Ia sering sekali tersenyum, dan aku suka.
"Iya bunda?"
'Kau sedang dimana?'
"Aku sedang di cafe dekat kampus bunda, ada apa?" lelaki di hadapanku menatapku dari tadi, sedikit risih, tapi bagaimana cara aku mengatakannya?
'Cepatlah pulang sayang, malam ini kita kedatangan tamu teman kerja ayah, dan akan makan malam bersama.'
"Baiklah, dan aku harap ini bukan perjodohan lagi bunda." Dan nama pria yang pernah dijodohkan denganku adalah 'Teran', tapi aku dengannya tak bisa menjalin hubungan, walau ia menyukaiku dan mengajakku untuk berkecan dan melangkah perlahan tapi hatiku tak tergetak padanya, hanya bisa menganggapnya seorang kakak, lagi pula ia berbeda 2 tahun dariku, perhatian segalanya yang ia berikan, aku suka, namun hanya sebatas seorang kakak dan tak lebih, akhirnya ia memilih sama seperti keputusanku saat ia menyatakan untuk yang kedua kalinya cinta padaku, tapi sampai saat ini hubungan aku dan Teran baik-baik saja, dan ia selalu menemaniku jika ia punya waktu luang dari pekerjaannya, menemaniku sebagai seorang kakak, keluargaku dengannya tau tentang ini dan membiarkan kami memilih jalan masing-masing.
Ia bagaikan akar pada pohon bagiku, tanpanya, aku tak dapat tumbuh, dan tampanya aku akan mati.
'Tidak sayang, hanya saja ayah menjalin kerja sama baru dengan salah satu pemilik restoran terkenal di Indonesia. Dan ah ya, hampir lupa, Teran menjemputmu ke kampus, sebaiknya kau hubungi dia, dia sangat merindukanmu katanya.'
Aku terkekeh kecil. "Oh aku juga merindukannya bunda. Baiklah, sampai ketemu di rumah bunda"
'Iya sayang.'
Aku menutup ponselku, dan kembali menatap pria di hadapanku. "Oh maaf tuan, ku rasa aku harus segera pergi." ujarku tersenyum dan bangkit dari dudukku, coklat panasku telah habis.
Ia hanya mengangguk kecil. "Perlu aku antar kau nona? Suatu kehormatan bagiku, bisa mengantarmu sebagai pelangganku." aku menggeleng kecil.
"Tidak terimakasih tuan, aku segera bangkit, lalu berjalan ke kasir, namun yang membuat aku bingung, penjaga kasir bilang aku tak perlu membayar, padahal aku memesan. "Pesananmu telah di bayarkan tuan Faruq nona."
Aku menoleh padanya yang kini telah di belakang ku, aku twrsontak terkejut mendapatinya, padahal beberapa detik yang lalu ia masih duduk di tempat tadi. "Hei, padahal kita baru berkenalan tuan. Biarkan aku yang membayarnya." Aku takut jika ia menggratiskanku dan selalu jika aku kemari lalu ia meminta imbalan dengan cara lain seperti pada film-film.
Di terkekeh menggeleng. "Tidak perlu nona, dan saya mohon untuk menyingkirkan segala hal buruk jika anda berfikir yang macam-macam, anggap saja sebagai traktiran perkenalan."
Heh? Dia tau apa yang di kepalaku? Tidak ku rasa tidak.
"Kau bisa membaca pikiran?" ia menggeleng dan tertawa, di ikuti dengan karyawan yang berada tak jauh dari kami. Aku menyeritkan alis tak mengerti.
"Nona Ghina, tuan Faruq bukanlah orang yang pandai membaca pikiran, namun ia bisa melihat dari mata apa yang di pikirkan sekilas, tak semuanya, dan itulun jika ia fokus." karyawan yang ku ketahui namanya 'Davin' berkomentar.
Ku rasa semua karyawan disini samgat akrab dengan Faruq, dan bersikap seolah-olah mereka berteman, bukan seperti atasan dan bawahan.
"Huh, sudahlah, aku tak punya banyak waktu. Terimakasih untuk coklat panas gratisnya tuan, permisi." ujarku melangkah keluar cafe.
Aku merasaka tatapan ke arahkh, ah mungkin karena percakapan kami tadi. Dan aku juga merasakan bahwa seseorang mengikutiku di belakang, tapi ku rasa hanya insting saja.
Segera aku mengambil ponsel dari saku, dan saat itu juga Teran menelponku. Aku tersenyum dan segera mengangkatnya.
"Hei, Dimana kau nona Ghein kecil? Ahh aku kewalahan mencari kau yang tak kunjung ku temukan di kampusmu yang besar itu." aku mendengar suara desahan lelah dari Teran dari sebrang sana. Teran memang memanggilku Ghein, katanya ia ingin berbeda pangkatnya dari yang lain. Aku terkekeh, letak cafe yang ku kunjungi tadi sangat dekat dengan kampus.
"Hahah salah siapa yang tak mengatakan sebelumnya? Aku sedang di cafe biasa Teran, kau dimana?"
"Kau patah hati lagi nona kecil?"
"Nanti akan aku ceritakan semuanya padamu, dan dimana kau sekarang Teran? Ohh aku merindukanmu." Lalu alu mendengar tawanya dari sana.
"Aku akan kesana nona kecil, jangan melangkah lagi, dan aku juga merindukanmu."
-
Vote and commentnya ya, hargain yang ngetik untuk para readers (¬‿¬)
FYI : Sedikit tambahan, tokoh 'aku' yang awalnya namanya Reina aku ganti jadi Ghina.
Juga pelayan cafe yang awal namamya Refan, aku ganti jadi Hiquf.
Terimakasih
YOU ARE READING
Like Tree
Teen FictionAku merasakan ada yang mengganjal sejak awal pertemuan aku dengan pria itu. Seperti kisah cerita dramatis yang sering ku tonton, dan lain sebagainya, merasa aneh jika diri yang merasakannya. Padahal aku sudah membangun pertahanan, seperti kayu yang...
Part 1
Start from the beginning
