Part 12 : The Fact

3.5K 156 0
                                    

Sometimes you have to remind yourself that people come n people go. And the ones that meant to be with you will always stay.

"Gadis di cafe itu,"

"Siapa, kak? Kau menemukan seseorang yang memakai gelang ini juga?"

"Ya. Namanya.. Namanya.."

Alex berpikir keras. Kenapa dia lupa namanya? Siapa gadis itu? Pikirnya. Pantas ia merasa familiar dengan gelang yang dipakai gadis itu. Tapi mungkin karna belakangan ini pekerjaannya sangat banyak, ia menjadi sedikit pelupa. Padahal tadi pagi ia baru bertemu dengan gadis itu.

"Boy!"

Ya. Boy pasti ingat. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Boy.

"Halo"

Suara Boy terdengar lesu. Pasti karna Alexiana. Ia menghela nafas.

"Kau ingat nama gadis yang kita temui di cafe itu?"

"Yang mana?"

"Yang duduk bersama kita,"

"Ah, Shelia. Kenapa?"

"Shelia. Namanya Shelia," Katanya pada Alexiana dan Angel.

"Ada apa?"

"Kami harus mencarinya. Ceritanya panjang,"

"Sepertinya kau harus ke cafe sekarang. Dia disini,"

"Dia disana? Baiklah, tahan dia sebisamu. Aku ke sana sekarang,"

Gadis itu disana? Bukankah tadi pagi gadis itu baru disana? Apa gadis itu menghabiskan harinya di cafe itu?

Alex memutuskan sambungan teleponnya. Ia membereskan dokumennya dan meraih jasnya. Alexiana dan Angel ikut berdiri dan mengikuti Alex. Angel kembali memainkan jarinya. Ia tetap tidak boleh banyak berharap. Mungkin gelang itu hanya mirip atau kemungkinan lainnya. Alexiana mempercepat langkahnya.

"Kita mau kemana?"

"Ke cafe biasa. Aku sering melihat gadis itu disana. Dan sekarang dia disana. Aku sudah menyuruh Boy menahannya,"

"Boy? Again?"

"Selesaikan masalahmu baik-baik dengannya, Gress. Kau bukan anak kecil lagi,"

"Bela saja terus sahabatmu itu,"

"Dia sudah menceritakan semuanya,"

"Jadi.."

"Ya. Kita bahas soal ini nanti di rumah,"

"Kak? Bukankah kakak bilang kakak sering melihatnya? Seharusnya kakak mengenalinya, bukan? Dia kembaranku. Kami kembar identik,"

Benar juga. Kenapa ia benar-benar bodoh? Tapi, gadis itu terlihat berbeda. Lagipula wajahnya selalu lebam dan ia selalu memakai topi. Jadi ia tidak pernah memperhatikan secara detail wajah gadis itu.

"Dia sering memakai topi dan wajahnya sering lebam. Aku tidak pernah berpikir bahwa dia adalah kembaranmu. Karna menurutku, kalian berdua memang berbeda meskipun kembar identik."

----***----

Boy memasuki cafe. Seperti biasa. Ia akan menenangkan pikirannya dengan cappuccino di cafe ini. Ia berkali-kali menghela nafas. Bayangan wajah Alexiana terus berkelebat dipikirannya. Ia melihat foto Alexiana saat masih kecil sampai saat dia sudah dewasa, ia mengambilnya dari media sosial Alexiana. Ia merindukan tawa Alexiana. Merindukan senyumnya. Ia rindu saat Alexiana tertawa bersamanya karna leluconnya. Ia tersenyum miris.

Something To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang