First

112 9 0
                                    

' Aku selalu bahagia jika melihatmu sedang tertawa bahagia, dan aku akan jauh lebih bahagia jika aku lah alasan dari tawamu yang sangat ku rindukan. '

Aku meletakkan kembali pulpen dan buku catatan yang covernya bergambar lambang club favoritku, barcelona. Aku adalah Ali Deandra Wijaya, aku di kenal karena ke tampananku dan aku yang humble pada semua orang sehingga banyak wanita yang memujaku. Tapi, aku tidak pernah menanggapi mereka semua. Aku hanya fokus pada satu orang gadis yang menurutku tak akan pernah ada yang bisa menggantikannya dari hatiku, Prilly Adyana.

Saat ini, aku sengaja untuk duduk diam di bangku taman yang tak jauh dari lapangan basket yang saat ini sedang di gunakan untuk latihan PBB. Mengapa aku mau melihat mereka latihan? Karena pasti ada Prilly di sana, siapa lagi. Aku menatapnya yang sesekali mengusap wajahnya yang penuh dengan peluh yang menetes karena teriknya matahari yang langsung membakar kulitnya. Walaupun dia sering berjemur di bawah matahari, kulitnya tetap putih bersih. Aku selalu menilai bahwa Prilly nampak sangat cantik ketika dia sedang berlatih seperti ini dan memainkan gitar atau pianonya, tapi setiap dia melakukan apapun itu tetap akan sangat cantik bagiku, mungkin semua orang.

" Apapun yang dia lakukan, dia tetap sangat cantik. " gumamku pelan, bahkan sangat pelan. Hanya angin yang bisa mendengarnya.

" Ngelihatin Prilly lagi, bro. " sahut seseorang dari arah belakangku. Ternyata itu Adrian Triamanda.

" Ya menurut lo, gue ngelihatin apa? Ring basket? Ada ada aja! " aku tersenyum miring ketika menjawab pertanyaan yang dia ketahui apa jawabannya.

" Mau sampai kapan lo simpen perasaan lo sendiri? Gimana Prilly bisa tahu kalo lo nggak kasih dia kode. " cibirnya padaku. Aku hanya tersenyum saja, dan aku kembali menatap Prilly.

" Biar waktu aja yang kasih tau dia kalo gue suka sama dia, gak perlu gue kasih tahu. " jawabku enteng.

" Mau seperti apapun lo berusaha diem, tetep aja nanti lo ngomong. " jawabnya acuh dan ikut memandangi Prilly.

" Gue cuma nunggu saat yang tepat, dan ini bukan saat yang tepat. " timpalku kembali.

Pandangan kami terkunci ke arah Prilly, dia sekarang sedang duduk di pinggir lapangan. Ingin sekali rasanya aku menghapus segala lelahnya, tapi aku harus diam dulu. Ini bukan saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku pada Prilly, aku harus menunggu.

PRILLY ADYANA

Sangat lelah rasanya, harus berdiri di tengah teriknya matahari dan harus mengikuti aba-aba dari pemimpin pleton kami. Jika bukan karena lomba, aku tak akan pernah mau mengikuti latihan PBB seperti ini. Sungguh sangat melelahkan.

" Pril, besok sore latihan lagi. Jam 3 sore di sekolah, jangan sampe telat yah. " Tiba tiba ada yang mengagetkanku, dan ternyata itu sahabatku, Manda.

" Tenang, gue pasti tepat waktu kok. Mungkin, telat 15 menit kali ya. Hehehe... " jawabku sambil terkekeh.

" Awas aja lo sampe telat, lo pulang terakhir! " ancamnya dengan wajah yang di buatnya se-seram mungkin, tapi bagiku wajahnya sangat lucu.

