacungkan jempolnya seraya berbelok masuk ke dalam toilet pria.

☆☆☆


"Kak, gue pulang duluan aja deh." Kata Yerim pada Yugyeom ketika abangnya itu menghampirinya.

"Jidat lo kenapa?"

Yugyeom mengambil tangan Yerim yang mencoba menutupi kepalanya yang memerah. Yerim meringis kemudian memeluk Yugyeom. Menangis manja pada abangnya. Kebiasaan.

Yugyeom dengan kejamnya mendesis, "De, lepasin! Bikin malu aja!"

Yerim dengan patuh melepaskan pelukannya dan cembetut.

"Loh, kepalanya kenapa, De?"

Suara itu. Suara berat dan merdu itu. Suara pangeran impiannya. Pangerannya berjalan mendekat.

"Itu ya orangnya?" Bisik Chaeyoung pada Yerim yang menyeka air matanya. Yerim mengangguk antusias.

'Kak Junheo ganteng banget. Ampun gue meleleh kalo gini. Apalagi pake seragam klub basket gitu. Omagaaaaat!'  Yerim fangirling dalam benaknya.

Yerim deg-degan. Entah mengapa jantung Yerim rasanya selalu berdetak lebih kencang dan cepat seperti genderang perang setiap Junheo berada di dekatnya.

"Ada yang lempar bola ke Yerim pas jalan kesini tadi." Jawab Yerim dengan manja dan dengan sengaja membuka jidatnya yang agak memar, menunjukkannya pada Junheo.

"Waduh, De, sampe merah gitu." Junheo justru terkekeh melihat wajah Yerim yang semakin lucu.

'Njir, gue malah diketawain," sungut Yerim dalam hati.

"Kak Jun gimana sih, Yerim lagi ketiban musibah gini malah diketawain."

Masih dengan tawanya Junhoe meminta maaf, "Maaf, De, maaf."

'Gakpapa deh diketawain Junheo pangeran cintaku, yang penting bisa deket-deket. Hihihi,' kikik Yerim dalam hatinya.

"De, lo balik aja gih duluan! Gue pulangnya masih lama. Entar lo dicariin nyokap. Dah, sana balik! Hush!" Yugyeom tiba-tiba mengusir adiknya.

Sial.

'Awas aja lo, kunyuk! Tunggu aja pembalasn gue entar di rumah!' Sungut Yerim namun tidak berani menyuarakannya karena pangerannya masih berdiri di samping abang kampretnya. Kalau sampai Yerim berkata seperti itu dihadapan Junheo, tengsin dong. Malu sama gebetan.

Punya abang semacam Kim Yugyeom benar-benar tidak mendukungnya untuk proses pendekatan gadis bertubuh mungil itu. Tentu saja Yerim tidak berani melawan. Dengan bibir manyun ia terpaksa menggandeng tangan Chaeyoung dan mulai melangkah menjauh dari lapangan basket. Keluar dari gedung olahraga itu dengan terus merutuki Kim Yugyeom dan kesialannya di hari pertama menjadi siswa SMA.

"Yerim." Chaeyoung menggoyang-goyangkan lengan Yerim yang ia gandeng sedari tadi. Dengan malas Yerim menoleh pada gadis berrambut pendek itu.

"Apeee?"

Chaeyoung menatapnya dengan bibir mengerucut. "Jangan langsung bad mood gitu dong, Yer."

Mereka terus melangkah berjalan menjauh dari gedung olahraga menuju gerbang sekolah.

"Habisnya, sial banget gue hari ini. Bayangin aja, capek-capek masuk sekolah ini, eh malah nggak bisa makan siang bareng gebetan. Belum lagi ketemu cowok tadi! Ini kepala udah kena bola, ditonton kakak kelas, celana dalam gue keliatan pula. Malu banget gue, Chae...."

Chaeyoung terkikik. "Duh, maaf, Yer, gue nggak maksud buat ngetawain lo. Tapi sumpah barusan lucu banget."

Yerim manyun. "Jahat banget lo ah!" Yerim menghentakkan kakinya, kesal.

Chaeyoung sebisa mungkin menahan tawanya. Ia menyeka air matanya yang sedikit keluar karena tertawa sangat geli.

"Eh, Yer, betewe kenapa lo malah bales itu cowok? Padahal cakep banget lho! Cakepan doi ketimbang gebetan lo itu," kata Chaeyoung.

Yerim terkekeh sinis, mengibaskan rambut panjangnya yang terurai. "Hellooooow~ Nggak ada di dunia ini yang ngalahin cakepnya Kak Jun ye! Please deh, Chae! Mata lo belekan kali ya!"

Chaeyoung kembali tertawa geli melihat tingkah Yerim yang cinta buta pada gebetannya. Namun kemudian tawanya terhenti lagi saat menyadari satu hal penting. Sangat penting. "Mampus!"

Yerim meliriknya, "Kenape lage?"

Chaeyoung menarik seragam Yerim. Mengguncang-guncang tubuh gadis itu. "Mampus, Yer! Mampus!"

Yerim menatapnya aneh. "Mampus apaan lagi sih ah?!"

Mata Chaeyoung membulat dan menghentikan langkahnya.

"Yer, lo sadar nggak sih?"

Yerim mengerutkan keningnya. "Sadar apaan? Emang gue mabok laut apa?"

Chaeyoung menggoyangkan tangan Yerim lebih kencang. "Yang barusan lo bikin idungnya mimisan itu anak kelas tiga!"

Yerim memutar bola matanya. "Trus kalo kelas tiga emang kenapa?"

Chaeyoung dengan wajah serius menjawab. "Gue baru inget itu Kak Jeon Jungkook! Premannya sekolah kita!"

Catch His HeartWhere stories live. Discover now