1

14.4K 574 53
                                    

    Song by Judika - Jadi aku sebentar saja.

     Dibalik jendela balkon yang terbuka dia berdiri. Memandang gelapnya langit yang menggambarkan bagaimana keadaan hati. Tak berapa lama hujan pun datang sangat lebat. Membuat sebagian dari tubuhnya basah. Dia mulai merasakan dingin menerpa, menelusuk hingga kerongkongan.

     Dia memandang ke berbagai arah. Ada burung-burung gereja yang sedang berteduh di batang pohon. Terlihat juga anak-anak kecil berlarian. Tapi dirinya hanya diam, tak melakukan apa-apa selain menghela napas panjang.

     Hujan kian deras namun dia tetap kukuh dengan posisi tubuhnya yang kian basah kuyup. Bibir mulai bergetar, tubuh mulai menggigil dan mata yang mulai sayu. Tak terasa dua jam telah dia lewati bersama hujan.

     Pandangannya mulai tak jelas. Dia mencoba mengusap mata berkali-kali, memejamkan mata beberapa saat. Namun saat membuka mata, penglihatannya tetap kabur.

     Dengan melemahnya kaki untuk menopang, dia mulai sadar akan perubahan dari tubuhnya. Dia hanya tersenyum, sembari merasakan sakit bercampur dengan dinginnya air hujan dan angin yang menerpa.

     Sesaat kemudian, terdengar suara-suara teriakan dari ujung ruangan selepas dia akhirnya tersungkur dilantai.

     "Feby, Oh God bangun sayang."

     "Feby, kenapa kamu seperti ini?"

     Ya! Dia adalah Feby. Gadis yang sedari tadi hanya berteman dengan mendungnya langit dan derasnya hujan. Si dan periang yang mengidap kanker tulang stadium dua. Hanya bisa hidup dengan banyak aturan dokter. Sampai saat ini saja Feby tidak menyangka bisa tetap menghirup udara segar hingga umurnya yang ketujuhbelas.

      Sedangkan dua orang yang berteriak dan memanggil-manggil namanya itu tidak lain adalah Mama Renata dan Kak Ten. Mama Renata seorang pengusaha kue sekaligus ibu rumah tangga, dan merupakan ibu yang sangat menyayangi dan menjaga Feby sebaik mungkin. Dan Kak Ten, kakak tampan yang memiliki tubuh proposional idaman semua kaum hawa dari berbagai kalangan usia. Sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas swasta. Kakak yang selalu mengantar kemana pun Feby pergi.

     Feby juga punya seorang papa yang bernama Winata. Papa yang selalu bekerja keras demi bisa membahagiakan keluarganya dan memberikan pengobatan yang terbaik untuk Feby. Tidak peduli pagi, siang atau malam Papa Winata selalu bersemangat dalam menjalankan perusahaan tekstil yang ia dirikan sendiri.

     Ekspresi Mama Renata dan Kak Ten yang sangat gelisah dan sedih membuat Feby ingin sekali mengucapkan beberapa kata. Tapi tubuhnya seperti tidak mengijinkan. Perlahan matanya terlelap dan dia tak sadarkan diri.

     Terkadang Feby ingin merasakan sedikit saja kebahagiaan dengan melihat orang-orang yang menyayanginya melepas tawa tanpa melihat dirinya yang kian memburuk. Namun sepertinya itu hanya mimpi yang selalu dia gantungkan setinggi asa.

                                                                  ***

     Disela tidurnya yang pulas,tiba-tiba seperti ada sinar yang menyilaukan. Feby pun memercingkan mata dan menengok ke arah jendela, dan ternyata pagi sudah datang. Dia segera beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk mandi.

     Selesai mandi dan berpakaian seragam putih abu-abu Feby menuju ruang makan. Dia tak ingin lebih lama lagi absen sekolah. Disana sudah ada mama dan papa yang menunggu,juga ada kakak ganteng kesayangan, yang tak lain adalah Kak Ten.

     "Morning princess."

     "Morning babe."

     Sapaan rutin setiap pagi untuk Feby. Mereka juga mempunyai tradisi rutin yaitu mencium pipi setiap anggota keluarga sebelum sarapan bersama.

     'Oh jadi kakak gak dicium juga dek?." Kak Ten tersenyum jahil pada Feby yang langsung duduk hendak menyantap sarapan.

      "Traktir dulu baru nanti aku cium,kak."