" Iya deh iya, enggak bakal telat deh. " jawabku singkat. Aku menyambar sebotol minuman dingin yang sudah aku bawa tadi, aku menenggak isinya hingga habis tak bersisa. Aku melihat ke daerah sekitarku, terlihat dua orang cowok duduk di bangku taman di bawah pohon rindang yang tak jauh dari sini. Ali Deandra Wijaya dan Adrian Triamanda. Dua cowok populer karena anggota tim basket yang skillnya tak di ragukan lagi, selain itu mereka juga tampan, baik, dan pintar. Aku bukan menggilai mereka, tapi aku hanya menyampaikan fakta.

Tetapi, entah kenapa saat aku melihat Ali aku seperti mengenalnya. Dia seperti anak laki laki yang ada di masa kecilku dulu, tapi selama ini aku tak pernah tahu siapa namanya. Aku merutuki diriku sendiri, betapa bodohnya aku pada saat itu.

FLASH BACK

Sepasang anak kecil sedang bersenang senang di sebuah bukit di perkampungan di kawasan puncak, mereka nampak sangat bahagia. Hal itu terpancar dari senyum dan tawa mereka, terlihat sangat tulus dan lepas.

" Kamu jangan curang dong mainnya, ya pantes aja kamu yang menang terus. " ujar gadis mungil itu pada sesosok laki-laki yang berada di depannya.

" Siapa yang curang, kamunya aja yang ga bisa lari. " jawab laki-laki itu.

" Yaudah, kamu jahat ! " gadis kecil itu melipat kedua tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya dari anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu menangkup pipi chubby dari gadis cantik itu mengarahkannya untuk menatap matanya.

" Jangan ngambek dong Princess, nanti aku mainnya sama siapa kalo bukan sama kamu? " jawab anak laki- laki itu pada Princessnya.

Gadis kecil itu tersenyum menatap laki laki kecil di depannya ini, dia tersenyum lebar.

" Jadi kamu ga mau main ya kalo ga ada aku, hayo ngaku... " gadis itu mencolek pipi laki-laki kecil itu. Dan wajah laki laki itu langsung merah seperti kepiting rebus.

Tawa canda mereka seketika menghilang ketika keluarga dari laki-laki kecil itu membawa nya pergi dari daerah itu, dan gadis kecil itu menangis sejadi-jadinya bersama anak laki-laki itu.

" Hiks... katanya kamu mau main sama aku terus. Sekarang kenapa kamu ninggalin aku, kamu jahat. " isakan gadis kecil itu pada laki-laki yang sedang di peluk nya saat ini. Laki laki itu juga nampak sedang menangis, dan sama sama histeris juga dengan gadis itu.

" Aku maunya gitu Princess, tapi mama sama papa gak mau tinggal di sini. Mama papa harus pindah kerja di luar kota, katanya gedungnya tinggi tinggi. Tapi aku gak mau, aku maunya sama kamu. " kata anak itu di sela sela tangisnya.

" Boleh aku tanya kamu? " tanya gadis kecil cantik itu.

" Apapun itu akan aku jawab kok Princess. "

" Apa kita akan bertemu lagi? ". Laki laki itu tersenyum dan menghapus air mata gadis kecil yang ada di depannya saat ini.

" Kata mama aku dulu, dunia ini sempit. Mau seberapa pun jauhnya kita pergi, suatu saat kita pasti ketemu lagi. Percaya ya.. " ucap anak itu, dan gadis itu percaya dan tersenyum pada laki-laki itu. Hingga saatnya dia harus berpisah dengan 'Prince'nya itu.

FFLASHBACK OFF

Aku tersadar dari lamunanku dari masa lalu, dan aku ingat pada ucapannya dulu.

Dunia ini sempit, seberapa pun jauhnya kau pergi pasti kita akan bertemu lagi, Suatu Saat Nanti.

" Aku percaya kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan bisa pegang komitmen, aku harap kita bisa ketemu lagi. " Lirihku sambil menatap lapangan luas yang ada di depanku.

From The Middle Of My HeartWhere stories live. Discover now