Chapter 1

4.2K 392 18
                                    

"Hei, Kakek! Aku bosan!"

Dengan refleks akibat tersinggung, Yoongi melempar sebuah bantal ke arah badan Jimin yang baru saja meledeknya dengan sebutan tidak sopan itu. Matanya dengan tajam mendelik sembari menampangkan ekspresi kesal di wajahnya.

"Sekali lagi kau panggil aku seperti itu, akan aku buang semua koleksi Star Wars kesayanganmu itu!" Jimin hanya terkekeh saat mendengar respon Yoongi yang tidak bisa dibilang 'lembut'. Ia menghampiri lelaki bersurai mint tersebut dan berlutut di hadapannya.

"Maaf, jangan marah padaku seperti itu. Aku hanya berusaha untuk menarik perhatianmu."

"Tapi tidak seperti itu caranya."

Jimin menghela nafas sembari mengusap wajahnya. Yoongi kalau sudah kesal seperti ini sangat susah untuk diajak berbicara, apalagi belakangan ini ia sedang bermasalah dengan guru di sekolahnya. Jadi tak heran mengapa Yoongi jarang tersenyum seperti biasanya.

Takut jika mood lelaki di hadapannya ini makin memburuk, Jimin memutuskan untuk meninggalkan Yoongi sendirian. Ia hendak pergi ke swalayan untuk membeli beberapa makanan ringan kesukaan Yoongi agar ia merasa lebih baik, Jimin tahu hanya ini yang dapat meluluhkan hatinya.

"Yoongi-hyung, aku pergi membeli makanan dulu!" sahut Jimin dari depan pintu dan tidak direspon oleh lelaki yang lebih tua, tentu saja.

Jimin berjalan dengan gemetar, ia baru ingat kalau sore ini cuaca sedang bersalju dan ia tidak memakai sehelai jaket pun. Ia meniup-niup telapak tangannya agar mendapat sedikit kehangatan dari nafasnya, walaupun itu sama sekali tidak membantu. Untung saja ia memakai sweater yang cukup tebal, tapi tetap saja ia tak kuat menahan suhu yang rendah ini.

Ia terus berjalan, tidak menghiraukan badannya yang makin melemah. Ia harus membelikan Yoongi makanan untuk menghapus amarahnya, harus.

Di luar ekspektasi, kepala Jimin terasa pusing. Pandangannya mulai meredup dan badannya lunglai, ia nyaris terjatuh jika saja sepasang lengan pucat tidak mendekapnya sekarang. Bola matanya berhasil menangkap bayangan seorang lelaki yang sepertinya familiar.

"Berjalan di tengah hujan salju tanpa jaket tebal, hebat sekali kau."

Walaupun ia tidak dapat menatap langsung wajah pemilik suara berat tersebut, Jimin tahu pasti siapa orang ini. Siapa lagi kalau bukan Min Yoongi, atau sebut saja 'malaikat penyelamat Jimin'.

Ia bernafas lega, ternyata bukan orang asing aneh yang bisa saja berniatan untuk menculiknya. Dewi Fortuna berpihak kepadanya.

"Tubuhmu dingin sekali dan aku tidak membawa jaket ataupun selimut, mari kita pulang. Ini sudah sore."

Yoongi dengan hati-hati menggendong Jimin di punggungnya, kedua telapak tangannya menopang paha Jimin agar ia tidak terjatuh.

"Lingkarkan tanganmu di leherku, berusahalah untuk tetap sadar sebelum kita sampai di rumah." Yoongi sangatlah merasa cemas akan kondisi Jimin, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Ia harus cepat membawa Jimin ke tempat yang hangat, atau anak ini bisa-bisa pingsan.

Yoongi dengan sabar menggendong Jimin sampai ke rumah mereka berdua, rasanya ingin menangis jika penyakit Jimin mulai kambuh seperti ini. Jujur, ia sangat kebingungan.

"Y-oongi-hyung, a-aku kedinginan." Suara Jimin terdengar lemah, badannya gemetar dan genggamannya di leher Yoongi semakin lolos.

"Jimin, aku mohon tetaplah sadar. Hanya satu blok lagi dan kita akan pulang."

"Aku tidak kuat, hyung. D-dingin."

Yoongi yang mendengar perkataan Jimin makin kewalahan, apa yang harus ia lakukan? Ia sedang berada di tengah kota Daegu yang sepanjang mata memandang dipenuhi salju dan lingkungan di sekitar sini tidak mengenal apa itu kehangatan.

"Apa kau tahu lokasi penginapan di sekitar sini? Aku rasa kau tidak akan tahan jika aku terus menggendongmu sampai ke rumah." Yoongi menoleh ke belakang untuk menatap Jimin.

"S-sepertinya aku t-tahu, hanya beberapa l-langkah dari sini." Suara Jimin gemetar.

"Baiklah, kita kesana. Tunjukkan aku jalannya, bisa tidak?"

Jimin hanya mengangguk, tenggorokannya terasa sakit hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan Yoongi. Ia menyembunyikan wajahnya di leher Yoongi, berusaha mencari kehangatan. Dan selain itu, Yoongi sangat wangi. Aromanya seperti campuran antara kayu manis dan sabun mandi.

"Kemana lagi arahnya, Jim?"

Yoongi kembali menoleh ke belakang untuk melihat Jimin, tetapi kedua bola matanya tertutup.




"Jimin?"

It's Cold Outside | YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang