Hujan lebat mengguyur kota ini. Jalanan basah dan becek. Pengendara motor mencari perlindungan sedangkan pengendara mobil terus melanjutkan perjalanan.
Minggu ini hujan menjadi suatu hal yang ditakutkan jika tak membawa payung. Aku menjadi salah satu dari banyak orang yang memilih menyimpan payung dalam tas sebagai bentuk kewaspadaan ketika hujan turun.
Tangan kananku menampung air yang turun dari payung yang basah karena hujan, dan tangan kanan memegang payung. Aku menyukai hujan. Bersama dengan hujan, aku mulai melupakan sedikit tentang 'dia', setidaknya hujan sangat membantuku yang tengah dilanda keterpurukan.
Tring...
Aku membuka pintu cafe tempat favoritku jika sedang sendirian, sebelumnya aku melipat payungku, dan mengeringkannya sejenak, lalu melipatnya, aku berjalan dan menduduki meja yang kosong dekat kaca yang besar menampakkan kegiatan di luar sana.
Cafe ini cukup ramai oleh pelanggan, aku berani bertaruh. Kalau kali ini menu yang laris adalah coklat panas. Dan itu salah satu minuman favoritku, terutama saat hujan.
Aku melambaikan tangan pada salah satu pelayan cafe yang ku tau namanya 'Hiquf'. Dia seakan tau langsung mengangguk, tanpa ada yang ku ucapkan. Aku tersenyum dan menoleh ke arah jalanan yang basah.
Mengingat hujan, aku jadi mengingat tentang 'dia'. Ada banyak kenangan manis saat hujan waktu dulu. Namun kenangan manis dalam sekejap hilang digantikan dengan kenangan yang pahit yang dia berikan.
Aku menghela nafas panjang. Hilangnya dia saat itu membuatku merasa tak berdaya. Dan ia kembali saat terpurukku, menambah luka bahwa ia ingin kami berakhir karena ia telah bertunangan karena di jodohkan. Bahkan dia tak meminta maaf, namun menambah luka, menambah goresan di hatiku. Tak terlihat raut wajah yang menghawatirkanku, atau yang mencintaiku, seperti dulu, yang ada tatapan dingin seakan dia membenciku karena ulahku.
Hei, bahkan aku tak melakukan apapun yang pantas ia benci.
Padahal selama kami menjalin hubungan, aku dengan 'dia' tak pernah bertengkar.
Aku merindukannya, tapi hati ini menolaknya! Aku rasa ia bukanlah yang akan menjadi sahabat hidupku.
Setelah dengannya yang berjalan cukup lama, sekitar 9 bulan, digantikan oleh pria lain saat 3 tahun setelah kejadian. Tapi setelah satu tahun kejadian, aku pernah dijodohkan dengan rekan kerja ayah, tapi aku menolaknya. Dan hubunganku dengan pria ke-2 yang pernah menjadi kekasihku baru berakhir tadi, saat aku melihatnya untuk yang ke-3 kalinya selingkuh dibelakangku, awalnya aku memendamnya, menganggap bahwa bukan dia, tapi untuk yang ke-3 kalinya, aku membulatkan keputusan, aku memutuskannya. Padahal baru berjalan 1 bulan.
"Ini nona Ghina." tiba-tiba saja pelayan yang ku kenal 'Hiquf' tadi datang meletakkan pesananku di atas meja.
Aku mengalihkan pandanganku dari kaca ke arahnya. "Oh trimakasih Hiquf." dia mengguk tersenyum.
"Ada lagi yang ingi kau pesan nona?" aku menggeleng kecil tersenyum padanya.
Ia mengangguk mengerti. "Baiklah jika ada yang ingin kau minta, kau hanya perlu memanggilku nona. Aku pergi dulu." aku mengangguk lagi.
Sedikit perkenalan, aku Ghina Hareya, masih mahasiswi di salah satu universitas di kota ini.
Aku menyedu coklat panas dan kembali melihat ke arah kaca, mataku kini beralih pada mobil yang berhenti di depan cafe pojokan, keningku berkerut. Yang boleh mermarkir kendaraan hanya pemilik cafe ini, karena ada palang kecilnya.
"Apa dia pemiliknya?"
"Tapi aku baru melihatnya, padahal aku sering kemari." lirihku, aku mengedikkan bahu acuh.
Pemilik mobil keluar, saat ia akan berbalik setelah menutup pintu, pandangan kami bertemu. Aku tersentak dan langsung mencari pandangan yang lain. Takut jika ia ke-GeEran, tapi apa peduliku?
STAI LEGGENDO
Like Tree
Teen FictionAku merasakan ada yang mengganjal sejak awal pertemuan aku dengan pria itu. Seperti kisah cerita dramatis yang sering ku tonton, dan lain sebagainya, merasa aneh jika diri yang merasakannya. Padahal aku sudah membangun pertahanan, seperti kayu yang...
