BAB I

48K 5.1K 727
                                    

Peter menghela napasnya. Ia berkata, "Namaku Peter Rain. Dan keluargaku hanya bisa ditemui saat hujan turun."

Sophie menggeleng tidak percaya. "Tidak mungkin. Aku tidak percaya dongeng."

"Aku bukan dongeng," kata Peter sambil tersenyum. Perlahan-lahan, dia melangkah maju dan membunuh jarak di antara dirinya dan Sophie.

Peter mengulurkan tangannya dan meraih wajah Sophie. Mata gadis itu memancarkan kegelisahan, kenyamanan, kebingungan, dan yang terpenting, cinta.

Peter memajukan wajahnya dan mencium Sophie untuk menghilangkan kegelisahan dan kebingungan di mata Sophie. "Siapa pun aku, tidaklah penting. Aku mencintaimu."

Peter bisa merasakan Sophie mengangguk perlahan-lahan.

"Dan kalaupun aku ini hanyalah dongeng bagimu. Jadikan aku dongeng pengantar tidurmu. Agar aku bisa memberimu mimpi indah."


Aku menghela napas dengan susah payah. Sudah berkali-kali aku membaca bagian ini, namun tetap saja, rasanya seolah-olah aku lupa cara bernapas setiap kali membacanya.

Aku merebahkan diri di atas kasur sambil mendekap novel berjudul Mr. Rain itu di dadaku.

Mr. Rain adalah sekuel dari Mr. Peter yang ditulis oleh Sarah Bakker. Aku sangat menyukai kedua novel ini. Novel ini menceritakan tentang cowok (yang sangat amat tampan, menarik, baik hati, dan segala hal lainnya yang aku inginkan dari seorang cowok, omong-omong), yang menyandang nama Rain. Keluarga Rain di sini diceritakan terkena kutukan yang menyebabkan tidak ada anggota keluarga mereka yang dapat ditemui pada saat hujan turun.

Kalau kau misalnya berniat mencoba menemui salah satu anggota keluarga Rain saat hujan turun, bersiap-siaplah, hal-hal mengerikan akan terjadi padamu.

Dalam dua novelnya ini, Sarah Bakker juga menceritakan tentang gadis bernama Sophie yang rumahnya bersebelahan dengan rumah keluarga Rain. Kamar Sophie sendiri hanya selang beberapa meter dari kamar Peter. Singkatnya, kedua orang ini saling jatuh cinta dan kutukan yang melanda keluarga Rain membuat perjalanan cinta mereka menjadi hebat sekali—setidaknya menurutku. (Ah tapi aku yakin, menurut semua orang pun begitu.)

Awalnya aku mengira Mr. Peter hanyalah salah satu dari novel-novel remaja lainnya. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa justru novel itulah yang berhasil menjungkirbalikkan hidupku, merombak habis-habisan sudut pandangku terhadap dunia, mengubah cara berpikirku, dan tentu saja, meningkatkan standar tipe cowokku. (Aku tidak bercanda. Setelah membaca Peter Rain, semua cowok nyata di hadapanku tampak seperti sekumpulan kecoak-kecoak menyedihkan.)

Sejak membaca Mr. Peter, sebagian besar waktuku kuhabiskan di internet. Aku tidak bosan-bosannya mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai Mr. Peter. Begitu aku tahu bahwa sekuelnya—Mr. Rain—akan segera terbit, aku senang bukan main. Dan aku adalah salah satu dari sepuluh orang pertama di barisan terdepan saat peluncuran buku Mr. Rain.

Aku juga nyaris berlari keliling rumah sambil melompat-lompat kegirangan begitu aku mengetahui bahwa Sarah Bakker--wanita blasteran penulis dua novel yang sangat kusukai ini, merupakan alumni sekolahku. Aku merasa benar-benar bangga.

Aku menghela napas lagi lalu membangkitkan diriku ke posisi duduk. Aku membuka-buka halaman lainnya.

