Kabar dari Turki

8.2K 859 42
                                    

"Sayang, have you done?" Sam membuka pintu kamar, membuat Haba menoleh. (sayang apakah kamu sudah selesai)

"Sudah," jawab Haba menunjukkan tasnya yang baru saja selesai ia rapihkan.

Sam tersenyum, ia mendekati Haba dan segera mengambil tas itu.

"Sammy, aku bisa sendiri kok." Haba menahan tangan Sam pelan.

"Sayang, kamu kan lagi hamil."

"Ini hamil aku yang kedua loh," Haba membela diri, membuat Sam menaikkan satu alisnya. "Aku pasti lebih siap, dan lebih kuat."

"Okay," jeda Sam. "Still no." jawabnya mendahului Haba, kedua tangannya sudah penuh dengan Rasyad dan tas milik Haba. (Oke, tetap tidak)

Haba menghela nafas pelan seraya menggelengkan kepala, tapi akhirnya mengikuti Sam dari belakang. Sebenarnya ia bisa melakukan itu sendiri, lagi pula isi tasnya tidak terlalu berat untuk ia bawa, namun ia menghargai segala usaha Sam untuk membuat pekerjaannya lebih ringan, terutama saat ia sedang berada di Indonesia.

"Sayang, benar semuanya udah dibawa?"

Setelah memasang sabuk pengamannya, Haba segera mengangguk. Ia yakin sudah membawa semua yang ia butuhkan.

"Kayanya bawaan sedikit ya?"

"Masa sih?"

Kali ini Sam yang menggangguk.

"Tapi kan kita memang hanya menginap sehari Sam."

"Benar juga," kata Sam menganggukan kepala lagi.

"Nanti kita mampir ke toko roti kesukaan mamah ya?"

"Iya, nanti kita mampir ya," jawab Sam mulai mengendarai mobil. "Lain kali makan nasi gorengnya jangan sedikit sedikit, apalagi sekarang ada bayi di perut, sekarang laper lagi kan? atau adik di perut yang laper?"

Apakah Haba sudah bercerita, jika Sam berada di Indonesia hampir setiap hari ia meminta dibuatkan nasi goreng dan herannya lelaki itu tidak pernah bosan.

Haba tertawa pelan. "Buat mamah Sam, sekalian nanti beli yang lain juga untuk orang-orang di rumah."

"Ba," panggil Sam membuat Haba menoleh.

"Iya sammy?"

"Mamah dan Papah itu, udah seneng banget kalau kita datang. Ngga usah dibawain juga ngga masalah." Sam mengerutkan dahi.

"Iya sih, tapi kan lebih senang lagi kalau dibawain roti kesukaan mamah," kata Haba. "Lagian kita datang juga ngga tiap hari kan, ngga apa-apa ya?"

"Oh iya dong, ngga apa-apa," jawab Sam tersenyum, ia mengusap kepala Haba sebentar.

"Kalau ke toko kosmetik juga?" Haba meringis, membuat raut wajah Sam penuh tanda tanya. "Mau belikan Chris masker wajah, dia lagi suka banget pakai yang green tea dan milk."

Samuel menghela nafas namun akhirnya setuju. "Okay, anything for you." (Oke, apapun untuk kamu)

"How sweet!" pekik Haba girang. (Manisnya!)

Seperti hari-hari sebelumnya, walaupun tidak jarang berbeda pandangan, Sam dan Haba berusaha untuk mengerti satu sama lain. 

Hari ini misalnya, menurut Sam kedatangan seseorang tidak perlu dilengkapi dengan buah tangan atau hadiah, karena yang terpenting adalah waktu menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama tidak bertemu. 

Terlebih, menurut Sam tradisi membawa buah tangan atau hadiah ini juga tidak baik jika dilakukan terus menerus. Mungkin tidak apa jika dilakukan pada moment atau perayaan tertentu. Selain karena menimbulkan kesan timbal balik, yang padahal menurut Sam tujuan memberi bukan untuk diberi juga. 

Sebening Syahadat 2 : Untaian RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang