5- Murid Baru

2.6K 270 9
                                    

"Nama saya Dylan Farrenzi. Cukup panggil Dylan aja"

Aku menatap ngerih kearah sosok yang sedang memperkenalkan diri didepan kelas. Berkali-kali aku menepuk pipi agar tersadar dari mimpi buruk ini.

Namun nyatanya mimpi buruk ini adalah kenyataan. Dari sekian banyaknya umat manusia di bumi ini, kenapa harus Dylan yang jadi murid baru dikelas ini.

Ya ampun.

"Gilaaa!" seru Karin. "Cakep banget. Aaak..."

"Halaah. Kayak gitu dibilang cakep" sahut Joe dari bangku paling belakang.

Karin menoleh sewot. "Daripada lo, nama doang keren. Tampang mah kayak yang muncul di iklan axis"

Sontak satu kelas tertawa heboh.

"Tukijan"

"Sutijan"

"Sukirman"

"Ancooooor... ancor"

Joe langsung KO diledek seisi kelas. Namanya Jono Alexandro biasa dipanggil Joe sama yang lain. Katanya sih biar keren, iya gitu.

"Sudah, sudah," potong bu Ria. "Silahkan, Dylan, duduk di bangku yang kosong"

Dylan mengangguk hormat, lalu pandangannya menyapu seisi kelas. Cewek-cewek langsung salah tingkah dan memasang senyum semanis mungkin.

Jantungku berdegub semakin kencang ketika pandangannya tertuju pada bangku dihadapanku. Satu-satunya bangku kosong dikelasku ini dan sudah dua minggu tak berpenghuni.

Dan sekarang Dylan berjalan santai mendekati meja dihadapanku ini. Sejenak aku teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu.

Waktu itu, aku masih duduk di bangku kelas satu SMP. Posisinya persis seperti sekarang. Dylan duduk dimeja deretan pertama sebelum mejaku.

Hari-hari burukku dimulai pada saat itu. Aku ingat betul, setiap harinya ada saja yang dijadikan permasalahan sama Dylan.

Dari rambutku yang katanya mirip wewe gombel lah. Jelas-jelas rambutku lurus seperti model iklan sampo. Dan lebih parahnya lagi, dia bilang mataku seperti biji jengkol.

Nggak cukup sampai disitu, Dylan juga pernah maling bando, kaos ganti, pensil, sampai jepit rambutku. Membuatku jadi meragukan predikatnya sebagai most wanted disekolahan.

Ada satu hal yang sampe sekarang nggak pernah bisa aku lupa. Dan gara-gara kejadian itu aku mencak-mencak meminta papa untuk memindahkan ku dari SMP tersebut.

But now, sekian lama nggak ketemu, aku harus sekelas lagi sama Dylan. What the...

"Aaaaarrrgghhh..."

Aku menjambak pelan rambutku yang digerai. Tiba-tiba aku tersadar akan satu hal, sepertinya aku melakukan satu kesalahan.

Takut-takut aku melirik kearah papan tulis. Dan benar saja.. bu Ria tengah menatap garang kearahku. Sementara seisi kelas menatapku dengan berbagai jenis tatapan.

"Ada masalah, Chery Haninda?" suara bu Ria terdengar seperti nina bobo kuntilanak ditelingaku.

Aku tersenyum kaku. "Nggak ada, Bu. Hehehe..."

"Bagus. Kebetulan ditaman belakang lagi hujan daun. Tolong di sapu sampai bersih"

Apa itu bisa dibilang sebuah kode dari hukuman?

"Apa saya dihukum, Bu?" tanyaku polos.

Bu Ria mengangguk mantap. "Ya. Silahkan keluar"

Bahuku terkulai lemas. Demi apa seorang Chery Haninda, sang juara sekolah terkena hukuman?

Chery [21/21 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang