01

1.3K 43 12
                                    

Pertandingan berjalan semakin memanas, diikuti sorak penonton yang tak henti dari pinggir lapangan. Aila, salah satu perempuan yang dari tadi sibuk mengikuti pergerakan Nando itu kini wajahnya seperti tersihir membentuk senyum mengembang.

Satu gol berhasil di cetak pemain dari SMA Pratama, yang membuat penonton semakin riuh. Keadaan pun semakin memanas mengingat skor imbang dan jalannya waktu pertandingan yang sudah hampir usai.

"Nando," teriakan salah satu penonton itu sukses membuat tatap mata langsung tertuju pada nya. Sedangkan laki-laki pemilik nama tersebut masih sibuk memperhatikan gawang didepannya.

***

"Nando punya gue," ucap perempuan itu sambil sibuk mengunyah makanan yang belum lumat seutuhnya.

"Telen dulu baru ngomong, La,"

Aila langsung menyambar gelas mineral disampingnya, "Tadi dia ganteng banget. Engga ngerti lagi gue. Pokoknya kalo nanti terima rapot, gue mau nanya nyokapnya ngidam apa pas hamil tuh anak sampe kayak gitu," cerocos Aila.

"Yakin lo mau nanya kayak gitu?"

Aila mengangguk bersemangat. "Eh, tapi jangan deh. Nanti kalo nyokap nya bilang ke dia kalo ada yang nanyain kayak gitu, terus dia jadi tau gue ngefans gimana dong?" kali ini raut wajahnya berubah khawatir.

"La, tanpa lo nanya kayak gitu juga seantero sekolah ini udah tau kali," kali ini Neta terkekeh mendengar ocehan Aila yang semakin ngelantur.

Ya, memang sudah menjadi rahasia umum di SMA Pratama, kalau seorang Aila sangat tergila-gila dengan Nando yang notabene nya merupakan ketua tim futsal sekaligus anak eksis angkatan.

Aila juga suka ngelantur kalo udah ngebahas tentang Nando, apalagi kalo abis nonton cowo itu tanding futsal. Telinga teman-temannya sampai panas mendengar ocehan penggemar Nando itu.

"Iya, iya La. Dia ganteng, perfect," Neta hanya mengangguk-angguk mendengar Aila yang sedang bercerita tenang Nando nya.

"Dia lebih dari itu Ta," semangat Aila semakin menggebu-gebu mengingat banyak topik yang ia ingin bicarakan. Tidak lain adalah seputaran tentang Nando.

***

Perempuan itu berjalan malas membelah koridor yang kosong. Mengingat jam pelajaran yang masih berlangsung, maka tidak ada satu murid pun yang berada di luar kelas kecuali anak-anak malas yang hobi cabut saat jam pelajaran.

Aila berbelok ke kiri, keluar dari lingkungan perkelasan lalu berjalan ke arah gedung putih yang agak terpisah.

'Perpustakaan' begitu tulisan yang terpampang di papan depan gedung itu. Aila membuka pintu nya perlahan. Kalau bukan karena hukuman yang sedang ia dapatkan, pasti ia sangat menghindari tempat sunyi ini.

Seharusnya sekarang Aila masih berada di kelas, mendengarkan guru yang sedang menjelaskan mata pelajaran tersebut. Tapi sialnya, karena terlalu ngantuk, akhirnya Aila tertidur. Ia lupa bahwa Bu Nilam yang sedang mengajar itu sangat tidak suka ketika ada murid yang tertidur saat jam pelajarannya.

Sial banget sih gue, sampe diasingkan ke tempat kayak gini. Gerutu Aila sambil menyusuri lorong sepi berhias rak-rak buku yang tertata rapi.

"Terus gue harus ngapain coba disini?" Aila menarik buku dari tempatnya asal. Tidak tertarik dengan apapun yang ada di dalamnya.

"Kalo mau ngeluh bukan disini tempatnya." ia langsung menengok ke arah suara. Seorang laki-laki bertubuh jangkung dengan kacamata yang selalu terhias diwajahnya. Aldric. Tidak salah lagi itu Aldric.

Aila (discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang