1

107K 4K 88
                                    

**

Musik menghentak, dentingan gelas beradu diudara. Menyamarkan suara tawa dan hingar-bingar yang penuh sesak oleh manusia-manusia yang sedang menghabiskan waktunya diruangan tamaram dengan lantai dansa yang semakin menggila. Bartender semakin sibuk meracik minuman terbaiknya saat tubuh tubuh kepanasan itu melupakan malam yang semakin gelap. Tak menggoyahkan siapapun untuk beranjak dari sana sekedar melepas kepenatan mereka dari kerasnya kehidupan.

Disudut ruangan itu seorang pria hanya duduk diam menikmati cairan emas digelas kristalnya, tampak tidak tertarik dengan hingar bingar disekelilingnya atau gadis gadis yang lalu lalang menggodanya

"What's up, Dude?"

"Nope."
Sahutnya tersenyum tipis seraya mengangkat gelasnya, menatap pria berambut pirang yang terbahak sebelum memukul bahu pria yang baru saja bertanya dengan keras.

"Romeo, Maestro sepertinya tidak mungkin suka tempat seperti ini."

"Aku hanya bermain piano."
Romeo yang kembali mengisi gelas ketiganya mendengus geli, kembali bersandar pada sofa nyaman dan menatap pria bertubuh jangkung yang sejak tadi mencuri perhatian para manusia ditempat ini.

"Hanya? Oh, ayolah. Jangan merendah Tuan Naetra."

"Kau berlebihan, Alex."
Pria itu menyesap minumnya dengan tenang, meletakkan gelasnya sebelum menggulung lengan kemeja biru gelapnya. Mengabaikan pekikan para gadis yang semakin menggila melahap lengan kokohnya dengan tatapan kelaparan.

"Kau tahu? Aku pikir bermain piano membuat seseorang lupa cara untuk pulang."

Romeo membuka suara, menatap penuh arti pria mempesona bermata tajam yang mampu membuat siapapun bertekuk lutut dibawah kakinya.

"Benarkah?"
Romeo berdecak pelan menyesap minumannya dengan rakus mengabaikan Alex yang memberi tanda bergabung kelantai dansa yang semakin memanas.

"Tapi sepertinya tidak saat melihat kau pulang setelah sepuluh tahun berlalu."
Romeo berucap lamat lamat, membiarkan tatapan menusuk itu menghunusnya dengan dingin.

"Aku datang bukan untuk pulang, tapi berlibur."
Romeo nyaris memutar bola matanya malas, menatap Naetra yang mengisi gelasnya dengan tenang sebelum ikut menyandarkan tubuh tegapnya di sandaran sofa.

"Setidaknya temui Kakakmu."

"Nanti saja."
Sahutnya pelan, menatap jenuh manusia manusia yang saling berdesakan dilantai dansa dengan musik yang semakin menghentak.

"Apa kau akan tetap seperti ini, Naetra?"

"Seperti apa?"
Naetra menoleh menatap Romeo yang menatapnya serius bercampur kesal melihat apa yang pria itu habiskan sepuluh tahun ini.

"Bersikap seolah kau bukan apa apa."

"Aku memang bukan apa apa."

"Naetra."

"Aku tidak akan pernah punya alasan untuk membuat kekacauan."

"Kau punya."

"Tidak juga."

"Kau masih saja keras kepala!"
Romeo menghela nafasnya menyerah, meletakkan gelasnya dan menghempaskan kunci mobil keatas meja kaca dihadapan mereka.

GOING CRAZY [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon