Sedari tadi Indria berupaya menyembunyikan kesedihannya harus berpisah sementara waktu dengan Raka, dia merasa kesepian.

"Jangan menangis, Indria. Sungguh aku tak bisa melihatmu seperti ini," pinta Raka. Dia mengeratkan dekapannya.

"Aku pasti akan kesepian di sini," ucap Indria lirih. Tangisnya sudah mulai mereda.

"Ehm, jadi kamu ingin aku tidak pergi, begitu? Baiklah, aku tidak akan berangkat."

"Tidak. Kamu harus tetap berangkat." Indria melepas pelukan mereka tepat setelah mendengar perkataan suaminya.

"Kalau aku pergi, katanya kamu kesepian, Sayang." Raka menggoda.

"Tidak. Aku hanya bercanda. Sudah sana cepat berangkat." Indria mendorong tubuh pria itu menuju ambang pintu.

"Kamu mengusirku ehm?" gelak tawa Raka terdengar. Detik berikutnya dia memeluk Indria lagi.

"Jaga dirimu dan anak kita di sini Indria. Jangan pernah menangis jika aku tidak bersamamu. Aku yakin kamu wanita yang kuat. Aku menyayangimu. Sungguh," bisik Raka di telinga Indria.

"Aku juga menyayangimu, Raka. Kamu harus segera kembali. Aku menunggumu," balas wanita itu. Raka tersenyum.

Mungkinkah kita akan bisa bersama lagi, Indria? Lebih dari sekadar sahabat.

.................

Aditya memijat tengkuknya. Rasa lelah menyerang seiring berakhirnya rapat yang ia hadiri selama empat jam lamanya. Laporan pertanggungjawaban yang harus ia presentasikan beserta berbagai pertanyaan muncul, mesti ia jawab dan itu cukup menguras pikirannya. Bersama dengan teman-teman kantornya. Aditya menikmati beberapa gelas beer untuk menghilangkan penat di pikirannya di sebuah bar. Semburan rokok juga tak luput keluar dari mulutnya.

Namun, Aditya tidak bisa menghabiskan lebih banyak waktu di bar karena ia berjanji pada Raka untuk menemui istrinya. Ini pertama kali bagi Aditya bertemu dengan saudara iparnya. Saat mereka menikah, Aditya tak bisa hadir padahal dia berusaha mati-matian untuk mendapat izin dari kantornya saat itu, tapi tidak berhasil.

Aditya mengatur laju mobilnya dengan kecepatan sangat pelan memasuki kompleks perumahan di mana kediaman Raka berada. Sudah hampir setahunan dia tak berkunjung ke rumah saudara kembarnya itu. Paling dia akan singgah jika ada pertemuan keluarga. Aditya memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah berlantai satu. Dia turun dari mobil kemudian membuka gerbang tanpa kesulitan yang berarti.

Tok!! Tok!!

Diketuknya pintu oleh Aditya secara terus menerus, sampai terdengar pintu dibuka dari dalam.

Perlahan terlihat sosok wanita dari balik pintu, perut wanita tersebut membuncit menandakan dia tengah hamil.

Deg...

Betapa terkejutnya Aditya ketika menyadari wajah wanita tersebut tidak asing dan sangat ia kenali. Indria bahkan syok bukan main saat membuka pintu kemudian mendapati 'pria berengsek' yang telah menghancurkan dirinya, berdiri di depan pintu.

Jadi dia adalah saudara kembar Raka? Kenapa bisa?!!

Tubuh Indria bergetar hebat. Memori masa lalu bersama pria itu tiba-tiba terngiang sejalan dengan dipertemukannya mereka kembali.

Aditya menatap tajam wanita yang tengah berdiri di depannya. Tanpa dia inginkan, bayangan wajah wanita itu selalu menghantui Aditya setiap saat. Dan, kini sosok tersebut bukan hanya sekadar bayangan semata. Dia benar-benar nyata. Di mata Aditya, wajah Indria tetap sama. Namun, ada yang berbeda yakni keadaan perut wanita itu sekarang membuncit.

Your Baby, Not His SonWhere stories live. Discover now