Batas Byakugan

4.4K 228 7
                                    

"Darah?" Himawari bergumam. Menyeka sekali lagi tangannya pada cairan merah yang menuruni pipi dengan goresan tanda lahir turunan ayahnya.

"Hima!!" Kary terkejut menyadari kondisi Himawari.

"Apa yang terjadi?" Midori juga khawatir.

Darah yang keluar tidak dalam jumlah yang bisa dikatakan sedikit.

"Non aktifkan byakugan mu!" Perintah Kary.

"Ti..tidak bisa!" Jawab Himawari.

"Apa?" Kary dan Midori terkejut.

Berdiskusi ditengah panasnya terik matahari bukanlah ide yang bagus apalagi dengan kondisi teman mu yang mengkhawatirkan.

Midori berinisiatif menumbuhkan suatu pohon yang bisa membuat mereka berlindung dari sinar matahari yang sangat menyengat.

Persediaan minum telah habis. Tapi suhu tubuh mereka masih dalam kondisi normal. Berterimakasih pada Nanare Tori yang memberi mereka kristal es sebagai ucapan maaf karna ide jahilnya.

#di stadion Konoha#

Hinata tersikap berdiri terkejut melihat apa yang terjadi dengan putrinya. Kekhawatiran menyelimuti ibu dengan dua anak tersebut.

"Na..naruto-kun!" Hinata berucap. Menatap suaminya yang juga berada disebelahnya. Keadaan suaminya tak jauh beda. Raut wajah Naruto terlihat mengeras. Khawatir.

Jika malam kemaren Hinata berhasil meyakinkan Naruto bahwa semua baik-baik saja, maka untuk saat ini mungkin tak ada yang bisa menghentikannya untuk memaksa Sasuke membuka portal dan loncat untuk menyelamatkan putrinya.

Jika pun Sasuke enggan membukakan portal maka biar dia berlari menuju Sunagakure.

Niatnya terhenti karna mendengar suara dari layar didepannya. Komunikasi antara putri dan teman setimnya.

"Aku akan memecahkan layar gelang ini. Sensei akan segera datang." Ucap Kary sudah mengepalkan tangannya untuk menghantam layar di gelang hitam miliknya.

"Tidak! Jangan!" Teriak Himawari. Menahan tangan Kary.

"Jangan keras kepala!" Kary menaikkan suaranya. Sungguh dia sangat khawatir.

"Hima-chan. Kau terluka dan harus diobati." Ujar Midori lembut.

"Tidak! Kumohon..." ujarnya melembut.

"Uzumaki Himawari.. kau harus segera mendapatkan pertolongan pertama. Dan itu artinya kita harus menekan tombol ini agar sensei segera datang." Jelas Kary mencoba mengubur emosinya.

"Dan itu artinya kita gagal. Aku tidak mau!" Ujar Himawari masih ngotot dan menggenggam tangan Kary agar tak memecahkan layar gelang atau bahkan menekan tombol merah disana.

"Hima-chan.." Midori hanya berucap menenangkan.

"Baiklah. Beri aku alasan kenapa kita harus tetap melanjutkan ujian ini dengan kondisi mu saat ini." Kary berujar tegas. Menjadi satu-satunya laki-laki dan juga ketua tim membuat ia harus bisa bersikap dalam mengatasi segala situasi.

Hening. Himawari mengambil nafas.

"Aku ingin kita pergi bersama ke final ujian chunin! Aku tak akan berhenti! Tidak dengan kondisi ku saat ini! Aku masih mampu. Aku tau itu. Karna ini mata ku! Dan... aku tidak akan menyerah! Tidak sampai aku menemukan jalan ninja ku!" Himawari berujar tegas.

Kary dan Midori selalu tau teman mereka satu ini jika sudah dalam mode tegas akan sangat susah dilawan dan dibantah. Keinginannya terlalu kuat untuk digugurkan.

"Hah~ " Kary menarik nafas berat.

"Oke. Jadi apa rencana mu?" Kary pasrah. Paling tidak dia akan tetap mengawasi keadaan "Hime-sama" yang sangat keras kepala satu ini, jika yang terburuk datang, ia tanpa ragu akan memecahkan layar dan menekan tombol merah tersebut.

UZUMAKI HIMAWARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang