Prolog

48.5K 1K 28
                                    

Jangan baca kalo gamau kena hasutan.
Atau kena virus goblok.
Atau kena begal online.
Atau kena bacok online.
Atau juga santet online.




Diatas bukit menjauh, teletubies bermain-main....

NOPE! CUT! Salah scene.
REPEAT! ACTION!!

Pagi hari ini terbangun karena alarm yang berisik. Tidak bisakah lima menit saja dikau biarkan hamba tidur sebentar lagi, baginda alarm? Hamba tidak ingin ketampanan hamba hilang karena kantung hitam disekitar mata ini, baginda alarm.

Oke, so drama.

Beranjaklah aku dari tempat tidur tercinta, yang menyimpan magnet terbesar di rumah ini, yang membuatku susah untuk bangun setiap paginya. Mengusap wajah mungkin bisa menghilangkan rasa kantuk di diri ku. Tapi hasilnya nihil. Berdirilah aku dan berjalan menuju kamar mandi, berniat bercinta dengan sabun dan sebangsanya. Ah, sungguh tidur yang sangat singkat.

Setelah mandi dan memakai kemeja kebesaran ku dan yang aku banggakan, aku menyisir rambut ku. Klimis. I'm sexy and I know it. Saat aku bercermin, aku sadar bahwa aku melewatkan sesuatu. Aku lupa memakai celana.

Setelah memakai celana dan bersiap-siap, ke arah dapur adalah tujuan ku. Namun saat aku berhasil melangkahkan kaki di ujung anak tangga (bukan anak 'tetangga') paling bawah, seorang anak kecil perempuan berlarian dan menabrak ku.

Bruk!

Gedebuk!

"Ih, om Jian! Cakit tauuu! Kalo jalan liat-liat,dong!" protes nya. Terdengar lucu.

"Duh, kamu nya,sih. Jangan lari-larian,dong. Ini masih pagi," tutur ku sambil menggendong nya.

"Om Jian mau kelja?"

"Iya,dong. Kenapa? Kan biasanya om juga kerja."

"Hihihi, om Jian ganteng."

Aku tersenyum lalu mencium pipinya.

Bukan pertama kalinya si kecil ini bilang bahwa diriku ini makhluk Tuhan paling tampan. Setiap pagi, bahkan setiap hari dia bicara demikian.

"Aduuuuuhh! Pagi-pagi anak gue udah genit aja," seru seorang wanita yang merupakan ibu dari anak yang sedang ku gendong.

Bukan, anak lucu dan istri muda ini bukan milik ku. Tapi mereka milik....

"Gantengan mana Om Zian sama Papa?"

.... Dia. Lelaki yang barusan bertanya siapakah paling tampan, aku atau dia. Dia kakak ku, sang pemilik anak perempuan dan istri muda yang cantik ini. Namanya Zello. Umurnya 27 tahun.

Wanita cantik selaku istri kakak ku itu adalah Riana. Umurnya 25 tahun. Dan si kecil yang lucu itu bernama Angel, nama nya sesuai dengan dirinya yang mirip malaikat kecil. Masih berumur 3 tahun. Terkadang, aku sangat menginginkan seorang anak dan istri seperti kakak ku, dan seperti apa yang aku dambakan. Mengingat bahwa aku masih sendiri tanpa pendamping, kubuang jauh-jauh angan itu.

Lagu 'Terlalu Lama Sendiri' nya Kunto Aji tolong jangan di play, ya.

"Pagi,semuaaa! Duh, anak-cucu nya mama udah ganteng dan cantik semua!" seru seorang wanita paruh baya, yang tidak lain tidak bukan adalah Mami. Wanita yang membesarkan ku dan Zello dari masih di dalam kandungan hingga sekarang.

Semua sudah duduk di meja makan. Maksud ku,dikursi nya,bukan mejanya. Tapi kurang lengkap rasanya. Ah,iya. Papi, dia belum ke ruang makan. Namun kebetulan saat aku membatin,Papi datang ke ruang makan dan duduk. Wajahnya sumringah, terlihat bahagia luar biasa.
"Papi kenapa? Kok keliatannya seneng banget?" tanya Zello, mewakili perasaan ku yang penasaran.

"Iya,nih. Papi lagi seneng banget," kata Papi, alih-alih menjawab pertanyaan Zello.

"Opaaa!" seru si kecil Angel, turun dari tempat duduk nya, lalu berlari ke arah Papi. Memeluknya dengan penuh kehangatan.

"Haduh,kamu ini. Suka banget,sih,lari-larian,hm? Nanti kalo jatuh gimana?" tanya Papi, lalu memangku Angel ke pahanya.

"Tadi udah jatoh. Nablak Om Jian," jawab si kecil.

"Oh,udah jatoh? Sakit ngga?" tanya Papi sambil memperhatikan sekujur tubuh Angel.

"Engga! Angel 'kan kuat,opa!" seru si kecil dengan cengiran lebar nya.

"Kayak bang Zello,nih. Walau udah jatoh berkali-kali tetep aja ngga kapok," sahut ku sembari tertawa kecil.

"Oh, elo nyindir kisah cinta gue dulu?" yang merasa kusebut namanya, mulai angkat bicara sambil menaikkan sebelah alis.

"Dih,siapa yang nyindir? What I say is the truth,men."

"Ya,ya,serah lo,deh."

Papi tertawa melihat kelakuan kami, kakak beradik laki-laki yang kelakuan nya tidak berubah sejak remaja.

"Iya, kalo di gambarkan,Zello nih kayak Naruto. Pantang nyerah banget," sahut kak Riana yang dayang dari arah dapur, membawa beberapa makanan ala sarapan pagi.

"Pantang nyerah,sih,iya. Tapi bandel nya itu juga ngga ketulungan,lho," tambah Mami sambil membawa buah-buahan.

"Tapi seenggaknya aku udah punya istri cantik sama anak yang lucu nya naujubileh ngga ketulungan,Mam," jelas Zello ke Mami yang duduk disebelah Papi. Kak Riana duduk disebelah Kak Zello.

"Lah,sedangkan Zian? Dia masih aja jom..."

"Weits!" aku memotong pembicaraan Kak Zello sebelum dia mengatakan hal yang membuatku makin 'ngenes'.

"Udah,udah. Intinya, kapan nikah?"

Pertanyaan Papi spontan membuat Kak Zello, Kak Riana, Mami, bahkan Angel melihat ke arah ku. Seakan menunggu jawaban yang mereka sangat ingin tahu.

"Err.. emm.." aku berpikir. Jangankan mereka, aku juga ingin tahu. Kapan aku akan menikah?

"Mam,Pa, Zian makan di tempat kerja aja,yah. Takut telat ini. Bye, semuanya!" pamit ku lalu melarikan diri. Bisa kudengar mereka semua tertawa. Sial.

Namaku Zian Andreas. Umur 22 tahun, dan aku masih belum punya pasangan. Seorang yang bekerja menjadi photographer dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.

Ini cerita hidupku. Yang kuharapkan kini bukan emas,mobil sport,atau rumah mewah. Tapi kehadiran seorang putri yang akan bersedia mendampingi ku hingga nafas terakhirku.

Istriku Anak ABGWhere stories live. Discover now