       Papa, mama dan Feby tertawa bersama-sama. Sedangkan Kak Ten hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat adik kesayangannya itu kembali ceria walau belum pulih total.

      "Mau traktir? Ada syaratnya dek." Kak Ten memberi senyum simpul pada Feby.

     "Apa itu kak?"

     "Kenalkan dulu kakak dengan teman sekolahmu yang paling cantik."

     "KAK TEN!!."

      "TEN!!."

      Begitulah keluarga kecil Feby. Selalu saja ada hal yang membuat mereka berteriak atau tertawa bersama. Terasa sangat sempurna, tapi tidak dengan jalan hidup Feby.

                                                       ***

     Dengan wajah masih pucat Feby turun dari mobil Maybach hitam milik kak Ten. Matanya berkaca-kaca melihat halaman depan sekolah yang sudah lama tidak dia lihat. Kak Ten menuntunnya masuk karena keadaan Feby yang masih lemah.

     Sewaktu Feby memasuki halaman sekolah, banyak pasang mata siswi yang melihatnya penuh haru. Feby tidak menyangka banyak yang peduli padanya. Sesaat setelahnya Feby sadar, bukan dia yang menjadi pusat perhatian. Melainkan Kakak yang sedang menuntunnya.

     Feby memang tau kalau kakanya itu sangat tampan. Tapi dia tidak menyangka kalau efek kehadiran kakanya disekolah mampu membuat para kaum hawa seusianya menganga. Setahu Feby, Kak Ten dijuluki sebagai lelaki dengan 1001 pesona.

     Ada yang mencubitnya, melemparkan senyum untuk sekedar agar bisa diberi senyum juga oleh kak Ten.

     "Feby, ini kak Ten ya?." tanya Viona anak kelas sebelah yang menghalangi jalan.

     "Iya." Sahut Feby datar.

     "Kak Ten aku suka banget sama kak Ten. Aku follow IG kak Ten, bahkan semua media sosial milikmu kak. Jadi boleh ya kak aku foto denganmu?."

     "Iya terima kasih. Boleh kok tapi satu kali saja ya, aku mau nganter Feby masuk kelas." Lalu mereka selfie bersama. Feby yakin kalau Viona akan langsung mengupload di semua akun media sosial yang dimiliki.

      Maklum Kak Ten adalah seorang selebgram, walaupun tak seterkenal Ria Ricis. Bahkan kak Ten sering mengajak Feby untuk berselfie atau membuat meme video dan mengupload ke instagram. Jadi, otomatis followers Feby menjadi banyak.

      Selesai berfoto, Mereka kembali melintasi lorong-lorong sekolah dengan pelan, dan akhirnya sampai didepan kelas.

      XII-IPA-4 yang biasa dipanggil Alliance 4.

     Satu kelas tampak begitu heboh dan berteriak histeris ketika Feby masuk. Kali ini memang benar Feby yang menjadi pusat perhatian, bukan kakaknya. Kak Ten berpamitan untuk pulang setelah mengantarkan Feby ke tempat duduknya.

     "Feby, how are you?"

     "Hai Feb. Udah sembuh ya?."

     Suara cempreng mereka membuat telinga Feby sedikit sakit. Feby menatap keadaan kelas yang selalu berantakan dan ramai, seperti pasar ikan dan sayuran yang berada tidak jauh dari rumahnya.

     Tapi diantara mereka tidak tampak ketiga sahabat Feby. Sahabat yang senantiasa menemani dan mendukung Feby. Mereka adalah Brian, Roni dan Angel. Angel yang sebangku dengannya tidak ada. Roni dan Brian yang bangkunya dibelakang Feby juga tidak ada.

     Kemarin mereka bilang lewat telpon akan menyambut kedatangan Feby dikelas. Tapi batang hidung mereka saja tidak terlihat. Membuat hari pertama Feby masuk sekolah setelah lama absen menjadi tidak bersemangat.

     "Ah kemana Roni,Angel dan Brian?" Feby bertanya pada anak-anak yang berada didekatnya.

     "Kayaknya mereka gak masuk" Sahut Stev.

      Stev menjawab pertanyaan feby dengan asal-asalan. Stev tidak menatap Feby dan terlebih lagi dia sambil bermain handphone. Membuat perasaan Feby semakin tak karuan.

Secret Admirer (TAMAT)Where stories live. Discover now