Second

49 6 0
                                    

ALI DEANDRA WIJAYA
Jam sudah menunjukkan pukul 12.30, saatnya murid murid pulang. Aku segera mengemasi buku pelajaran ku dan menenteng tas ransel ku keluar kelas, aku sudah tidak sabar untuk menikmati empuknya kasurku.

Aku memarkirkan mobilku di bawah pohon rindang, dan aku melihat Prilly sedang duduk di bawah pohon itu sambil menggambar sesuatu. Perlahan - lahan aku mendekatinya. Semakin lama aku semakin dekat dengannya, dan saat hendak menyapa nya seketika tenggorokan ku tak bisa mengeluarkan suara. Aku berusaha sampai akhirnya...

" Hy, boleh duduk di situ ? " tanyaku hati hati. Dia menoleh ke arahku dengan sedikit mendongak, dia tersenyum manis.

" Boleh kok, sekalian nemenin gue juga. " jawabnya ramah. Aku langsung mengambil posisi untuk duduk di sampingnya, seketika suasana nya menjadi sangat sejuk di sini. Padahal, tadi terasa sangat panas.

" Sejuk ya, nggak kaya tadi. " ucapku basa basi.

" Iya, tadi panas banget. Mungkin karena ada kamu ya jadi sejuk. " jawabnya dan terkekeh pelan, aku hanya menahan malu saja setelah mendengar kata katanya tadi.

" Ehm... mungkim mataharinya malu sama kamu, soalnya sinar kamu yang lebih terang daripada dia. " timpalku, dan dia tertawa malu.

" Apaan sih, bisa aja. " jawabnya malu-malu. YESS!! Aku merayunya.

Saat aku sedang bercanda dengan Prilly, tiba-tiba saja ada suara berat yang memanggil Prilly dari belakang kami.

" Prilly, ayo pulang. Kakak udah selesai, nanti keburu hujan. " sahut laki laki itu. Kami berdua langsung menoleh bersamaan. Nampak seorang laki laki bertubuh tegap dan gagah sedang berdiri di sana menggunakan seragam basket lengkap, dan aku tidak asing lagi dengan laki-laki itu. Dia adalah Martin Adiyasa, seniorku di tim basket. Mampuslah aku!

" Iya kak, bentar ya. " Prilly memunguti barang barang yang berserakan di sekitarnya, dia memasukkan ke dalam tas ransel nya dan menentengbya lalu berdiri.

" Thx ya li udah mau nemenin gue tadi. Gue duluan ya. " pamitnya.

" Iya prill, carefull ya. " jawabku dan mengambil tasku dan berdiri.

" Ok, bye. " dia melambaikan tangannya padaku, aku membalas lambaian tangannya. Aku melihat kak Martin sekilas, dan dia tersenyum geli saat melihtku. Aku hanya bisa tersenyum malu dan menuju ke dalam mobilku untuk segera pulang.

PRILLY ADYANA
Aku masih tak bisa menghilangkan senyumku sejak bercanda dengan Ali tadi, entah mengapa rasanya seperti sangat lega dan nyaman saat bersamanya. Rasa ini sama seperti saat sedang bersama dengan anak itu dulu, tak ada yang berbeda sedikitpun. Bahkan aku tak menyadari bahwa kak Martin ada di sampingku, aku hanya terpaku pada rasa aneh yang ada pada diriku saat ini.

" Nih tanda tandanya orang jatuh cinta, baru ketemu aja sampe lupa caranya cemberut gimana. Dasar! " sentak kak Martin barusan membuatku kaget dan menoleh padanya dengan cepat.

" Apaan sih, orang biasa aja kok. " jawabku malu malu dan memalingkan wajahku dari kak Martin yang terasa mulai memanas ini.

" Kalo suka sama Ali bilang aja kali, nggak usah gengsi kaya gitu. Udah ketahuan tau, pake gengsi lo. " cibir kak Martin. Aku memilih untuk diam tanpa menghiraukan kak Martin, daripada kami harus bertengkar di sini.

Aku langsung masuk ke dalam mobil kak Martin dan langsung mengambil handphone dan ear phone dari dalam tasku, aku memainkan lagu kesukaanku. FIX YOU - COLD PLAY. Lagunya sangat menyentuh dan menenangkan, aku pernah menangis karena mendengarkan lagu ini. Artinya sangat dalam, dan aku sangat menyukai lagu ini. Saat mendengarkan lagu ini, aku teringat dengan Ali. ' Apakah mungkin bahwa Ali adalah orang yang selama ini aku cari ? ' pikirku dalam hati.

" Bengong mulu, jangan mikirin Ali mulu makannya. " sahut kak Martin.