Akhirnya, aku berhenti di bagian kesukaanku yang lain.


Sophie mendongak memandangi matahari pagi yang cerah dengan murung. Berbeda dengan kebanyakan orang, Sophie justru bersedih ketika hari cerah, dan senang ketika hari hujan.

Peter Rain namanya. Nama pemuda yang mengacaukan pikirannya. Yang membolak-balik persepsi di dalam kepala gadis itu.

Dia masih belum mengerti kenapa keluarga Rain menerima kutukan sial selama berabad-abad. Kutukan tidak bisa bertemu dengan orang lain saat hari tidak hujan. Sophie bahkan pernah mencoba masuk ke rumahnya pada saat matahari sedang bersinar dengan terik di atas kepala. Dan akibatnya, Sophie demam selama dua minggu. Hal ini menyebabkan Peter marah besar.

Sophie ingat betul apa yang Peter katakan, "Kalau kau ingin bertemu denganku, kau tahu syaratnya. Kau tahu kapan waktu yang tepat."

Sophie ingat dirinya mengangguk. "Iya, aku tahu."

Peter mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku tahu kau tahu. Aku hanya tidak yakin bahwa kau tahu dirimu berharga. Sangat berharga," kata pemuda itu. Peter mengangkat wajahnya dan memandangi Sophie, "Jadi, kalau-kalau kau tidak tahu, kau berharga. Terserah apa kata orang lain. Kau berharga untukku."

Sophie ingat dirinya kehabisan kata-kata saat itu. Peter menatap mata Sophie lurus-lurus. "Hidupku hanya saat hujan turun, Sophie. Kau harus mengerti itu. Hidupku singkat. Hidupku tidak menentu. Oleh karena itu, aku membutuhkan dirimu. Untuk membuat hidupku yang singkat dan tidak menentu itu berharga. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa membuat hidupku berharga selain dirimu."


Aku membaca paragraf terakhir itu berulang-ulang. Sudah tidak terhitung berapa kali aku membacanya. Aku bahkan sampai hafal betul kata-katanya.

Aku butuh seseorang mengatakan hal seperti itu kepadaku.

Ah, ralat.

Aku butuh Peter Rain—dan bukan siapapun juga—mengatakan hal itu kepadaku.

Katakan aku gila atau apa. Tapi kau pasti mengerti maksudku kalau kau berada di posisiku. Aku tinggal di dunia nyata dengan orang-orang yang payah di dalamnya. (Yah, setidaknya, kebanyakan orang yang sudah kutemui sepanjang hidupku nyaris semuanya payah.)

Jadi yang bisa kulakukan adalah berharap cowok seperti Peter Rain berkunjung sekali-sekali dari dunia fiksi dan kemudian menetap di dunia nyata selama-lamanya.

Ah, betapa indahnya dunia jika hal seperti itu bisa benar-benar terjadi.

Aku merebahkan diriku lagi di atas kasur dan memejamkan mataku. Aku tidur dengan kata-kata Peter Rain di kepalaku, "Dan kalaupun aku ini hanyalah dongeng bagimu. Jadikan aku dongeng pengantar tidurmu. Agar aku bisa memberimu mimpi indah."[]


a.n
haihai, maafkan jika ini alay sekali atau apalah wkwk, tapi semoga suka! Dan iya, omong-omong setelah beberapa pertimbangan dan saran, aku memutuskan buat pakai cover yang lagi aku pakai sekarang. Makasih yang udah bantuin milih. HEHE ^^

Aku bakal memperingatkan kalau awal-awal cerita ini mungkin agak membosankan jadi yah, semoga betah HEHE. Satu chapter di Next Door to the Rain bakal sekitar 800-1000 kata gitu, jadi nggak panjang-panjang banget. Tapi perkiraan total chapter sampai 40-an HEHE.

Dan satu lagi. Next Door to the Rain bakal diupdate setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu. Ya udah sih gitu aja. WKWK.

Salam dari tengah hujan,
An

Next Door to the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang