Dan jadilah malam itu mereka semua termasuk keluarga kecil Daniel, terbang ke Edinburgh. Si kecil Louis juga belum mau berpisah dengan Dave. Entahlah, mereka sangat menyayangi paman mereka ini.

Dave membawa mereka ke rumah orang tuanya. Tidak mungkin membawa dua keluarga itu ke apartemennya. Meski apartemennya besar, namun tetap saja akan sempit dengan rombongan keluarga besar itu.

Rumah besar bergaya Victoria itu selama ini hanya di huni para pelayan. Rumah ini peninggalan kakeknya. Saudara ayahnya memilih tinggal di rumah mereka sendiri dan membiarkan rumah ini kosong. Hanya sesekali ayah atau ibu Dave kemari. Ibu Dave yang memang orang Indonesia, tidak terlalu betah tinggal di Edinburgh. Entah kenapa dia sendiri juga tidak tahu.

"Kak, aku ikut ke kantormu ya besok?" Pinta Abby sebelum Dave masuk ke kamarnya.

"Aku besok ada meeting, Sayang. Apa tidak apa-apa?"

Abby mengangguk sementara Devan menghela napas pasrah. Hamil kali ini, Abby benar-benar tidak mau jauh dari Dave, seolah-olah Devan tidak ada artinya. Semua harus Dave. Devan sampai merasa tidak berguna lagi. Kecuali waktu tidur. Tidak mungkin juga Devan membiarkan istrinya tidur dengan Dave. Lagipula sang istri juga tidak akan bisa tidur tanpa bau tubuhnya. 

Dave baru saja keluar dari kamarnya saat Abby menyambutnya di depan kamar keesokan paginya. Dave tersenyum dan mengecup keningnya dengan sayang. Dave sungguh menyayangi gadis ini seperti dia menyayangi Diva, adik kandungnya sendiri. Dia akan melakukan apapun agar bisa melihat senyum di wajah cantiknya.

"Kau sudah siap, Sayang?" 

Abby mengangguk. 

Dave tersenyum dan mengelus kepala Abby. "Anak-anak tidak ikut?"

"Mika ingin bersama kakak Louis-nya. Michelle mau belajar membuat kue bersama aunty Diva-nya. Mike bersama Daddy dan Uncle D Two-nya bermain golf di belakang," Abby menjelaskan. 

Dave menggandeng tangan Abby dan membawanya ke mobil. Abby duduk dengan manja di sampingnya sambil memeluk pinggangnya. Dave juga heran kenapa Abby menjadi sangat manja padanya. Usia kehamilannya sudah lima bulan, seharusnya dia sudah melewati masa-masa menginginkan sesuatu seperti yang mamanya sebutkan sebagai ngidam. Tapi tampaknya Abby benar-benar tidak mau jauh darinya. 

Mereka sampai di kantor Dave tidak lama kemudian. Semua pasang mata menatap mereka berdua dengan terkejut. Bagaimana tidak, selama ini semua orang tahu Dave itu single, dan sekarang tiba-tiba saja dia datang ke kantor bersama seorang wanita. Hamil pula.

Para perempuan menatap mereka berdua dengan patah hati. Dave terlihat cuek. Malah memeluk pinggang Abby dengan posesif.
Jujur, dia tidak suka dengan para wanita di kantornya yang sangat suka memperhatikan atau sengaja menggodanya. Biar saja para wanita itu menganggapnya sudah menikah.
Entahlah, sejak terakhir kalinya dia patah hati karena Angel, sejak itu pula rasa hatinya ikut mati. 

Ya, bilang dia cheesy atau semacamnya, tapi Dave benar-benar patah hati pada gadis Asia itu. Apa yang kurang darinya sampai gadis itu menolaknya? Dia hanya ingin seperti teman-temannya yang sudah menemukan cinta sejatinya. Hidup bahagia bersama anak-anak mereka. Dave juga ingin itu dalam hidupnya. Tapi di mana wanita itu?

"Kak, aku mau ke kamar kecil sebentar ya?"

"Di ruanganku saja, Sayang."

Abby menggeleng. "Itu ada toilet." Tangannya menunjuk toilet di sudut.

"Ya sudah. Setelah itu langsung ke ruanganku saja ya. Aku akan meeting sebentar." Dave mencium keningnya dan meninggalkannya ke ruang meeting. Memulai kembali tugasnya setelah absen selama satu minggu kemarin.

Crush Into Youحيث تعيش القصص. اكتشف الآن