" Lo sok tau banget ya pikiran orang, gak usah sok tau deh kalo nggak tau apa-apa. " omelku padanya.

" Eh, bukannya sok tahu nih. Tapi ngapain lo becanda sama dia berduaan di bawah pohon nggak ada orang lain, apa itu namanya ? " timpalnya sambil mulai melajukan mobil.

" Kan cuma temen, apa salahnya? "

" Kalo temen kenapa cuma berdua doang? Udah deh, lo itu gak pinter cari alasan. Gue itu tau kalo adek gue yang satu ini baru aja ngerasain cinta, udah deh gak usah nge les segala. " jelas kak Martin panjang lebar, sekarang aku hanya bisa diam dan menatap ke luar jendela. Jika aku melontarkan jawaban lagi, aku yakin jika pertengkaran ini tak akan pernah berakhir.

Setelah 15 menit aku duduk diam, kami sudah sampai di rumah. Rumah yang cukup untuk satu keluarga, bahkan mungkin sangat cukup. Aku membuka pintu mobil dan keluar dari mobil, aku membanting pintu mobil iru keras. Tak peduli dengan reaksinya nanti, yang jelas aku kesal padanya. Aku masuk ke dalam rumah ini, dan aku melihat mommy sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah bisnis. Memang susah jika berhadapan dengan orang yang sibuk dengan bisnis. Aku menghampiri mommy dan memeluk mommy dari belakang.

" Good afternoon my beautiful mommy. " sapaku pada mommyku tercinta ini.

" Good adternoon sweety, are you have a nice day today ? " tanya mommyku sambil menutup majalah itu.

" Ehm... I have a beautiful day mommy, i'm very very happy today. " jawabku sambil tersenyum bahagia membayangkan hari ini yang telah aku alami.

" She have a new boy friend mom, his name is Ali Deandra Wijaya. " sahut seseorang dari arah sampingku.

" Oh... my little sweety now have a new boyfriend.. How is he? " tanya mommy yang seakan akan tak melihatmu, mommy hanya menoleh pada kak Martin.

" He is basket ball player on we're school, he is handsome, smart, kind, like me. " jawabnya enteng. Aku melotot ke arahnya.

" He's lie, I don' t have a boy friend mom. Believe me. " jawabku kesal.

" Okay... But, if you meet with Ali again, invite him to get dinner with us. Mommy want to know him. " mommy beranjak dari sofa itu, dan aku melepaskan pelukanku.

" I can't do that mommy, I'm not sure about Ali will attend to our dinner. " timpalku balik.

" No, you must to invite him sweety. Invite him on 17th February 2016, I will make a great dinner for us. Okay, I will attend some invitation. Have fun honey. " jawab mommy dan langsung beranjak pergi.

Kak MARTIN yang sedari tadi hanya melihat ini saja sekarang tertawa puas.

" Seneng lo bikin gue malu sama mommy, tuh kan. Mommy nyuruh Ali ikut dinner, gara gara lo sih. " omelku pada Kak Martin.

" Siapa suruh pacaran gak kasih tau gue, yaudah gue sebarin aja sekalian. " jawabnya enteng dan berjalan menuju ke kamarnya.

" Liat aja lo besok, gue bales lo. " jawabku kesal dan naik ke kamarku yang ada di lantai dua. Di kamarku ini aku bisa merasa tenang, dan pastinya aku tak akan mendengar celotehan kak Martin. Aku langsung melemparkan tas ku ke sembarang arah, lalu aku melemparkan tubuh mungil ku ke atas kasur. Aku merasakan sejuknya angin yang berasal dari air conditioner yang ada di kamarku ini, dan aku mensyukuri segala nikmat yang sudah Tuhan berikan pada keluargaku. Aku menatap gitar putih yang bertuliskan namaku itu tergeletak di atas carpet di dekat tempat tidurku, namaku di tulis dengan warna ungu, warna favoritku. Itu adalah hadiah dari sepupuku, Dion Alexander. Duku dia tinggal di sini bersamaku, sekarang dia kuliah di New Jersey, Amerika Serikat. Dia adalah salah satu orang yang paling aku sayang, dan dia adalah satu satunya orang yang tahu tentang anak laki-laki itu. Aku beranjak dari kasur dan berjalan ke arah carpet itu, aju mengambil giter itu dan mulai memainkan satu lagu.

Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku warna warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugrah terindah yang pernah ku miliki

Baru memainkan satu bait, kantuk sudah datang padaku. Entah kenapa jika aku memainkan gitar, kantuk itu selalu datang. Aku meletakkan kembali gitar itu di sana, aku segera mengganti pakaian santai dan tidur.

From The Middle Of My HeartWhere stories live. Discover now