Bab 1

38K 2K 85
                                    


Chapter 1 - The 'Again' Meeting

"Karena pertemuan kedua kita bukanlah sebuah kebetulan."

Reiva's POV

Kutatap tak percaya seorang anak perempuan yang sudah melambai senang ke arahku. Itu bukan Lucia Moreteau kan?

"KAK DOKTEW CANTIK!!!!" Aku membalas pelukan kecilnya yang sudah melingkari setengah pinggangku.

"Hey Lucia." Kuacak rambutnya sampai berantakan, tersenyum saat dia mengeluarkan deretan gigi yang belum tumbuh sempurna.

"Kamu kesini bareng siapa?"

"Baweng Mommy ma daddy."

"Lucia kenapa disini?"

Aku menatap mata biru langit Lucia yang sudah menyihirku sejak pertama kali bertemu. Aku ingat ada seseorang yang lain yang memiliki mata yang sama dengan dirinya.

"Kakak Doktew ikut Luciaaaa." Badanku tersentak saat Lucia menarikku sembari berlari dan membawaku ke taman yang berada di tengah tengah rumah sakit. Taman untuk para pasien jika mereka ingin berjalan-jalan.

Lucia terus menarikku hingga aku berhadapan didengan sepasang pasangan yang sedang duduk di bangku paling pojok di taman tersebut.

"Bonjour les gars." Aku menoleh begitu mendengar suara yang pernah kudengar. Pandanganku menggelap saat bertemu dengan mata itu lagi.

Cukup dengan mata langit yang selalu menghantuiku kemanapun ku pergi. Sudah cape aku membuang pikiran untuk bertemu dengan mata biru itu, dan setelah aku berhasil, dia datang lagi?

Apa dia memang ingin menghantuiku sampai ke sumsum tulang? Aku bahkan tak tahu siapa namanya.

Pandanganku terolehkan kepada sepasang laki-laki dan wanita yang sudah berdiri dan menyalamiku. Wanita itu tersenyum, menampilkan sebuah lesung pipi di bagian pipi kanannya. Mata hazelnya menatapku ramah. Mata laki-laki yang berada di sebelahnya mirip seperti mata laki laki yang berada di sampingku ini. Warna mata yang sudah menghantuiku selama seminggu kurang 2 hari itu. Hanya saja, warna matanya lebih gelap. Seperti warna birunya ombak.

" juste ferme-." Desisnya dalam bahasa prancis dan mata biru ombaknya itu beradu dengan mata langit laki- laki di sebelahku. Laki-laki itu hanya mengendikkan bahu, tetapi senyuman itu masih tetap berada di wajahnya. Aku memalingkan wajahku dengan cepat saat sudut matanya melirikku.

Jantungku berdegup kencang, tau kalau matanya sudah menatapku tanpa henti. Kegugupanku hilang saat sebuah tangan menyentuh tanganku lembut.

"Saya Liam Moreteau, dan ini istri saya, Maria." Tangannya masih menggengam tanganku, sementara aku berusaha menarik tanganku dari cengkraman tangannya. Rasa risih benar-benar melingkupiku.

"Oh maaf." Dia melepas tanganku dan mengulas sebuah senyum saat menatapku. Aku mengangguk hormat sementara Maria sudah bergantian menyalamiku.

"Kami berdua orang tua Lucia." Liam menatap Lucia dan mengelus rambutnya lembut sementara tangannya sudah berpindah ke bahuku.

Tangannya tiba tiba terhempas dan senyuman senangnya berubah menjadi senyuman kecut. Laki-laki yang belum kuketahui namanya itu menatap tajam Liam, sementara tangannya sudah berpindah ke bahuku.

Sebenarnya apa sih yang terjadi?

"Jadi kami ingin meminta sesuatu dari anda dokter-"

"Dokter Reiva." Jawabku pelan, Rasa risih sudah mulai terasa, apalagi tangan itu masih belum berpindah dari bahuku.

The Perfect DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang