Chapter 1

130 17 36
                                    

Koridor sekolah belum terlalu ramai, walaupun demikian tak ayal bagi para murid lain menatapku seperti menilai. Yah, memang selalu seperti itu tiap harinya. Tapi, hanya ku hiraukan mereka dan terus berjalan menuju kelas ku-- kelas XII IPA 1. Keren kan? Tentu saja.

Suasana di dalam kelas pun tak jauh berbeda. Belum ramai. Hanya ada 4 orang perempuan 1 laki-laki yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki kutu buku , dan 2 kutu rumpi aka 2 sahabatku yang hobinya ngerumpi. Niela Gita Mathew aka Ela dan Julia Meta Damilo aka Juli. Tak seperti diriku yang hanya menjadi pendengar belaka.

Fyi, kata orang aku tergolong perempuan diam-diam menghanyutkan. Kata orang loh ya!

"Morning guys."sapa ku kepada dua sahabat ku.
"Morning too Vanes." jawab mereka serempak.
"Oia, kalian udah tau belom anak yang katanya dipindahin ke kelas kita?"ucap Juli sambil memutar posisinya menghadap ku diikuti Ela.
Karena mereka duduk berdua sedangkan aku sendiri. Di belakangnya. Memang paling beda.

"Emang serius dipindahin ke kelas kita?"tanya Ela.

"Yeh, gua nanya malah nanya balik, dodol!"omel Juli sambil menoyor pala Ela.

"Eh, ga usah geplak segala dong! Difitrahin nih sama emak gua. Enak aja lu, cuma nanya juga."balas Ela dengan nada meninggi.

"Hushh. Ga usah pake teriak berapa?"aku pun menengahi mereka.

"Iya oke. Btw, yang dipindahin anak kelas XII IPA 4 kan? Si cowo yang gantengnya di atas rata-rata itu. Siapa tuh namanya, lupa gue."Huh, mulai lagi si Ela gosip tak bermutunya.

Karena enggan mendengarnya aku pun mengeluarkan ipod ku dan memakai earphone lalu menyetelnya dengan volume hampir full.

Aku tak habis pikir, sehebat apa cowo itu sampai dipindah kan ke kelas ku yang termansyur ini? Hah, tidak penting, tak usah dipikirkan.

Lebih baik simpan tenaga karena 15 menit lagi akan upacara, ditambah lagi pelajaran pertama fisika, gurunya Bu Dian yang terkenal cantik dan sadis. Untung hari ini tidak ada PR.

Setelah menghabiskan beberapa lagu, aku melepas earphone ku dan hendak keluar. Saat aku berdiri, Ela meneriaki ku "Vaness! Lu mau kemana? 7 menit lagi upacara."
"Eh dodol! Ga usah pake teriak berapa si? Udah pernah nyobain sepatu masuk mulut belom? Ini juga gua mau otw ke lapangan" keluar juga kan petasan mulut ku, karna tak kuat dengan suaranya. Anak sekelas saja sampai melirik ke arah kami .Tapi mau bagaimanapun dia tetap sahabatku. Kuat tak kuat, sanggup tak sanggup *sokbgtdeh*.

"Hehe, sorry. Gue kira lu mau cabut atau kemana gitu. Kalo lu mau cabut kan gue ikut."Jawab Ela sambil nyengir kuda. Juli yang berada di sampingnya hanya geleng-geleng kepala dan berdiri lalu angkat suara.
"Ngaco aja lu ngomongnya. Mau di kasih tugas segunung sama Bu Dian? Udah ah yuk keluar."

Aku mengangguk dan berjalan di depan sedang kan Juli menarik Ela dan berjalan di belakangku. Seperti di kawal saja.

Saat aku sedang berjalan menuju lapangan indoor tempat upacara. Tiba-tiba ada yang menabrak ku dari belakang. Perasaan di belakang ku ada Ela dan Juli. Tapi mengapa aku yang tertabrak.

"Aww." Teriak ku bersamaan dengan suara lain. Yang ku yakini adalah suara laki-laki.

"Vanes!"Pekik Ela dan Juli serempak.

Bruk.

Aku merasakan sakit nya punggung ku yang tertabrak sekaligus kaki ku, aku jatuh tengkurap namun kenapa lantai nya empuk? Oh tidak. Aku membuka mataku dan yang ku lihat adalah mata hitam legam milik laki-laki. Astaga, posisi siaga 3. Aku berada di atas laki-laki itu. Aku langsung bangkit dan aku meringis karena merasakan sakit di punggungku sekaligus kaki ku. Lagi. Untungnya aku masih sanggup berdiri.

Only Me And You Not WeWhere stories live. Discover now