[2]

20.4K 1.2K 107
                                    

"Ma-maaf aku gak bisa," Arin benar-benar sesak menyadari dia harus memberikan jawaban yang tak semestinya itu. Dadanya tersekat dengan buliran air mata yang mengalir menyusuri pipi. Wajah Rio berubah derastis, nafasnya terhenti hanya sampai kerongkongan mendengar perkataan Arin.

"Ap-apa, Rin?" Sekali lagi Rio meminta penjelasan dari apa yang Arin katakan. Mungkin saja Arin salah bicara atau Rio yang salah mendengar. Bukan itu jawaban yang ingin ia dapatkan.

"Aku gak bisa terima lamaran kamu. Maaf banget." Air matanya semakin mengalir deras. Bibir Arin bergetar memberikan jawaban paling menyakitkan untuk Rio. Ditonton banyak orang bukanlah hal baik kali ini, sungguh ini bukanlah tontonan drama gratis bagi para orang-orang di restoran. Arin langsung beranjak pergi ke luar sambil terus mengelap air matanya.

"Rin! Tunggu Rin!" Rio berhasil mengejar Arin yang sudah berada di luar. Dia menarik tangan Arin sampai wanita itu berbalik badan. Dia hanya menutupi setengah wajah yang berurai air mata.

"Kamu kenapa, Rin? Kamu becanda kan? Kamu terima lamaran aku kan?" Dia mengguncang-guncang bahu Arin tak percaya. Meminta penjelasan lebih atas penolakannya, sekaligus memastikan kalau ia tidak salah dengar.

"Aku gak bisa terima lamaran kamu, Yo. Jelas?" Benar saja setiap kata yang terlontar bagai pisau yang menyayat berkepanjangan. Kali ini dia tidak salah dengar, jawaban Arin jelas adalah sebenar-benarnya jawaban.

"Kenapa bisa? Jelasin ke aku sekarang!" Rio benar-benar di ambang keputusasaan.

"Karena aku udah dilamar orang lain," jawab Arin pelan. Dia menunduk takut atas respon Rio nantinya. Angin malam menyapa kulit mereka, suara desirnya mengiri sunyi yang mereka buat sendiri.

Hening.

"Kok--bisa? Kenapa?" Lelaki itu menggeleng-geleng putus asa. Rencananya yang dikira akan indah tapi langsung hancur pada realita.

"Kenapa? Kamu nanya kenapa? Karena dia berhasil ngebuat aku jatuh cinta lagi." Arin mempertegas kalimatnya. Mungkin saatnya dia mengungkapkan rasa yang terlambat.

"Tapi kamu gak bisa jatuh cinta sama aku?" Pertanyaan itu sungguh pertanyaan terbodoh yang pernah Arin dengar.

"Aku jatuh cinta sama kamu, Yo. Tapi itu dulu. Dulu. Sewaktu aku masih jadi sahabat kamu. Sewaktu kamu gak pernah bales perasaanku!" Hati Rio langsung hancur mendengarnya. Bagai ada sengatan listrik yang menghentikan kinerja otaknya. Sungguh dia tidak mengetahui kalau dulu gadis ia suka dalam diam juga menyukainya diam-diam.

Lucu memang, mereka saling mencintai tapi tidak ada yang tahu di antara keduanya. Rio yang memendam rasa dan Arin yang tidak berani berkata. Atau terbalik? Oh ayolah, kenapa harus selalu wanita yang memulai? Kenyataannya Rio telah melewatkan gadis yang dulu pernah mencintainya. Kenapa hidup bisa sebegini lucu pada kisah romansa umat manusia.

"Waktu SMA kamu suka sama aku? Kenapa gak bilang dari dulu?" Rio tidak percaya dengan fakta ini. Dia menyukai Arin tanpa tahu Arin juga menyukainya. Terikat dalam hubungan yang bernama pertemanan lalu terjebak di dalamnya.

"Ya. Aku suka ama kamu. Dulu," kata Arin sambil mengelap air matanya. Dia menghela nafas berat dan mulai menjelaskan. "Jangan pernah nanya kenapa aku gak bilang. Karena aku anti nyatain perasaan duluan. Padahal aku sudah ngasih kamu kesempatan untuk menyatakan, tapi kamu hanya bilang kalo kita sahabat. Kamu gak tahu kan aku sakit denger jawaban kamu, kalo ternyata aku cuma temen kamu. Gak lebih. Padahal aku berharap." Saat itulah Rio benar-benar mengerti kebodohannya. Bahwa gadis yang dulu dan sekarang masih menetap di hatinya juga mencintai dia.

"Aku juga suka sama kamu waktu itu. Tapi entah kenapa aku gak berani ngungkapin. Aku cukup nyaman dengan pertemanan kita. Dengan aku di dekat kamu rasanya aku udah seneng. Tapi ternyata gak sesimpel itu." Miris saat waktu tak bisa lagi diputar untuk mengubah keadaan. Saat yang tersisa hanya penyesalan.

