1

8.6K 544 12
                                    

Selain di baca, dicomment atau di vote yah. Karena ide cerita itu ga muncul gitu aja, dan susah nyarinya. Ngehargain karya orang sekali-sekali, gapapa kan?

Enjoyxx.

Ps : kritik dan saran membangun masih diperlukan;)


-.-


"Yang didepan itu rumahnya?". Tanya Calum pada supir taksi yang mengantar kami berdua. "Tidak salah jalan pak?".

"Tidak, nomor rumah yang kalian maksud ada disana". Supir paruh baya itu menunjuk rumah berlantai dua dan bercat biru muda. Dihiasi pintu pagar bertembok dan pintu untuk garasi dan pintu untuk masuk ke dalam rumah.

"Yasudah, terima kasih". Calum menyodorkan beberapa dollar kepada supir itu dan membantu mengeluarkan koper dari bagasi.

Setelah semua koper dikeluarkan, aku dan Calum menyeret koper itu masuk ke dalam rumah. "Lo percaya ga sih, ini rumah kita?". Tanyanya saat pintu pagar itu terbuka.

"Engga sih, emang ga terlalu besar sih rumahnya tapi kalo cuma kita yang tinggal berdua, ini kebesaran". Ucapku sambil melepas sepatu di kursi yang sudah ada di depan rumah. "Lo tau, mereka nyiapinnya matang-matang".

"Bener banget". Setelah pintu rumah ini terbuka, aku dan Calum menyeker melihat seisi rumah. Tidak ada terlalu banyak furniture di rumah ini. Di ruang tamu ini, ada kursi tamu serta mejanya, karpet, dan dipojok ruangan ada televisi serta sofa bed.

Dibawah ada 3 kamar, dan diatas hanya satu. Di lantai atas, lebih dominan ke balkon yang dibatasi pintu, semacam rooftop.

"Kayanya sih, kamar diatas, soalnya ketiga kamar disini kosong". Ucap Calum.

Aku hanya membuntutinya di belakang. Anak tangganya dibuat melingkar dan untung saja dibuat melebar. Calum membuka pintu berwarna putih itu, dan benar, ini disebut kamar utama.

"Dasar lebay, isi bunga-bungaan segala". Ucapku saat melihat tumpukan kelopak mawar merah yang di bentuk simbol love. "Buang aja ya?". Tanyaku pada Calum.

"Iyalah, gila aja ga dibuang". Calum menangkup kelopak mawar itu dan membuangnya ke tempat sampah. Begitupun denganku.

Setelah selesai membuang kelopak mawar itu, aku dan Calum terduduk di karpet yang menjadi alas tempat tidur. Aku masih memakai make-up dan dress putihku dan Calum juga masih memakai celana hitamnya dan kemeja putih.

"Lo tau gak yang lagi gue pikirin?". Tanya Calum.

"Kaga lah, emang gue bisa baca pikiran orang. Bego lu". Calum langsung menjitak kepalaku dan kujitak kembali kepalanya. "Oh gue tau, pasti lu mikirin first night ya?".

Calum mengangguk, "Yap, menurut lo, emang kita bakal ngelakuin?". Pertanyaan terfrontal yang pernah kudengar. "Gue ga yakin".

"Sama, lo taulah, belum siap mental, mungkin?". Aku menekuk lututku dan memeluknya.

"Gue juga mikirnya gitu. Lo tau kan, terlalu muda buat kita. Gue gak kebayang ternyata gue nikah diumur 20 tahun". Calum tertawa sambil memegang perutnya. Memang lucu sih, bayangkan saja, semua orang tahu kalau aku dan Calum 'sedikit' kekanak-kanakan dan kita menikah. Itu lucu bukan? "Ngomong-ngomong gue kangen lo banget". Tiba-tiba saja Calum melingkarkan lengannya di tubuhku. Spontan, aku terkejut dan hanya diam. "Lu kangen ga sama gue?".

Aku memeluknya balik, "banget, malah pas di altar gue berharap lo dateng".

Setelah adegan berpelukan kami turun ke bawah untuk mencari minum. Ya, berharap semoga ada air minum di kulkas.

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Where stories live. Discover now