Part 12

9.5K 243 4
                                    

Setelah jessi menyelesaikan ujian ku. Jessi berjalan mengelilingi kampus dan tak melihat sosok seseorang yang ia cari.

"Kemana fariz, kenapa aku tidak melihat nya dari tadi. Memberikan ku semangat saja tidak. Main tinggal gitu aja. Iiihhhhsss.." gerutu ku dalam hati.

"Jessi selamat datang kembali di kampus ini." Sapa karin.

"Makasih ya karin. Buy the way tumben kamu gak bareng sama sabrina.?" Tanya ku.

"Udah laah jangan bahas sabrina. Aku seneng banget kamu bisa kembali lagi kesini. Kamu tau gak, si fariz selalu curhat tentang kamu." Ucap nya.

"Curhat apa?"

"Heemmm kasik tau gak ya.. hehhee."

"Iiihh karin bikin aku penasaran aja."

"Nanti kamu tau sendiri kok jes, sabar ya. Hihihi.." karin dengan ketawa nya yang jahil.

Baru kali ini ada yang menyambut ku di kampus ini. Semua teman-teman yang lain sama sekali tidak melirik ku.

Kini aku dan karin menjadi teman baik. Dan karin sama sekali tidak ingin bertemu dengan sabrina. Entah apa sebab nya.

Aku dan karin sedang duduk manis di taman deket kampus menanti jam kuliah tiba. Tapi ada sesosok wanita yang glamor dan angkuh meghampiri ku dan karin.

"Rin, lu ngapain disini sama cewek murahan ini?" Tanya sabrina dengan menggempal tangan nya.

"Emang kenapa gak boleh aku deket sama dia? Itu kan hak gue mau berteman sama siapa aja." Jawab karin.

"Udah jangan bertengkar. Rin lebih baik aku aja yang pergi." Sambung ku.

"Gak boleh, mendingan kita pergi berdua aja dari hadapan wanita sombong ini. Ujar karin.

"Kok loe gitu banget ngomong nya rin? Hei loe lupa gue ni siapa loe? Ucap sabrina

"Gue gak akan pernah lupain loe kok na, gue cuma gak mau punya saudara kasar kayak loe. Mendingan intropeksi diri deh loe." Ucap karin dengan kesal.

"Oohh jadi loe lebih milih buat musuhan sama gue ?" Gertak sabrina.

"Bukan itu mau...." ucap karin terputus.

Karin belum menjelaskan apa yang ia ingin jelaskan, sabrina langsung pergi dari hadapan karin dan aku. Wajah nya menyimpan amarah dan kebencian pada ku.

"Karin, maafin aku ya. Gara aku kamu dan sabrina jadi musuhan kayak gini. Lagi pula kenapa kamu ingin berteman dengan ku?" Tanya ku sambil menyentuh pundak karin.

"Jes, kamu itu orang nya baik. Beda dengan sabrina. Dia sombong dan selalu mengusilin anak di kampus ini." Jawab nya.

"Tapi aku ini terkenal culun banget, dan aku sama sekali tidak memiliki teman." Ucap ku.

"Jes, aku yakin suatu saat nanti semua temen-temen kampus ini bakalan mau bertemen sama kamu. Percayalah. Karena kamu itu baik dan penyabar. Bukti nya aku mau bertemen sama kamu. Hehehe." Ucap karin membuat hati ku sangat senang.

"Jessi."

Deg..deg

Terdengar suara yang tak asing bagi ku. Aku menoleh ke samping dan melihat fariz tersenyum lebar di hadapan ku dan karin.

"Jessi, aku balik ke kelas dulu ya." Kata karin sambil tersenyum jail pada ku.

Karin lalu pergi meninggalkan hanya berdua dengan fariz. Entah kenapa jantung ku terasa aneh ketika ia menghampiri ku.

"Nanti malam aku cari kerumah ya. Aku ingin mengajak mu kencan." bisik fariz

"Hah?? Kencan??." Ucap ku dengan rasa kaget.

"Iya kencan. Pokoknya nanti malam jam 7 aku udah berada di rumah mu. Kamu harus sudah siap. Ok."

"Kita mau kemana?"

"Ya pokoknya aku akan ajak kamu ke tempat yang pasti nya kamu bakal suka."

"Riz, tapi gimana sama sabrina? Kalau dia tau kamu mengajak ku kencan. Pasti dia sangat marah."

"Jangan omongin dia lagi. Dia udah gak ada hubungan nya sama aku lagi."

Fariz mendekati ku dan mencium bibir ku dan melumat nya dengan halus. Aku terkaget dengan sikap nya. Lalu aku hentikan ciuman itu. Karena aku sangat tidak enak hati dengan sabrina mantan nya yang baru ia putusin itu.

"Riz kamu ni apa-apain siih kalau ada yang liat gimana?"

"Biarin aja ada orang yang liat karena kamu itu...." ucap fariz terputus.

Tiba-tiba fariz menghentikan ucapan nya. Entah apa yang di pikirkan nya.

"Kamu kenapa riz, kok jadi diem? Kamu mau ngomong apa tadi? Gak biasa nya kamu kayak gini. Biasa nya kan kamu langsung tu the point."

"Aku lapar kita ke kantin yuk." Ajak fariz dan tidak menghiraukan pertanyaan ku.

"Tapi riz."

"Udah jangan banyak cincong. Ayook kita makan. Aku yang traktir.

Aku hanya bisa tersenyum dengan ajakan fariz. Aku tak tau apa aku masih menaruh hati pada nya.







Love You Fariz (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang