Perasaan memang tak bisa di hindari~
#######
Jonny terus menatapku, menunggu jawaban dari pertanyaannya. Mata tajamnya menuntun pernyataan. Keningnya berkerut.
"Apakah Teran tau?" aku menatap Jonny. Tentu saja aku tak menceritakan apa yang telah terjadi pada kakTer. Dan tentu saja aku tak mengatakan padanya bahwa aku juga mencintai pria itu.
"Pria itu tidak menyakitiku.." ujarku, lalu menyuapkan mufin ke mulutku.
"Jonny ku rasa aku harus pergi, ada hal yang akan ku kerjakan. Lain kali kita lanjutkan." ujarku lalu bangkit, meraih tas kecilku.
Jonny hanya menatap kosong bangku yang ku duduki tadi. "Sampai jumpa." aku langsung berjalan menuju kasir dan membayar makananku, juga aku membayarkan makanan Jonny. Tentu saja tanpa sepengetahuannya.
***
Aku mengerjapkan mataku, meraih ponsel di sisi bantal. Ternyata sudah pukul 5.00. Setelah aku pergi dari cafe tadi siang, aku memutuskan untuk langsung pulang dan merebakan diri di ranjang, aku terlalu lelah, dan akhirnya aku tertidur.
Aku duduk menyandar pada kepala ranjang dan meraih segelas air putih di nakas, meneguknya.
Aku menatap jendela kamar, hari mulai gelap, awan hitam telah menutupi cahaya matahari, hari akan hujan. Aku sangat malas berkegiatan sekarang, mengingat bunda kini pergi bersama ayah ke luar kota untuk menghadiri undangan di sana dan meninggalkanku di rumah sendiri.
KakTer sedang sibuk mengurus kontrak kerja sama yang baru terjalin dengan salah satu perusahaan produk minuman soda. Lagipun jika ada kakTer pasti ia akan menyidangku dengan berbagai pertanyaan karena perubahan sikapku belakangan ini.
Aku merasakan perubahan itu. Haha pria itu benar-benar membuatku berubah. Jika biasanya pria yang berubah sikapnya karena di tinggali wanitanya, maka kisahku adalah kebalikannya.
Bahkan aku berfikir bahwa pernyataannya saat itu hanya gurauan yang sengaja ia ucapkan untuk menarik perhatian, lihatlah. Sekarang ia pergi, pergi ntah kemana.
"Sudah bangun?" aku terlonjak kaget dan langsung menoleh ke kiri, ke arah sumber suara.
Aku sontak menganga melihat siapa yang baru saja keluar dari kamar mandi kamar mandiku, pria memakai kaos oblong putih dengan handuk yang di lehernya. Aku menelan salivaku susah payah, bagaimana ia bisa masuk ke kamarku.
Dan kapan ia kembali?
Kenapa ia bisa disini?
"Kau?!" pria itu melangkag mendekat ke arah ranjang sebelah kiriku. Pria itu tersenyum terkikik melihatku.
"Kapan kau tiba? Dan Bagaimana kau bisa masuk?"
"Tunggu, apakah aku sedang bermimpi?" aku turun dari ranjang, mencoba menjauh darinya.
Pria itu telah duduk di kepala ranjangku. Ia menatapku.
"Atau kau adalah setan yang menjelma?"
Sedetik setelahnya, pria itu tertawa lepas.
"Hei Reya, ini aku. Faruq. Apakah kehadiranku sangat mengejutkanmu?" masih di ranjangku, ia merangkak ke arahku.
Aku menepuk pelan kedua pipiku, rasanya aku belum terbangun dari mimpiku, tapi yang ku rasakan benar-benar terasa nyata. Pria itu kembali, setelah 3 minggu kepergiannya, dan tidak ada kabar apapun darinya, kini ia telah di hadapanku, duduk menatapku.
Kurasakan matanya menatapku dengan penuh kerinduan.
Lalu ia bangkit dari ranjang, dan langsung memelukku, dari pelukan yang hangat sampai ia memelukku sangat erat karena aku tak berbuat apapun, aku tak menjauhkannya dariku, karena ku rasa aku juga merindukannya.
YOU ARE READING
Like Tree
Teen FictionAku merasakan ada yang mengganjal sejak awal pertemuan aku dengan pria itu. Seperti kisah cerita dramatis yang sering ku tonton, dan lain sebagainya, merasa aneh jika diri yang merasakannya. Padahal aku sudah membangun pertahanan, seperti kayu yang...
