Untuk makan malam Mount Dupoint yang menurutku mahal, tetapi tidak semahal keseluruhan atribut lengkap Diana berlangsung dengan –yah sampai sejauh ini – tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dr.Welsh memakai blazer dan kemeja putih yang simple namun saat ini aku tidak bisa tidak menyadari bahwa garis wajah Dr.Welsh yang keras dan runcing makin terkasat mata. Bola matanya seperti bongkahan safir dan alisnya cukup tebal membingkai keseluruhan tatapannya. Emily Clarkson yang bodoh baru saja menyadari bahwa Frederick Welsh tampan setelah kurang lebih berinteraksi dengannya selama satu minggu tujuh jam setiap hari. Mungkin dikarenakan kekhawatiranku yang sangat besar terhadap Diana, membutakan semua sense-ku yang lain. Ia membawa seorang kawannya yang tidak kalah tampan.

Aku menarik Dr.Welsh mendekat, “Dr.Welsh, aku menghargai keramahanmu membawa seorang kawan agar berjumlah genap, tetapi aku tidak yakin aku bisa membayar tagihan untuk empat orang tanpa aku harus tidak makan selama seminggu,” bisikku.

“Jangan khawatir Ms.Clarkson, aku yang akan membayar tagihannya walaupun itu tertulis atas namamu. James adalah rekanku, ia mengerti sepenuhnya kondisi Diana,” katanya balas berbisik.

“Tidak boleh begitu! Aku yang menyeret kau dan Diana untuk ke restoran yang bahkan aku kunjungi hanya saat merayakan anniversary perkawinanku,” tolakku halus namun sedikit gugup.

“Kau sudah menikah, Ms.Clarkson?” tanya Dr.Welsh membesarkan mata.

“Baru saja bercerai, dan itu bukan topik utamanya! Aku tidak bisa membiarkan kau membayar kami semua.”

“Oh, aku terkejut karena inisial namamu ms. bukan madam atau mrs. Baiklah kalau begitu kita bagi berdua saja. Cukup fair kan?” akhirnya Dr.Welsh mengalah.

“Baik begitu saja,” aku melihat Diana memandang aneh kepada kami dan aku cepat-cepat menarik Dr.Welsh menuju tempat duduk reservasi, “ayo, dok—F-Fred. Kita tidak mau Diana menunggu.”

Saat itu adalah malam pukul 9.21 dan Dr.Welsh serta aku memasuki mobil Chevrolet Aveo miliknya. Diana Clarington tidak kunjung menjadi Diana Clarington yang kami kenal, maka dari itu kami berdua cukup mengulur waktu berbicara sebelum memasuki mobil dan berpendapat bahwa kami tidak dapat mempercayai identitas Diana yang satu ini. Apabila Diana asli tidak kunjung hadir, kami akan menempatkannya dalam kamar terapi khusus dengan suster-suster yang dapat mengawasinya 24jam. Selama perjalanan ini, kami setuju mengorek pribadi Diana yang satu ini saat sedikit mabuk.

“Jadi, Diana Clarington. Kau suka pestanya?” mulai Dr.Welsh.

“Yah cukup senang, maksudku aku jarang diajak makan mahal tahu? Emily memang sangat baik mengundangku, dan—“ ia terlihat menutup mulutnya. Aku cepat-cepat mengambil plastik, tetapi Diana tertawa cegukan.

“Kau terlihat lebih gembira dari yang kau katakan,” Dr.Welsh berkata dengan sedikit nada khawatir mobilnya akan terkena jackpot.

“Aku sering memanjakan diriku. Aku butuh perawatan, wanita punya kebutuhan, kau tahu? Tidak ada yang bisa mengalahkanmu apabila kau – bisa menikmati apa yang hidup tawarkan. Hidup tidak akan buruk bila kau coba untuk melihat titik terangnya kau tahu? Kalau kau ingin memiliki barang, beli saja. Kalau kau ingin menjadi cantik, jangan tahan keinginanmu membeli walaupun harganya $1000. Untuk apa ada kartu kredit?” ia tertawa keras  sambil ambruk di dadaku.

“Kalau kau bahagia, tidak akan ada masalah bila hal buruk menimpamu kan? Walaupun kau dikejar hutang ataupun orang-orang membenci dan merendahkanmu. Semua orang hanya iri akan kecantikanku dan oleh apa yang aku punya.,” kata Diana bergumam tidak dapat berhenti. Ia lalu menatapku kosong dan tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya.

“Emily, kamu tahu tidak? Wanita harus jadi cantik, jadi betapapun orang merendahkanmu dan membencimu kau punya alasan untuk berdiri! Punya hal yang bisa kau banggakan! Tidak akan ada lelaki yang menolakmu!” Diana tertawa kencang sekali dan aku harus menenangkannya sebelum aku sadar Dr.Welsh membawa kami ke tempat terapi. Keadaan Diana sungguh menghawatirkan, dan aku benar-benar sedih melihat sedalam apa Diana jatuh dalam kekosongan tanpa orang mempedulikan dan mengetahui.

Diana ClaringtonWhere stories live. Discover now