Chapter II

12.5K 793 24
                                    

Melissa Sastro itu loh Ran... dia gadis yang baik" ujar Kinanti menanggapi perkataan Kirani, adik perempuannya.

Dia mengambil satu sendok kecil bubur pisang di mangkuk makan milik Cilla, puterinya yang baru berusia 10 bulan, lalu menyuapkannya pada bayi cantik itu.

"Aku juga kepikiran dia, Mbak... tapi Ayah bilang, dia udah tunangan" sahut Kirani sambil memotong-motong daun bawang yang akan dia pakai untuk membuat sup ikan.

"Oh iya gitu?" Kinanti menghentikan sebentar gerakannya menyuapi Cilla, untuk melihat pada adiknya yang sedang berdiri di depan counter dapur.

"Iya, sayang banget..." Kirani balas melirik kakaknya sambil agak mengangkat kedua bahu nya.

"Duh, mestinya Ayah cepet lamar Melissa waktu Angky masih di Barcelona" ujar Kinanti pula, Kirani menanggapi dengan tertawa kecil.

"Apaan? Lagi pada ngomongin aku ya?" Angky tiba-tiba muncul disana setelah turun dari kamar nya.

Di waktu sore seperti ini dan setelah dia selesai dengan segala kepenatan di kantor, dia memang akan membantu kakak-kakak perempuannya untuk membuat makan malam. Dan barusan dia sempat mendengar kakak pertamanya menyebut namanya.

Kinanti dan Kirani melihat pada adik laki-laki mereka nyaris bersamaan, kemudian keduanya saling melirik masih dengan senyuman penuh arti.

"Ya, kita emang lagi ngomongin kamu" kata Kirani tenang. Dia membuka lemari es dan mengeluarkan sekantung tahu dari sana.

Angky menghampiri Cilla, bermain-main dengan keponakan kecilnya itu. Dia juga merebut mangkuk kecil dari tangan Kinanti untuk menggantikan menyuapi Cilla.

"Aku harap kalian ngomongin yang baik-baik" kata Angky dan mulai menyuapi keponakannya dengan hati-hati.

Kinanti tersenyum sambil memperhatikan Angky yang sedang menyuapi puteri kecilnya. Adik bungsunya itu memang sangat dekat dengan Cilla. Terkadang dia gemas sendiri melihat hubungan antara paman dan keponakan perempuan itu, mereka sangat manis. Itulah sebabnya dia, Kirani, dan kedua orang tua mereka sudah sangat ingin melihat Angky memiliki anak sendiri. Angky pasti akan menjadi ayah yang baik, penyayang dan lucu.

"Mbak sama Mbak Rani cuma ngebahas, kapan kita bakal dapet keponakan yang lucu dari kamu..." ujar Kinanti, bermain-main dengan kalimatnya.

Angky berhenti sebentar mengambil bubur lagi dari mangkuk kecil Cilla. Dia melirik kakak pertamanya itu.

"Maksud Mbak Kinan apa?"

Kinanti melebarkan senyumannya.

"Emangnya di kantor kamu gak ketemu cewek yang cantik dan pinter, Ky?" katanya, malah menjawab dengan pertanyaan.

Angky pun semakin paham dengan pembicaraan yang dimaksud kakaknya. Sejak dia kembali dari Barcelona, keluarganya memang suka sekali menanyakan tentang wanita yang sedang dekat dengannya. Dan begitu tahu kalau dirinya tidak sedang dekat dengan siapapun, mereka malah jadi
gencar memberitahu tentang wanita mana yang pasti akan cocok dengannya.

Beberapa puteri dari kolega ayahnya, jelas menjadi pilihan utama mereka. Dan Angky tak pernah memberikan tanggapan berarti. Dia memang tak bisa menuruti keinginan mereka, tapi dia juga belum siap untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Dia masih takut melihat kekecewaan mereka. Meski rasanya semakin lama, dia semakin tak tahan lagi.

"Gak ada, Mbak" jawab Angky, entah untuk kesekian kalinya dia menjawab pertanyaan dengan jawaban seperti itu.

Dia menghela nafas diam-diam dan mencoba untuk tak ambil pusing agar kakaknya tak memperpanjang. Dia kembali melihat pada Cilla, bermain-main dengan bayi cantik itu.

THE HOOK UP [END]Where stories live. Discover now