Prolog

81K 2.9K 168
                                    

Reiva's POV

Aku terpaku pada pintu coklat yang sudah terbuka di hadapanku, menampilkan dua sosok dengan mata biru pucat yang sudah menatapku dalam diam. Aku berdeham, berusaha memulai pembicaraan, dan juga berusaha tidak tersihir dengan mata biru pucat seperti ombak yang dengan gampanya membawa orang hanyut didalamnya.

"Silahkan duduk." Kedua orang tersebut berjalan mendekat, sebelum menghempaskan tubuh mereka tepat didepanku.

"Selamat siang, saya dokter Reiva. Ada apa dengan anaknya pak?" Mataku bertubrukan dengan mata biru pucat yang sudah menatapku tajam. Matanya masih terarah kepadaku saat dia mulai membuka mulutnya

"Dia bukan anak saya, dia keponakan saya." Mataku berpindah pada anak kecil yang masih menatapku sedari tadi, pandangan penasaran sangat terlihat jelas di matanya.

"Oh maaf kalau begitu." Aku melepaskan pandanganku dari dua pasang mata, merasa takut jika aku tidak bisa melepas pandanganku lagi dari mata indah, biru pucat itu.

"Jadi apa keluhannya?"

"Dia sakit-"

"Sayang, kamu sakit apa?" Aku mengelus rambut gadis kecil di hadapanku, membuatnya menggeliat dan tertawa saat sentuhanku sudah mencapai lehernya.

"Tenggowokan aku cakit." Dia membuka mulutnya, membuatku tersenyum kecil sebelum mengelus rambutnya lagi.

"Ya udah, sini kak dokter cek ya." Aku anggap itu sebuah persetujuan saat dia menganggukan kepalanya dan mengambil tanganku saat aku menuntunnya ke tempat tidur pasien yang berada di pojok ruangan.

"Coba buka mulutnya yang lebar, nama kamu siapa cantik?"

"Nama aku Lucia Moweteau kak doktew." Dia tersenyum senang, membuatku tak bisa menyembunyikan tanya ku.

"Moweteau?"

"Maksudnya adalah Moreteau. Lucia Moreteau cicit pertama dari keluarga More, putri dari keluarga More. " Mataku menoleh ke sepasang mata biru muda yang sudah berada di hadapanku. Mataku membulat saat dia mengambil tanganku dan mengecupnya.

"Kami keluarga More tidak pernah dihiraukan. Jadi siapa nama dari ce beau médecin?"

Aku bisa bertaruh kalau dia baru saja berbicara bahasa Prancis kepadaku. Moreteau adalah keluarga paling tua dan juga paling kaya selama sejarah Prancis. Dengan hotel More Center, hotel super mewah yang tersebar di seluruh dunia memperanguhi 20% dari ekonomi dunia. Tidak salah lagi mereka dinobatkan sebagai keluarga paling kaya di seluruh dunia, tapi kenapa mereka ada disini?

"Simpan wajah bingungmu, ma chèr." Aku mengatupkan bibirku kesal, mempertahankan wajah dinginku lagi. Kalimat apa itu? Apa dia baru saja menghinaku?

"Sini kakak dokter cek." Aku mengambil senter dan mulai mengecek tenggorokan Lucia, si cucu kesayangan keluarga More.

Lucia kubimbing turun, dan aku kembali ke tempat dudukku diikuti oleh dua More yang saling menukar pandang.

"Lucia tidak papa pak, tenggorokannya baik-baik saja. Dia sama sekali tidak membutuhkan obat, tetapi saya akan merekomendasikan vitamin yang mungkin Lucia butuhkan." Aku mulai menulis berbagai vitamin dan obat kesehatan untuk Lucia.

"Kurangi makan yang manis dan garing ya sayang." Aku tersenyum kearah Lucia yang sudah menganggukan kepalanya.

"Ini pak, obatnya bisa ditebus di apotek."

Laki-laki yang tak diketahui namanya mengangguk dan menuntun Lucia keluar yang sudah melambai kearahku.

"Bye mon chéri" Pandanganku terarah kepada laki laki yang namanya belum kuketahui itu, bibirku mengatup saat melihatnya tersenyum, seolah menikmati diriku yang bingung karena kalimat kalimat ucapannya itu.

"Bai kakak doktew cantik" Aku mengalihkan pandanganku pada Lucia yang ada disebelahnya, membalas lambaiannya, tersenyum saat tangan kecilnya menutup pintu coklatku.

Dan karena hal itu, aku dapat mengenal anggota keluarga paling kaya di dunia.

The Perfect DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang