Dua

250K 10.6K 102
                                    

"Bagaimana dengan tawaranku?" tanya Tiar kepada adiknya.

"Menjadi seorang guru matematika di SMA Bhakti? Apa tidak salah? Bisa kan mencari guru pengganti selain diriku?" jawab Setyo.

Sutiarso, kerap disapa Tiar itu menghela nafas,
"Kau tahu, ini adalah cita-citaku sejak lama. Meneruskan S2 di luar negeri. Inilah kesempatanku".

"Bagaimana dengan ku? Aku sudah menjadi dosen" ucap Setyo memandang ke langit yang penuh bintang gemerlap.

"Ah.. Masalah itu, mungkin aku bisa mengatasi nya. Aku mengenal Rektor Universitas yang kau ajar" senyum Tiar, Setyo menatap tuturan kakak nya itu dengan tatapan benarkah-kau-mengenalnya.

"Terserah kakak saja" ucap Setyo mengalihkan pandangannya.

***************
Veve membuka pintu kamarnya dan langsung bergabung dengan keluarga nya di meja makan.

"Pagi mah, pah, demit hutan" sapa Veve sambil mencomot roti yang dihidangkan.

"Lo kali yang demit!" balas Fergi tidak terima.

"Tumben kamu bangun tidak terlambat Ve?" tanya Mamah.

"Biasanya juga jam segini masih molor mah. Dia pasti punya pekerjaan rumah yang belum diselesaikan" cibir Fergi.

"Eh elo demit hutan sok tahu banget sih"

"Emang biasanya juga gitu. Mah, Pah Fergi berangkat duluan" ucap Fergi sambil berlalu dan pamit.

"Gak bareng Papah?" tanya Papah.

"Enggak. Fergi mau pake motor saja. Kalo bareng Papah Fergi capek nungguin nih kotoran satu ini" balas Fergi mendelik ke arah Veve.

"Yasudah hati-hati"

Mendengar itu Veve langsung melahap roti ke mulutnya dalam-dalam.

"Eh demit tungguin gua! Gua mau bareng! Mah Pah Veve berangkat dulu ya. Dadahh" Veve berlari.

"Eh rotinya dikunyah dulu terus minum nih susu" teriak Mamah.
Namun Veve sudah menghilang dari pandangan.

Mamah dan Papa hanya bisa tersenyum melihat kelakuan kedua anaknya tersebut.

***************
"Udah sampe noh. Mau sampe kapan lo duduk di motor gua! Turun!" usir Fergi.

"Eh udah sampe ya?" Veve celingak-celinguk mengucek matanya.

"Yaelah lo tidur? Dasar kotoran!" cibir Fergi.

Pletak!!

"Diem deh dasar demit hutan!" balas Veve memukul helm full face adik nya itu.

Saat Veve ingin turun dan belum sampai menyentuh tanah, Fergi men-gas motor nya dan Veve jatuh tersungkur didepan gerbang sekolahan.

"Aaahhh!!! Dasar demitt!!" teriak Veve.

Fergi hanya tertawa geli.
Citra yang sedang berjalan kearah pos satpam melihat Veve sedang duduk ditanah.
"Eh Ve ngapain lo duduk ditanah gitu?" tanya Citra menggamit tangan Veve membantu berdiri.

"Tuh si demit, main gas aja. Belum juga kaki gue nyentuh tanah"

Mendengar penuturan Veve, Citra mengalihkan pandangannya pada seseorang yang sedang duduk diatas motor ninja hijau.

"Aaaa Fergi" Citra berlari dan melepaskan pegangan sehingga Veve jatuh untuk yang kedua kalinya.

"Eh fergi, bagaimana kabarnya? Gimana Papa sama Mamah?" tanya Citra pada Fergi yang menekankan kata Papa dan Mamah, bukan Om dan Tante.

Memang dari dulu Citra sudah naksir Fergi. Dan ia yakin kalau ia pasti dapat menaklukan hati si Pangeran Idola para siswi di seantero SMA wilayah tersebut.

"Baik kak Citra" ucap Fergi melepas helm full face nya.

"Hehe syukur deh"

"Cangcimeng cangcimeng KACANG dikasi permen" teriak Veve yang merasa dikacangin mereka berdua.

"Hih lo pagi-pagi udah main teriak-teriak aja!" cibir Citra.

"Lo ya, kalo udah ketemu tuh demit langsung ganjen!"

"Hih bersisik!"

"Woi berisik kali. Tolongin guee" ucap Veve manja.

***************
"Hahh??? Beneran lo mau ikutan kelas Matematika?" ucap Putri keras sehingga membuat penghuni kelas melingkar merubungi Veve.

"Yahh mau dikata apalagi, gue sekali ini deh terpaksa ikut kelas Matematika" ucap Veve santai.

Seluruh penghuni kelas XII IPA 1 itu bertanya-tanya.

"Emangnya kenapa Ve? Lo kesambet ya?" tanya Tania.

"Bukan. Gua cuma ga ada tenaga buat kabur. Kaki dan badan gua sakit semua, jatuh dari kemaren"

"Ya itu sih karma lo Ve haha" ucap Faisal, Ketua kelas XII IPA 1.

"Apa lo Sal? Nyinyir amat lo? Mau adu panco hah?" tantang Veve.

Walaupun Veve seorang cewek namun dia sangat gemar adu panco ataupun bermain olahraga yang berbau cowok.

"Siapa takut? Tapi ada persyaratan, kalo lo kalah, lo harus joget lagu dangdut sambalado didepan kelas"

"Kalo lo yang kalah gimana?"

"Gua bakal traktir lo seminggu penuh" jawab Faisal penuh semangat.

'Hmm boleh juga nih, gratisan di kantin selama seminggu penuh' batin Veve.

"Veve veve!!!" support para cewek untuk Veve, sebaliknya para cowok menyemangati ketua kelas mereka.

Namun saat tangan Veve hampir menyentuh permukaan meja yang menandakan hampir kalah, Veve mengalihkan perhatian.

"Eh sal ada apa tuh dikepala lo? Cicek ya?" ucap Veve.

"Hah?? Mana cicek?" ucap Faisal.
Setelah Faisal lengah Veve merampungkan tugasnya.

"Horee gua menang. Seminggu penuh makan kenyang" sombong Veve.

"Yaelah lo curang ah!"

"Yee suka-suka gua dong"
Tanpa disadari, Pak Tiar sudah berdiri di ambang pintu.
Melihat Veve seperti biasa, dia hanya bisa tersenyum.

My Teacher, My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang