Aku Terlalu Berharap

345 5 1
                                    

Mentari mulai menampakkan keindahan tubuhnya. Embun pagi mulai berjatuhan dengan beriringan.
Aku mulai bersiap siap untuk pergi kesekolah pagi ini. Dan tak lupa juga aku selalu berusaha untuk melupakan Fero. Sesampainya di sekolah aku mulai duduk ditempat bangkuku.

"Pagi imel" kata seseorang yang mengagetkanku.
"Dava, ngagetin aja" ucapku sambil tetap aku melihat kelayar handphone ku.
"Hehehe. Udah makan belum? " tanyanya.
"Belum" jawabku singkat
"Kebiasaan deh" jawabnya sambil mengelus kepalaku.

Perlakuan itu cukup membuatku merasa bahwa aku terasa dianggap spesial baginya. Entahlah aku bingung harus menyebutnya bagaimana. Bel pun mulai berbunyi dan saat pelajaran senibudaya Dava sengaja duduk di depanku. Dan tiba tiba temanku Rizky datang menghampiri Dava.

"Dav, cantik kan nih cewek" ucapnya sambil menunjukkan foto cewek di ponsel rizky.
"Enggak ah, aku udah punya yang lebih kok. Ini" katanya sambil menunjuk ke arahku.

Entahlah mungkin saat itu aku merasakan sesuatu yang aneh mengelilingi pikiran ku. Namun langsung aku tunjukam foto Fero ke Dava

"Dav, nih ganteng kan Fero, ini yang aku tunggu selama bertahun tahun" ucapku
"Emil. Yang spesial akan kalah kok sama yang slalu ada" ucapnya sambil tersenyum

Apa ? Apa maksud ucapannya ? Apa dia menganggap bahwa dia tidak spesial namun dia selalu ada ?. Lalu kalau dia memang selalu ada kenapa dia tidak pernah hadir di setiap pagi dan malam ku. Hadir dengan ucapan ucapan manis . Lalu apa maksud semua ini ?.

"Mel" ucap febby teman sebangkuku.
"Ya ?" Kataku
"Lagi deket sama Dava ya ?"
"Ah enggak kok feb"
"Mau ditutup tutupin kayak gimana juga udah kelihatan kok"

Seketika aku merenung. Apa aku benar benar telah melupakan Fero? Apa kah 3 tahun selama ini akan sia sia dan berakhir begitu saja ?.

"Tapi mil, Dava itu bukan orang yang baik, yah bukan good boy lah" kata Faizah yang cukup tau tentang Dava.
"Dia sering keluar malam lo" kata sofie
"Masih yakin sama Dava ya gapapa" ucap Fanny yang ikut berbicara.
"Tapi bukannya Dava ceweknya banyak ya, ya yang penting hati hati aja ya" Sahut Alda.

Saat malam datang aku kembali teringat akan ucapan teman temanku. Apakah Dava bukan yang baik untukku. Jika Fero bukan yang terbaik untukku lalu kenapa Dava juga bukan yang terbaik untukku. Lalu bagaimana aku harus memastikan semuanya.
Beberapa hari telah berlalu. Dava masih bersikap manis. Namun hingga suatu hari.
Saat ulangan tengah semester berlangsung. Aku sangat terkejut saat aku mengetahu bahwa Dava kembali kedalam pelukan mantannya. Hal itu cukup membuatku bersedih bahkan membuatku menangis. Lalu apa arti sikap nya selama ini ?. Apa arti tangan yang selalu mengusap kepalaku, perhatian yang dia berikan, usaha yang dia berikan agar aku bisa melupakan Fero?. Tidak. Apakah semua ini memang omong kosong ?.
Karna cukup geram dengan sikap Dava. Fira teman sekelas yang sering aku curhat kepadanya pun menghampiri Dava.

"Dav, maksudmu apa si selama ini ? Kamu deketin imel. Dan sekarang kamu balikan sama mantanmu? Maksudmu apa ? Imel udah berharap sama kamu." Bentak Fira
"Dengernya, aku cuman mau bantuin Imel agar dia lupa sama Fero. Aku sedih aja lah ngelihat dia yang ga bisa move on. Aku ga ada rasa sama sekali sama dia" jawabnya

Aku yang mendengarkan suara itu dari jauh, hanya bisa menahan dan terus menahan agar air mata tak terjatuh. Apa ? Tersakiti lagi ?. Apa mungkin ini takdir.

Karna aku tak sanggup untuk menahan semuanya. Aku mulai membuka buku diary ku. Dan aku mulai menulis

Dear Dava
Dengan mudah dia memperjelas semua, memperjelas keadaan kemarin, dimana dia datang lalu pergi begitu saja. Cukup! Aku cukup puas dengan apa yang dia perjelas tapi bolehkah kekecewan ini muncul? Dia dengan mudah memperjelas semua tanpa mempedulikan satu sisi yang sangat terluka. Bukan! Aku tak menyesal dia menganggap semua barang candaan, tapi aku menyesal karna dia terlalu jauh masuk ke kehidupanku. Niat dia baik, kuhargai itu. Tapi justru kebaikannya membuat luka baru. Bolehkah aku berteriak meski aku tak sanggup berkata kata ?. Menyakitkan. Tak sadar kah dia , bahwa apa yang di lakukannya justru membuatku jatuh lebih dalam. Pergilah dan jangan kembali ! Tapi jujur aku membutuhkan kenyamanan yang sering dia ciptakan walau itu hanya sebuah candaan.

Menjauh lah dariku ! Tapi jujur aku merasakan sesuatu yang aneh ketika perlahan dia menghindariku.

Diamlah dan jangan berkata! Tapi jujur aku merasa rindu jika kulalui hari tanpa mengisinya dengan obrolan lelucon kita.

Berhentilah berbuat baik padaku! Tapi jujur aku merasa kesal jika dia melakukan hal yang jahat untukku.

Berhentilah peduli padaku!

Tapi jujur aku ingin dia tau bahwa aku sedang terluka.

Cukup aku sudah lelah dengan kelakuan manismu yang hanya dia anggap sebuah candaan. Lalu apa lagi ? Dia ingin tertawa puas ? Tertawalah sepuasnya aku akan diam mendengarkannya

Mengecewakan :""

Meski Tak TerbalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang