Chapter 2

32 3 0
                                    

Aku tak bisa membaca wajahnya.

Hassett Hilliard. Partnerku.

Sekarang, orang yang paling ingin aku jadikan pacar menganggapku cewek freak.

Gak mungkin cowok seganteng dia gak populer. Apalagi dia kelihatan pintar. Dia bisa membuatku dikucilkan.

Identitas dan kelemahannya juga tak terbaca. Dia mungkin merasa jijik sekarang padaku. Apa katanya tadi? Aku tak tahan melihatnya. Terlalu mendramatisir.

Arrrggghhh!!!

Belum lagi Tanner dan Andrew! Yang terang - terangan aku teriaki di depan umum.

Gak salah lagi, aku memang cewek sial!

"Hassett tidak berpartner dengan siapa pun sejak kelas 1. Jadi secara otomatis kau yang sekarang jadi partnernya." Itu kata kepala sekolah bilang.

Setelah berulang kali berterimakasih dan meminta maaf, aku menenangkan diri sejenak. Untung kepala sekolahnya pengertian.

Setelah tak terlalu merasa malu, aku bersiap - siap keluar ruangan. Karena sebenarnya, sekarang itu siswa-siswi dipulangkan karena tadi terdengar suara tembakan, dan seorang anak tertembak.

Si pelaku terlihat melarikan diri, namun tidak ada yang melihat wajahnya. Polisi ditengah jalan sekarang, yang berarti kejadiannya sangat baru terjadi.

Hal ini menjelaskan mengapa orang-orang terkejut melihatku. Jadi, tadi itu sedang panik-paniknya saat aku, seorang Raquel Rivera, berjalan bak model ala orang tolol ke tengah kerumunan yang terancam nyawa---meributkan jalan menuju loker.

Malu! Seluruh kepercayaan diriku runtuh. Harga diriku terperosok jatuh.

Wajahku pasti sungguh merah sekarang.

Jadi Andrew bersungguh - sungguh bermaksud mengatakan bahwa yang kulakukan itu tidak penting. Malah dengan cara yang dihaluskan! Namun dia tidak terlihat panik (aku juga tidak akan terkejut jika ternyata dia pelaku penembakannya).

Namun Tanner benar-benar terlihat marah! Aku jadi penasaran apa yang mereka ributkan! Mungkin sangat penting! Hal yang serius! Lalu aku... Aku datang. Sebagai orang bodoh. Tidak penting memang. Berlebihan pula.

Aku tak tahan melihatnya. Terlalu mendramatisir.

Kali ini rasanya aku benar-benar ingin menangis. Aku ingin berlari dengan menutup muka, dan pindah sekolah!

Aku tidak ingin bertatap muka dengan Hassett, Tanner, ataupun Andrew lagi! Sudah cukup. Aku tidak mungkin bertahan di tempat ini!

Maksudku, tahu begini aku tidak usah sekolah. Lebih baik masuk besok saja. Sudah terlanjur terlambat juga, kan? Persetan apa yang mereka bilang, hari pertama itu penting!

Engghh... Aku hampir membenturkan kepalaku ke pintu. Namun aku sadar itu ruang kepala sekolah, dan aku sedang diperhatikan.

Jadi aku keluar dengan terpaksa. Namun dengan sikap sopan yang lebih ke merendahkan diri.

Begitu menutup pintu dibelakangku, aku segera disuguhi pemandangan menakjubkan yang membuatku terlonjak----nyaris berteriak saking kagetnya.

Itu---

Tanner.

Ya ampun, ya ampun. Gimana nih?? Tanner! Tanner! Mampus deh! Mau apa dia? Bahas yang tadi? Oh tidaakkk!

Aku bersikap aneh lagi. Aku mencoba menenangkan diri. Namun Tanner pun terlihat sama kagetnya denganku. Kenapa dia belum pulang? Ahh gak mau tahu! Pergilah Tanner! Jangan anggap aku terlahir di dunia ini! Namun dia tetap melihatku. Err--terlihat salah tingkah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Miss RiveraWhere stories live. Discover now