Kata Nando nyengir. Gue langsung meluk dia.

"Gue seneng banget Nandoo."

Nando bales pelukan gue.

"EHEM."

Gue terkejut dan langsung noleh. Dan ternyata itu Bang Raham.

"Dilarang pacaran disini." kata Bang Raham.

Gue sama Nando langsung salah tingkah.

"Jadi lo masuk semi final dek?"

"Iya Bang. Hehehe."

Bang Raham mangut-mangut dan senyum bangga ke arah gue.

"Jadi kapan waktunya dan dimana?" tanya Nando.

Senyum gue langsung lenyap seketika. Nando natap gue heran. Dan menguncang tubuh gue pelan.

"Lo gapapa?"

"Gapapa. Waktunya seminggu lagi dan di Singapura dan disuruh berangkat lusa."

Nando dan Bang Raham natap gue kaget.

"Jadi lo sendirian kesana?" tanya Bang Raham khawatir.

"Iya Bang. Biaya ditanggung panitia semuanya."

"Terus kenapa harus berangkatnya lusa?" tanya Nando.

"Katanya nanti disana mau diajarin."

Gue mengangkat bahu acuh. Gue noleh ke Bang Raham terus nepuk bahu dia.

"Bang, bilangin ke Mama, Papa yah. Gue izin."

"Kenapa ga mau izin sendiri?"

"Belum wak-"

Bang Raham mendengus kasar.

"Lo dari kemaren alasannya begitu mulu. Basi tau ga? Bilang aja karena lo mau deket-deket sama gue terus." bisik Nando dengan PD-nya.

Gue nabok pipinya.

"Kapan? Kapan lo siap?"

Gue mikir.

"Selesai pulang dari Singapura gue kembali ke rumah." jawab gue sambil nyengir.

Mungkin ini saatnya. Saatnya gue berbaikan dengan hati gue.

"Yang bener lo? Janji?"

Gue mengacungkan jari kelingking gue. Sambil tersenyum ke arah Bang Raham.

"Janji."

Bang Raham mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking gue. Dan Bang Raham ngacak-ngacak rambut gue sayang.

"EHEM. CANGCIMEN. KACANG, KUACI, PERMEN." Nando teriak-teriak ga jelas.

Gue noleh ke dia. Dan mukanya kusut karena dari tadi dikacangin. Gue terkekeh. Bang Raham mukul bahu Nando.

"Lo kan akhir-akhir ini udah sering bareng San-Cathrine. Jadi jangan ngiri gitu lah."

Nando cuma nyengir. Gue cuma senyum saat Bang Raham ralat manggil nama gue.

"Abis gue liat adegan yang kayak disinetron begitu. Mata gue panas rasanya." kata Nando.

"Alay lo." kata gue.

"Gapapa. Yang penting lo sayang gue."

Gue terkejut dan langsung liat Nando. Dan Nando cuma memeletkan lidahnya.

"Cieeee. Percaya deh yang lagi kasmaran nih."

Gue mukul Bang Raham.

"Apaan sih." jawab gue malu.

"Gue baru pertama kali liat lo malu gini San." goda Bang Raham.

"Beuh. Kalo sama gue yah Bang. Dia mah blushing mulu." Ejek Nando.

Sialan. Mereka mah beraninya ngeroyok.

Gue cuma ngedumel dalem hati.

"Bang. Lusa ajak Mama, Papa, Justine ke bandara yah."

Bang Raham mengacungkan jempolnya.

"Oke. Gue duluan yah bang. Bhay."

Gue naik ke motornya Nando. Dan Bang Raham ngangguk sambil ngelambaikan tangannya ke gue.

"Mau makan siang dulu?" tanya Nando sambil menstarter motornya.

"Ga usah. Gue tadi udah makan. Gue mau istirahat."

Nando langsung noleh liat lo.

"Lo sakit?" tanya Nando khawatir.

"Engga. Gue cuma capek aja."

"Oh. Yaudah. Kita pulang yah."

Nando nganter gue sampek apartemen. Dan sesampainya disana gue langsung tiduran di sofa. Nando nyamperin gue.

"Lo bener-bener gapapa Cat? Ada masalah? Boleh kok cerita sama gue."

"Nando." kata gue lirih.

"Kenapa Cathrine?"

Gue duduk ngehadap dia dan natap dia dalam.

"Makasih udah bantu gue. Makasih. Pokoknya makasih. Besok mungkin hari terakhir gue tidur disini."

Kata gue sambil natap sekitar dengan senyum hangat.

"Lo tau kan? Gue bakal balik kekeluarga gue lagi. Dan mungkin kita bakal jarang ke-."

Nando jalan ke arah gue dan merengkuh gue.

"Jangan gitu. Gue senang lo bisa balik kekeluarga lo lagi. Dan gue tetep bakal jemput lo kok kalo lo mau. Kita bakal sering ketemu. Lo ada Line gue. Ada nomor gue. Kalo lo kangen yah tinggal hubungin gue aja." kata Nando sambil terkekeh.

"Kita bakal tetep kayak gini kan?"

Nando menggeleng. Gue terkesiap liat jawabannya.

"Kita ga akan kayak gini selamanya. Gue ga mau." kata Nando.

Dan kata-kata Nando itu menohok gue. Apa artinya?

Gue nunduk. Mata gue udah berkaca-kaca.

"Duh. Jangan nangis gini deh. Maksud gue bukan kayak gitu, Cathrine."

Kata Nando sambil ngusap air mata gue yang udah ada di pipi gue.

"Ja-jadi a-apa?" kata gue tersendat

Nando tersenyum kecil.

"Gue ga mau kita cuma kayak gini. Gue mau lebih."

"Mak-."

Belom selesai gue ngomong. Nando mendekatkan wajahnya ke wajah gue dan dia nyium kening gue.

Gue membeku. Nando melepaskan ciumannya dan meluk gue lagi.

"Gue sayang sama lo Cat. Ah bukan. Gue cinta sama lo, Sanny Cathrine Prasetyo." bisik Nando.

Gue menegang. Jantung gue berdegup kencang. Gue juga ngedengar suara degupan jantung Nando.

"Gue juga cinta sama lo, Arnando Ezra."

---

Awaw.

Entah kenapa adegan diatas menurut gue alay banget T.T

Tapi cuma itu yang kepikiran itu otak gue. Jadi sorry banget kalo gaje.

Dimohon tinggalin jejaknya~

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang