Fem

27 1 2
                                    

Author POV

Suara derap kaki kuda menggema di seantero hutan. Membuat para dyrad dan binatang yang tertidur lumayan terusik. Si pengendara tampaknya tak peduli dengan beberapa makhluk yang menatapnya sebal dan curiga. Ia masih terus memacu kudanya sambil menatap tajam jalan di depannya.

Jubah merah si pengendara berkibar kasar. Kancing yang seharusnya dipasang dibiarkan terlepas. Membuat kaos hitam tipis yang melekat ditubuhnya melawan angin malam yang menggigit.

Xen mengenggam ujung pedangnya saat dirasa sesuatu muncul mengikutinya dari balik pepohonan. Sesuatu itu melesat cepat berusaha menandingi laju kuda miliknya. Mata hijau tajam Xen memicing, berusaha membuktikan sangkaannya terhadap si makhluk.

"Valurver*," bisiknya pelan. Ia mencabut pedang bermata duanya. Segera pedang itu memantulkan cahaya bulan purnama di langit.

Mengabaikan rasa gelisah dan khawatir -Lim- tunggangannya, Xen enggan memperlambat kecepatan mereka. Pemuda itu mengelus leher Lim, berusaha menenangkannya.

Hieeee! Lim mengangkat kakinya tinggi secara mendadak. Membuat Xen harus mempererat pegangannya dan berusaha keras menjaga keseimbangan. Saat Lim kembali berdiri tegak, mata Xen menangkap sosok besar yang sedari tadi membuatnya waswas.

Sosok itu berdiri dengan dua kaki belakangnya yang berbulu. Membuat Xen menebak bahwa tinggi makhluk itu sekitar tiga meter. Di bawah pusar makluk itu, bertengger seutas kain seperti cawat. Tubuhnya tampak sangat tangguh dengan lengan panjang berkuku tajam. Sedangkan moncong anjingnya meneteskan air liur kecoklatan yang tampak sangat menjijikan. Matanya liar serwarna merah darah menatap Xen lapar.

"Grrr!" makhluk itu menggeram. Tampaknya ia masih menunggu waktu untuk menyerang. Xen sendiri memasang kuda-kuda pertahanan dan menyimpan pedangnya di samping tubuh.Tak mau gegabah menyerang duluan.

"Apa maumu?" suara Xen tampak tenang saat membuka mulut. Ia tetap pada posisi siaganya.

Si makhluk menggeram lagi. "Berikan aku apa yang kau bawa," jawabnya. Liur kecoklatan menetes tiap ia mengucapkan sebuah kata.

Xen tersenyum miring mendengar jawaban makhluk itu. "Bodoh," balasnya dengan nada datar. Seketika kakinya berlari cepat diatas tanah menuju si makhluk. Pedangnya berdesing halus saat membelah dua tubuh raksasa itu. Dari kedua bagian tubuh mati  si valurver, keluarlah pasir coklat berbau busuk, alih-alih darah.

Xen menatap jasad lawannya datar. Ia memukulkan pedangnya ke udara. Membuat pasir coklat busuk yang awalnya menempel pada pedang, hilang dan bercampur dengan partikel kecil lain di tanah.

Pemuda bersurai hitam itu kembali menunggangi Lim. Ia memasukkan pedangnya lalu menghentakkan tali kekang kuda dan kembali memacunya dengan cepat. Bulan sudah hampir diatas kepala. Ia harus buru-buru sampai, pikirnya.

Lim berhenti di sebuah pohon dibalik bukit setelah 10 menit berlari. Napas kuda itu terengah membuat uap panas keluar dari hidungnya. Xen turun dan mengambil sebuah botol dalam saku pelana. Setelah memastikan isinya masih utuh, kakinya melangkah mantap menuju akar-akar pohon yang menggantung seolah menutupi sesuatu.

Lim meringkik pelan saat tubuh Xen hilang bersama sebuah cahaya putih kebalik akar-akar itu. Suasana menjadi kembali hening.

