Batas Byakugan

Mulai dari awal
                                    

"Mata mu masih mengeluarkan darah Hima-chan." Ucap Midori.

"Begini.. kita harus segera keluar dari Suna. Aku akan menunjukkan arahnya dengan byakugan ku." Ucap Himawari.

"Itu bukan rencana." Sela Kary. Karna baginya yang diucapkan Himawari bukan penyelesaian dari masalah yang terjadi. Tetap menggunakan byakugan yang menjadi penyebab darah itu terus merembes (?). Dia akui dia bukan tipe shinobi jenius tapi yang diutarakan Hima memang bukan solusi.

"Ta.. tapi.." Hima mencoba membela diri.

"Kita tak akan pergi kemana-mana sebelum darah itu berhenti." Ujar Kary tegas.

"Hah~" Himawari menarik nafas. Masalahnya rencana yang dipikirkannya tidak dijamin berhasil. Paling tidak dia mau menggunakan byakugannya semasih bisa.

"Aku.. aku akan menonaktifkan byakugan secara paksa." Ucap Himawari.

Midori dan Kary hanya menyerengitkan dahi mereka. Meminta penjelasan lebih.

"Menekan titik chakra ke bagian mata ku." Ucap Himawari.

"Tapi.. itu bisa berakibat..." Midori berucap ragu dengan keputusan Himawari.

"Byakugan terhenti atau aku buta!" Ujar Himawari.

Hening. Terkejut. Bukan hanya Midori dan Kary yang terkejut tapi juga para sensei yang mengawasi ujian. Jantung Naruto dan Hinata bedegub kencang mendengar ucapan putri mereka.

"Sasuke! Buka portalnya! Sekarang!" Perintah Naruto mutlak.

"Hentikan!" Suara mengintrupsi.

Semua mata menuju kearah suara tersebut. Suara yang membantah perkataan mutlak seorang hokage.

"Tou-sama?" Ucap Hinata.

"Sekarang yang diuji bukan hanya Himawari! Kau juga sedang diuji Naruto!" Hiashi berujar tegas ala pemimpin klan pada zamannya.

"Kau disini bertindak sebagai Hokage bukan orang tuanya!" Ujar Hiashi Hyuga menekankan kata Hokage dan Orangtua.

"Ingat posisi mu! Kau tak boleh melanggar peraturan!" Ingat Hiashi.

"Tapi.. Tou-san.." Naruto akan berucap namun diputus Hiashi.

"Percaya padanya!" Ujar Hiashi.

Sementara d gurun yang panas. Perdebatan juga terjadi.

"Jangan mengambil resiko Hima-chan.. kita pulang sekarang, mengobati luka mu. Kita bisa ikut lagi ujian di tahun depan." Midori mencoba meyakinkan Himawari.

"Tidak. Pokoknya tidak!" Himawari keras kepala. Padahal matanya terus berdeyut. Sakit.

"Lakukan! Mendebatkan hal ini hanya memperparah cidera mu! Yakinlah pada kemampuan mu!" Ujar Kary membalikkan badan. Tidak tega melihat kondisi Himawari.

"Kary-kun..." gumam Midori dan Hima.

"Aku percaya pada mu.." gumam Kary lirih.

Byakugan adalah anugrah yang didapatkannya. Matanya lahir berwarna biru cerah sama seperti ayah dan kakaknya. Tak ada yang menyangka jika ia juga mewarisi mata rembulan dengan kekkai genkai milik ibunya.

Berlatih dengan byakugan adalah hal spesial yang bisa dilakukannya. Mengandalkan byakugan dalam melaksanakan misi bahkan hal lain. Ketergantungan dengan kekkei genkai tersebut membuat diri tadi sempat takut dengan keputusannya. Tapi tekadnya terlalu kuat untuk dikalahkan oleh rasa takut.

Sementara di stadion konoha ada seseorang yang dilema dengan keputusannya. Dia yang selalu berteriak pada anak-anaknya tentang jangan menggabung urusan keluarga dengan urusan pekerjaan. Tapi apa gunanya dirinya jika tak bisa menyelamatkan putrinya yang didepan mata ia tau dalam keadaan yang tidak baik.

Perkataan guru kakashi yang menyebut seseorang yang melanggar peraturan adalah sampah tapi yang meninggalkan teman lebih buruk dari sampah mengiyang di pikiran Naruto.

Terus bagaimana sebutan untuk dirinya? Seorang ayah yang tak bisa berbuat apa-apa untuk anaknya karna gelar status yang disandangnya dan peraturan yang dibuatnya?

Hinata merasa Naruto dalam keadaan tertekan. Dia sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Menyadari hal tersebut Hinata menggenggam tangan suaminya mencoba menyalurkan ketenangan disana.

"Naruto-kun...Percaya pada Himawari?" Tanya Hinata.

"Ya.. aku selalu percaya." Jawab Naruto mengeratkan genggamannya.

Himawari memfokuskan mata byakugannya untuk mencari titik cakra di matanya.

Dia telah mendapatkan titik tersebut. Tapi lagi-lagi byakugan yang berdenyut membuat titik fokusnya menghilang. Mencoba dan mencoba lagi. Mata itu makin mengeluarkan banyak darah.

Kary yang awalnya berbalik badan sekarang juga turut melihat ke arah Himawari. Midori selalu disamping sahabatnya. Menatap khawatir.

"Dapat!" Himawari menekan titik cakra yang dimaksud.

Semua mata melihatnya menunggu hasil dari tindakan putri hokage ke tujuh. Urat-urat disekitar matanya mulai menghilang. Himawari membuka matanya.

"Gelap.." gumam Himawari.

DEG.

lanjut chapter berikutnya??

Hmm.. ada saran?

Hehe.. thanks udah di baca..

UZUMAKI HIMAWARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang