Part 5

11.4K 316 3
                                    

"Jessi, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau menangis?". Sahut karin salah satu teman dari sabrina, yang aku sebut adalah sepupu nya.

"Karin, aku sangat kaget aku kira kamu siapa. Gak ada apa kok rin, aku cuma kecapean."

"Trus kalo gak terjadi apa-apa, kenapa kamu menangis.?"

Aku terdiam dan tidak menjawab pertanyaan dari karin, aku tak bisa mengatakan yang sesungguh nya kepada karin, kalo aku memberitaukan nya, bahwa aku pernah berhubungan dengan fariz, dia pasti akan bilang ke sabrina. Pokok nya tidak boleh ada yang tau tentang hal ini. Hanya aku, fariz, dan Tuhan saja yang tau tentang hal ini...

"Maaf rin, aku tidak bisa memberitaukan nya pada mu, aku harus pergi. Terima kasih sudah peduli terhadap ku." Aku pergi meninggalkan karin dengan tangisan.

Aku tidak tau dengan siapa aku harus curhat. Aku tidak berani curhat dengan karin, walau bagaimana pun juga dia yang lebih dekat dengan sabrina,
Aku takut sabrina tau yang sebenar nya..
Bisa-bisa aku di siksa habis-habisan di kampus.

*Rumah mewah fariz*

"Karin, kenapa kau datang kerumah ku.? Tanya fariz.

"Apa yang sudah kau lakukan terhadap jessi? Jawab aku fariz, semenjak kau pindah ke kampus itu, aku selalu melihat mu menggoda jessi, dan aku pun juga melihat mu membawa nya masuk ke dalam mobil."

"Aku tidak melakukan apa-apa, dia saja yang menggoda ku."

"Jangan bohong kau riz, aku melihat mu, kau yang menggoda jessi. Kalo saja mulut ku ember, sudah ku beritaukan ke sabrina, kalo aku melihat mu mencium jessi di taman."

"Apaaa! kau melihat ku mencium nya??. Fariz dengan kikuuk..

"Iyaa, aku melihat kalian berdua berciuman. Dan apalagi yang telah kau perbuat terhadap wanita polos itu..? Jawab aku riz."

"Baik aku akan menjawab nya. Aku telah merenggut keperawannnya. Dan itu membuat aku bahagia."

"Dasar pria hidung belang kamu riz, suatu saat nanti kau pasti akan bertekuk lutut di hadapan jessi, dan kau akan benar-benar mencintai gadis itu. Tega kau telah menghancurkan martabat wanita secantik dan sepolos jessi."

Jessi pov

Aku tak kuasa menahan kesedihan, ingin rasa nya aku berteriak dan mencaci maki pria itu.
Aku sangat bodoh, secepat itu aku telah jatuh cinta pada nya, dan secepat itu aku telah memberikan keperawan ku pada nya dia hanya menginginkan tubuh ku saja.
Nasi telah menjadi bubur, tak ada yang bisa aku lakukan selain pasrah dan selalu berdoa kepadamu Tuhan.
Aku yakin di balik semua ini, Tuhan telah merencanakan sesuatu yang indah untuk ku.

"Ayah, sudah pulang?." Trus siapa yang menemani ibu di rumah sakit.?"

"Ayah pulang karena ayah ingin melihat mu, apakah kamu sudah makan nak?."

"Tidak usah mengkhwatirkan ku ayah, aku bisa jaga diriku baik-baik."

"Nak, ayah harus cari uang dimana lagi? Untuk pengobatan ibumu, kata dokter ibu harus segera di operasi kalo tidak ibumu tidak terselamatkan. Gaji ayah tidak cukup untuk biaya operasi ibumu."

Mendengar ayah berbicara seperi itu aku sangat tersentuh dan memeluk ayah.
"Ayah tidak usah khawatir, nanti jessi akan bantu untuk cari uang."

"Jangan nak, kamu harus melanjutkan kuliah mu sampai selesai, kamu tidak boleh bekerja, pikirkan saja kuliah mu."

Aku bangga kepada ayah, beliau sangat menyayangiku hingga beliau mau melakukan apa saja demi kuliah ku selesai dan ibu sembuh.
Tapi aku akan diam-diam bekerja dan tidak memberi taukan nya kepada ayah,.

"Apa, kamu mau cutti kuliah selama setahun.? Kamu mau kemana jessi.?" Ujar kepala kampus ku.

"Saya mau bekerja pak, saya ingin meringankan beban ayah saya. Ibu saya sedang sakit, dan kini di rawat di rumah sakit. Ayah saya tidak punya dana untuk membiayai pengobatan ibu saya pak. Saya mohon ijinkan saya untuk cutti selama setahun ini."

"Kamu yakin jessi? Apa kamu tidak menyesal? Kalo kamu cutti kamu akan mengulang semester kamu sekarang."

"Iya pak saya yakin."

"Baiklah bapak ijnkan kamu untuk cutti. Kamu jangan lupa belajar ya, karena kamu mahasiswi yang berprestasi. Memang nilai mu sempat turun, tapi bapak yakin suatu saat kamu bakalan berprestasi kembali."

Aku berdiri di depan kampus, dan memandangi kampus yang aku banggakan dengan penuh kesedihan, karena aku harus meninggalkan kampus selama setahun ini hanya untuk bekerja. Dan mungkin aku akan melupakan fariz.

Vote terus cerita ku ya.. kelanjutan nya akan aku teruskan nanti. Kalo ada yang kurang cerita nya coment ya, terus kalau ada yang menyinggung sedikit dengan nama nya mohon di maafkan..

Love You Fariz (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang