Prolog

23.4K 957 36
                                    

I didn't know how it started, but everything seems confusing me. Gue ga pernah merasa sesakit ini sebelumnya, even the moment saat gue ketolak PTN impian ataupun gue harus melakukan banyak wawancara hanya untuk menyenangkan ayah bunda dengan beasiswa yang gue raih. Gue gak pernah merasa sekesal ini sebelumnya, tidak disaat gue harus berdesak-desakkan saat memasuki gerbong kereta atau saat harus berpanas-panasan mengantri seporsi ayam gepuk yang menjadi favorite gue

Have you ever been feeling like you became the worst among everything that appears in this world?

Gue akui, penampilan gue terkesan monoton dan begitu saja. Mimik wajah yang tak ramah dan tubuh pendek nan gempal terkesan sombong dan sok cantik dimata orang. Gue sadar diri dan malah semakin sadar saat, Kamis pukul 00.08 dengan lancangnya gue mengirimkan sejumlah paragraf dalam pesdan teks yang ditujukan untuk seseorang yang kehadirannya telah m,engambil alih dan perasaan gue selama kurang lebih 4 tahun malah mendapatkan jawaban "Makasih udah suka sama gue, lain kali berhenti hubungin gue ya? gue gak nyaman."

Gue paham. Paham sekali dengan itu. Memang siapa sih yang mau berhubungan dengan gadis 18 tahun bertumbuh gempal dengan pipi bulat dan bahkan hanya memiliki tinggi tak sampai 155cm. Paham sekali, tapi apakah gue semenjijikan itu? apakah gue memang tidak pantas untuk merasakan adanya kupu-kupu yang seolah hadir terus memunculkan rasa geli sekaligus pipi yang panas saat seseorang yang diharapkan bertanya "What's your day? kamu ada cerita apa?? aku mau dengar dong."

Apakah setidak pantas itu gue untuk merasakan cinta bahkan saat mereka tahu gue menyimpan perasaan sayang ke mereka, bukannya merasa bahagia, justru tatapan kesal dan tidak nyaman yang hadir. Cemooh dan caci maki bahkan tatapan nyalang seakan menegaskan sekali lagi bahwa gue harus tau strata sosial untuk fisik yang gue miliki ini.

Seakan kalimat "Love your self" itu hanya boleh dipadupadankan dengan mereka dan gue tidak pantas bersanding dengan hal itu. Setiap gue berusaha untuk menerima dan sayang dengan diri sendiri, disaat itulah kenyataan menampar bahwa memang fisik adalah yang paling utama, bahwa kecantikan dan tubuh indahlah yang akan terus mendapat pujian dan belaan dengan baik.

Ada yang bilang, "Lo kurang bahagia apalagi si yas, ga liat tuh lemak udah dimana-mana? Bahagia dong loo, kan makannya banyak." atau saat gue bermain sebagai karakter si miskin dalam sebuah pertunjukan teater, kalimat "Ini kok orang miskin badannya malah gendut, ah ga pandai nih sutradara cocokin karakter" yang sebenarnya biasa saja, terasa sangat menyakitkan ditelinga gue.

Jadi, gue harus benar-benar mengikuti standar ya, untuk bisa diterima diantara kalian? atau bahkan untuk sekedar berharap hadir gue bukan dianggap sebagai kamuflase lagi?

Sejahat itukah dunia?

And, Why?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora