"Bagaimana menurutmu Lucian?" Dad yang pertama kali berbicara.

Aku menggeleng. "Aku merasa tidak yakin Dad. Aku takut jika ini hanya mimpi. Aku takut aku terlalu bahagia mendengar berita ini, tapi pada kenyataannya semua ini tidak benar. Ini semua sulit dipercaya." Jawabku.

"Lucian, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini." Kata Mom mengusap punggungku. "Moon Goddes pasti punya rencana sendiri kenapa kalian dipertemukan dengan cara seperti ini."

Aku melihat langsung ke mata Mom. Dan ada harapan di sana. Ya, mungkin benar apa yang dia katakan. Mungkin ini memang sudah takdirku. Bahkan seharusnya aku bersyukur karena aku diberi kesempatan kedua.

Ya, itu benar! Dan aku tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini. Tekatku dalam hati.

'Aku siap membantu kapan pun kau butuh Lucian.'  Kata Alec. Sepertinya serigala ini juga sangat bersemangat.

"Pergilah Lucian. Bawa menantu kami kemari. Kami tidak sabar untuk mengatakan pada semua orang jika pack ini telah memiliki Luna baru." Kata Dad tegas dan yakin.

Aku mengangguk dengan cepat. Setelah berpamitan aku buru-buru keluar. Aku harus segera pergi menemuinya.

Gadisku. Mate-ku. Bahkan memikirkannya saja sudah membuat hatiku menghangat. Oh Moon Goddess, terima kasih banyak.

_________


Chara's POV

Tubuhku tersentak kaget saat suara decitan ban mobil yang cukup keras terdengar. Kenapa belakangan ini sering kali seseorang yang mengendarai mobil mengerem mendadak jika di sekitarku?

Saat aku menoleh, aku melihat sebuah mobil sport  berwarna hitam berhenti di depan pagar rumah. Sepertinya aku pernah melihat mobil itu sebelum ini.

Mataku membelalak saat melihat seseorang keluar dari dalam mobil. Itu laki-laki yang menolongku kemarin. Ada apa dia kemari?

Aku sedikit pusing antara memfokuskan penglihatanku ke depan atau menenangkan Jade yang mulai mengaum dan berteriak dengan keras dan tidak jelas di kepalaku. Membuat kepalaku rasanya seperti akan pecah.

'Hentikan Jade. Dia bukan mate kita!'  Teriakku gusar.

Seolah tidak memperdulikan peringatanku, Jade terus menggeram dan mengaum. Ya Tuhan. Aku menjatuhkan selang yang kupegang untuk menyiram bunga, dan menekan kepalaku yang mulai terasa berdengung.

Saat aku merasakan tubuhku seperti akan ambruk, saat itulah sebuah tangan menahanku dengan kuat. Aku tersentak kaget karena tubuhku menabrak sesuatu yang keras. Aroma memabukkan ini ...

"Milikku!"  Bisik sebuah suara di telingaku dengan geraman.

Aku mendorong tubuh itu dengan kasar dan mundur beberapa langkah. Apa katanya barusan? Jangan bilang jika laki-laki ini ...

Mata laki-laki itu melotot, rahangnya terlihat mengeras. Mengapa jadi dia yang marah, yang datang menyerang tiba-tiba kan dia, bukan aku. Aku mulai panik saat dia berjalan kembali ke arahku dengan tergesa.

"Berhenti!" Kataku sambil merentangkan tanganku ke depan.

Laki-laki itu menggeram. Penampilannya cukup berantakan. Bajunya kusut dan rambutnya terlihat acak-acakan. Tapi wajahnya tetap terlihat sangat tampan. Astaga, aku tidak bisa fokus karena mencium aromanya.

"Sebenarnya siapa kau? Dan, apa maumu?" Tanyaku sedikit takut. Aura laki-laki ini benar-benar mengintimidasi.

"Aku ... mate-mu!" Ucapnya dengan penuh penekanan.

Aku membelalakkan mataku. Tidak! Tidak mungkin! Aku tidak memiliki mate. Mate-ku sudah menolakku. Kenapa laki-laki ini harus mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Jade?

"Aku tidak memiliki mate!" Kataku memperingatkan.

'Jangan bodoh Chara. Kau merasakannya sendiri, bagaimana tubuh kita bereaksi saat dia berada di dekat kita.'  Kata Jade yang tidak kuperdulikan, walaupun apa yang dikatakannya itu memang benar.

Laki-laki itu terlihat marah. Matanya berubah warna menjadi coklat keemasan. Laki-laki itu menutup matanya, sepertinya menghitung dari satu sampai sepuluh untuk meredam amarahnya. Dan saat matanya kembali terbuka, bola mata itu kembali berwarna coklat gelap mendekati hitam.

"Aku tahu kau juga merasakannya Chara. Aku mohon, biarkan aku menjelaskannya." Katanya kemudian.

Dari mana dia tahu namaku?

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah aku katakan jika aku tidak memiliki mate. Pergi! Cepat pergi dari sini!" Kataku setengah berteriak.

Aku berlari ke arah rumah dan buru-buru menutup pintu. Aku luruh terduduk dengan air mata yang sudah mengalir entah sejak kapan.

Semua ini membuatku bingung. Aku, aku tidak bisa. Aku tidak memiliki mate. Mate-ku sudah menolakku. Ya, itu benar. Itulah yang sebenarnya.

Tubuhku menegang dan tersentak saat mendengar suara teriakan keras. Teriakan memilukan. Seolah aku ikut terseret dalam kesakitan dari arti teriakan itu. Aku tahu itu suara laki-laki barusan. Laki-laki yang aku tidak ketahui namanya.

Tidak lama kemudian suara deru mesin mobil terdengar terdengar menjauh. Aku berdiri dan melihat melalui jendela, dia sudah pergi. Ada perasaan sedih di dalam hatiku melihatnya pergi. Tapi aku tidak peduli.

'Tidak seharusnya kau bersikap seperti itu Chara. Mengapa kau tidak mendengar penjelasannya dulu?'  Kata Jade.

'Apa yang perlu dijelaskan Jade? Kita tidak memiliki mate, kau juga tahu itu. Aku tidak bisa Jade. Aku takut. Aku tidak mau merasakan sakit hati lagi karena hal yang sama.'  Aku menangis terisak.

Sendirian dan kesepian ...

Terdengar Jade yang menarik napas panjang. Aku tahu dia juga masih bisa merasakan sakitnya perlakuan yang kami terima dari Aradi dulu. Walau kami merasakan sakit yang sama, Jade lebih kuat dibandingkan aku yang lemah ini. Aku tidak sanggup jika harus menanggungnya lagi.

Tidak, tidak ada mate! Dan laki-laki itu ... dia bukan mate-ku!

***

TBC


By

Skia





My Mina ✓Where stories live. Discover now