Di sinilah keduanya sama-sama tersakiti karena perasaan mereka. Arin yang menelan pil pahit karena dia harus merelakan Rio dan membunuh perasaannya sendiri. Serta Rio yang menghilang tapi kini kembali dengan harapan Arin bersedia menjadi pendampingnya. Tapi terlambat, Arin sudah jatuh ke pelukan orang lain duluan. Keduanya sama-sama harus merelakan rasa yang terpendam dan menyimpan kisah mereka dalam kotak kenangan.

"Karena kamu masih sibuk sama perasaan kamu sendiri dan belum bisa meraba perasaan orang lain." Perkataan Arin lagi-lagi menancap hatinya. Seharusnya dia sadar akan tawa Arin saat di dekatnya, dan segala hal yang menyangkut Arin harusnya dia lebih peka.

"Aku terlambat banget berarti ya," gumam Rio miris.

"Iya. Kamu pergi terlalu lama, kamu terlalu sibuk sama kehidupan baru kamu. Sampai gak sadar kalau jauh di sana sedang ada yang menunggu. Hingga akhirnya wanita itu lelah, dan pergi dari tempatnya," jelas Arin memberi jeda sejenak. "Kalau kamu mau tahu, aku masih berharap kamu ngerti perasaan aku walau kamu udah kuliah di Riau. Setidaknya aku masih tau kabar kamu, tapi kamu bener-bener ngilang. Tanpa kabar. Setidaknya aku harap ada kesempatan supaya aku bisa ngomong tentang perasaanku ke kamu. Aku nunggu kamu, Yo."

Setitik air mata menganak sungai di pipi Arin. Masa lalu yang menyakitkan baginya terputar kembali dalam pikiran padahal ia telah menyimpan itu rapat-rapat.

"Saking lamanya aku sadar, kamu mungkin gak bakal balik ke aku. Dan aku memutuskan untuk bergerak dan gak stuck di tempat."

"Padahal aku berharap kamu masih nunggu aku, dan kita gak kayak gini."

"Nunggu? Aku bukan orang yang bisa nunggu lama-lama dengan ketidakpastian. Waktu berjalan, kenapa kita juga tidak berjalan dan memulai lembaran baru? Kenapa kita harus berdiam pada satu tempat padahal tempat lain banyak yang tidak terisi? Sebagian wanita bertahan karena tuntutan hatinya. Tapi sebagiannya lagi masih menggunakan otaknya dan mulai melangkah pergi." Itulah kejujuran yang akhirnya Arin suarakan. Agar Rio mendengar, agar Rio mengerti, kalau Arin pernah mencintainya tapi sekarang rasa itu sudah sirna.

"Semudah itukah? Bagaimana dengan orang yang hatinya selalu kembali pada orang yang sama? Aku contohnya. Yang ternyata hati aku masih ada nama kamu."

"Lalu kenapa gak segera kembali?"

Rio terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan Arin.

"Kita juga baru ketemu karena Sena yang minta kan? Ketemu lagi pas nikahan mereka. Dan ternyata perasaan aku ke kamu biasa aja. Sama seperti aku masih menganggap kamu sahabat tanpa berharap. Dan sekarang juga kayak gitu."

"Kenapa gak ngomong kalo kamu udah tunangan? Padahal saat nikahan Kena Sena juga kamu bisa cerita kan?"

"Karena aku rasa momennya belum tepat."

"Kena dan Sena tau kamu udah tunangan?"

"Belum, yang harus tahu duluan kamu. Sekarang kamu tahu, mungkin besok aku kasih tahu Kena."

"Siapa cowok yang beruntung dapetin kamu?"

"Percuma, kamu gak bakal kenal. Yang jelas, dia berhasil ngebuat aku jatuh cinta setelah kamu." Arin tersenyum tulus.

"Seandainya masih ada kesempatan,"

"Selalu ada kesempatan, tapi bukan dengan aku. Terima kasih udah ngasih kejutan tadi, dan atas kejujuran yang terlambat. Terima kasih atas semuanya. Maaf atas penolakannya. You must move on, Yo." Wanita itu pun pergi meninggalkan Rio yang masih mematung menatap kepergiannya.

Malam ini, melalui sakit dia bisa mengambil pelajaran. Bahwa, waktu tidak akan terulang, kesempatan yang sekiranya ada haruslah dipergunakan sebelum datang penyesalan. Tentang pentingnya meraba perasaan orang-orang sekitar. Tentang kebodohan melewatkan seseorang. Inilah maksudnya, ada kalanya ketika menunggu seseorang, lalu kita mendapat akhir bahagia karena penantian kita tidak sia-sia. Tapi jangan lupakan yang menunggu tapi dia tidak menemukan ujungnya. Dipaksa menunggu oleh waktu yang berjalan lambat. Sampai akhirnya tersadar bahwa penantiannya sia-sia dan melangkah pergi. Membuka lembaran baru yang akhirnya mendapat kebahagiaan lain.

--------------------END------------------------

Yang mau tahu Kena Sena silahkan cek The Coldest Boyfriend yaaa. Dua part cukup lah ya ;)







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Here AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang