Chapter 2

8.8K 875 55
                                    

Terus ditariknya lenganku menuju kamar tidur kami. Aku hanya bisa menarik napas panjang dan memegang perutku. Sabar ya nak. Saat suamiku menoleh sebentar ke arahku, kulihat tatapan matanya jatuh pada tangan yang kutangkupkan di atas bayiku yang belum lahir. Saat itulah cengkeraman tangannya di lenganku sedikit melembut.
Setelah kami berdua masuk di kamar tidur, suamiku menghela napas panjang dan duduk di tempat tidur kami. Sambil mengacak-acak rambutnya, mulutnya terus bergerak tanpa suara, seperti sedang menyusun kata2 yang tepat untukku.
Kututup pintu kamar tidur kami, dan aku berjalan ke arah suamiku. Kubuka dasinya dan kurapikan kembali rambutnya.

"Maaf." hanya kata itu yang sanggup kuucapkan untuk mengawali pembicaraan ini.

Dia menatap mataku. Dan kata2 yang keluar dari mulutnya membuatku mundur perlahan darinya. "Kau istri yang tidak becus!!!!"

"Kamu bilang kamu akan menjaga dan menyayanginya seperti anakmu sendiri. Kenyataannya saat dia sakit, dan terus memanggil namamu, kamu tidak ada di sampingnya. Apa yg seharian ini kamu lakukan, hah?! Keluyuran kemana saja kamu?! Mama terus berusaha meneleponmu tapi tidak pernah kamu angkat sekalipun!! Aku ternyata salah dalam menilaimu, kupikir kamu adalah sosok yg tepat untukku dan anakku. Harusnya aku mendengarkan mamaku, bahwa menikah dengan orang yang jauh lebih muda hanyalah sebuah kesalahan!! Tidak punya rasa tanggung jawab!! Seandainya doyoon tidak meninggal saat melahirkan mingyu, dia pasti adalah sosok ibu yang sempurna untuk anakku!"

Dia terus membentak dan mengumpat di depanku. Apa yang diceritakan oleh ibu mertuaku pada suamiku?

"Sudah selesai marahmu? Apa kamu tidak mau mendengarkan dulu penjelasanku?" Suaraku tercekat di tenggorokan..mataku panas menahan air mata, tapi tidak akan kuteteskan air mataku ini untuk segala caci maki itu.

"Setahun aku menikah denganmu, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untukmu dan mingyu. Aku berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untukmu dan untuk mingyu. Aku memang masih muda dan tidak sesempurna istri pertamamu, tapi aku terus berusaha dan berusaha. Bantu aku mencapai kesempurnaan itu, jangan terus kamu menyalahkanku." Saat ini air mataku pun menetes.

"Apa yg dikatakan mama padamu? Bahwa lebih baik doyoon jika dibandingkan denganku? Yang kulakukan hari ini tidak perlu lagi kujelaskan padamu, percuma, kau tidak akan percaya padaku. Di matamu sekarang aku hanyalah sosok yg cacat yang tidak bisa dibandingkan dengan sosok istri pertamamu yang sempurna. Maafkan aku tidak bisa menjadi sempurna seperti yang kamu harapkan. Tapi asal kamu tau, aku menyayangi mingyu lebih dari aku menyayangi nyawaku sendiri!!"

Dia bangkit dari tempat tidur, berusaha mencapai tempatku berdiri, dimana punggungku sudah menempel di pintu kamar tidur kami. Uluran tangannya tidak pernah kuterima, pandanganku mulai kabur karena air mata yang deras mengalir, kepalaku juga mulai pusing. Aku segera membalikkan badanku dan menarik kenop pintu kamar tidur kami. Setengah berlari aku pergi menuju kamar tidur mingyu. Aku tidak peduli bila mertuaku mendengar pertengkaran kami. Saat tiba di kamar mingyu, kumohon pada mertuaku untuk meninggalkan tempat tidur anakku.

"Mama bisa pulang. Mingyu akan kujaga."
Tanpa bicara, mertuaku meninggalkan kamar mingyu setelah melihat wajahku yang berantakan.
Kubaringkan badanku di tempat tidur anakku. Kupeluk badan mungilnya, dan kucium pipinya.

"Malam ini tidur sama mama ya nak."

Mingyu tiba2 membuka matanya dan dengan lirih dia berbisik "Mama...I love you."

"I love you too, baby."

End of Chapter 2




JEONGCHEOL'S LIFE - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang