3 - Finding Her (1) [REVISI]

2K 159 69
                                    

***

20 Tahun kemudian

Sebuah Volvo hitam berhenti tepat di depan sebuah gedung pencakar langit di ibu kota. Seorang security yang menjaga pintu lobby kantor tersebut langsung menghampiri mobil itu dan membukakan pintu.

Tap!

Sebuah sepatu kulit keluaran designer ternama luar negeri menjadi hal pertama yang menyita perhatian orang-orang begitu pintu mobil itu terbuka. Ketika seorang pria berjas mahal berwarna biru tua keluar dari dalam mobil, perhatian orang-orang yang tadinya tertuju kepada sepatu kini beralih kepada pakaian mewahnya. Dan tatapan itu terus naik dan naik sampai ke wajah pria yang dibingkai kacamata hitam tersebut.

Saat pria itu melepas kacamata hitamnya, kedua sudut bibir pria itu melengkung ke atas menyunggingkan seulas senyum. Senyum yang membuat para kaum hawa yang kebetulan berada di lobby terpikat karenanya.

"Selamat pagi!"

"Selamat pagi!"

"Pagi, pak."

"Pagi, Pak Lukas."

Semua orang yang dia lewati menyapanya dengan santun dan membungkuk hormat yang di tanggapinya dengan membalas sapaan mereka.

Dua puluh tahun telah mengubah Lukas Blanchard Dinata menjadi sosok pria tegap yang luar biasa tampan. Darah campuran Prancis – Indonesia – Hongkong yang mengalir di tubuhnya membuatnya mewarisi warna bola mata berwarna biru, rambut hitam khas Indonesia, dan wajah oriental khas Hongkong.

Ya, Lukas memang tampan. Apalagi tubuhnya yang atletis, pundak lebar, dan tinggi tegap membuatnya terlihat sempurna. Di mana pun ia lewat, sudah pasti ia akan menjadi pusat perhatian khususnya bagi kaum hawa. Tidak hanya tampan, tapi dia juga kaya raya. Keturunan bangsawan Perancis dan merupakan satu-satunya pewaris perusahaan pefilman terkemuka di Indonesia. Tripikal calon suami idaman bagi setiap wanita.

"Moreno," Panggil Lukas kepada asisten pribadinya Moreno Gozali.

"Ya, pak?" Tanya Moreno yang berada tepat di belakang Lukas.

"Hari ini apa jadwal saya?" Tanya Lukas sambil berjalan.

Moreno mengeluarkan agendanya dari tas kerja dan membacakannya kepada Lukas. "Setengah jam lagi anda ada meeting dengan kepala keuangan, jam sebelas siang meeting dengan dewan direksi sekaligus makan siang bersama, jam dua sore anda punya janji dengan Nansam Group."

"Ah, begitu?"

"Benar, pak." Jawab Moreno. Kini mereka berdua berhenti tepat di depan lift. Sambil mmenunggu lift, Lukas kembali mengajukan pertanyaan kepada Moreno.

"Hari ini jadwalku lebih banyak meeting ya?" Lukas melirik Moreno.

"Benar."

"Tidak ada interview hari ini?" Tanya Lukas lagi, berusaha memastikan sesuatu.

"Hari ini yang datang interview semuanya adalah laki-laki." Jawab Moreno seakan sudah mengetahui apa maksud atasannya tersebut. Lukas menanggapi ucapannya hanya dengan sebuah anggukan.

Tak lama kemudian, pintu lift eksekutif terbuka. Lukas masuk ke dalam lift lebih dulu dan disusul oleh Moreno. Mereka berdua berdiri berdampingan dan sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Moreno sibuk memperhatikan agendanya, sementara Lukas masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ting!

Pintu lift terbuka ketika tiba di lantai 22. Moreno melirik kepada atasannya yang masih terdiam di tengah lift.

DTS 1 - ASTILBE, Sebuah Penantian [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now