Disisi lain, Xen menutup matanya saat memasuki portal. Ia menyebut sebuah nama dengan cepat. Seketika dirinya diliputi cahaya putih. Lalu tubuhnya perlahan berubah menjadi pasir emas dan berpindah tempat.

***

Mi membuka matanya setelah berusaha tidur sejak satu jam yang lalu. Akhirnya gadis itu memilih bangkit dari ranjang dan mendekati jendela.

Desahan pelan keluar dari mulut Mi. Ia melirik buku tua misterius yang membawanya ke ruang kosong menakutkan tadi siang. Buku itu kini ada diatas nakas. Setelah bergulat dengan pikirannya, Mi memutuskan mengambil buku itu.

Begitu kulitnya menyentuh buku, rasa penasaran menguasai Mi. Ia membuka buku dengan sedikit kasar. Jantungnya berpacu antara penasaran dan takut. Bagaimana jika ia kembali masuk ke ruang hampa seperti tadi siang?

Mi tanpa sadar membaca sambil menahan napas. Historien om regnbuen, ditulis oleh Fred Lantern, 80 Moone.

Sejarah merupakan hal yang luar biasa. Menceritakan tentang manusia dan peradaban. Namun pernahkah kalian mendengar mengenai sejarah pelangi? Sejarah awal mengapa ada sihir di dunia kita...

Jantungnya semakin berpacu cepat. Ia membalik halaman kuning berikutnya. Satu halaman lagi dan ia mungkin akan masuk ke ruang hampa.

Zaman dahulu ketika Benua Pangaea terbentuk, kekuatan besar mistis muncul tiba-tiba dari dalam inti bumi. Bersama badai dan hujan serta cahaya matahari yang begitu dahsyat. Kekuatan itu datang dari ketiadaan dan tiba-tiba pecah menjadi kristal-kristal warna warni. Pecahan kristal itu menyebar ke seantero bumi.

Mi berhenti. Rasa takut menguasainya. Ia ragu membalik halaman buku. Akhirnya dengan perlahan sekali Mi membalik lembar tipis buku itu sambil menyipit takut.

Bruk!
Sontak Mi membuka mata. Apa itu? Seperti sesuatu terjatuh keras, pikirnya. Mata Mi menatap awas sekelilingnya. Setelah satu menit diam ia kembali teringat kegiatannya beberapa saat lalu.

Kepalanya kembali menghadap buku. Masih dengan rasa takut, gadis itu menatap halaman terbuka didepannya. Halaman itu kosong dari tulisan apapun. Sebagai gantinya, sebuah lingkaran oval hitam besar memenuhi permukaan kertas. Di setiap ujung kertas terdapat gambar akar pohon menggantung.

Dahi Mi mengkerut. Pasalnya siang tadi, diatas bulatan oval itu ada sebait puisi dengan bahasa kuno negaranya. Kenapa tiba-tiba hilang? Satu hal misterius lagi hari ini yang membuatnya bertanya-tanya.

Bruk!
Suara sesuatu terjatuh kembali menghampiri telinga Mi. Tiba-tiba ujung matanya menangkap sekelebat bqyangan dari luar jendela.

"Siapa itu?" dengan was-was Mi membuka jendela. Kepalanya melongok keluar.
-
-
*Valurver=werewolf

-0-

Olaa Ane muncul lagi. Yuhuu. Maap kepada readers semua yang nagih-nagih ini cerita dalam hati. Maaf dari dalam hati Ane. Kalau mau jujur, Ane kena penyakit 'ide putus dan tersendat' , maka dari itu updatenya lama bangeeet. Eh cast di mulmed itu Xen(Jeremy Stumper) yaa!

Oh iya. Happy new year readers!! Hihi ga telat kan ya? Pliss masih awal taun kok. Hehe. Voment please?

Nb : cerita kedepan bakal pake beberapa sudut pandang yaaa. Gitu ajah. Bye

Grater av RegnbuenUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum