PART 13

468 29 3
                                    

Saat membuka pintu kamar Essa aku tercengang dengan apa yang aku lihat. Essa sudah terbangun namun Nindy sedang berlutut dihadapan Essa, disitu juga ada Bella yang sedang melipat tangannya didada seolah sedang menunggu jawaban seseorang.

"Kak Essa tau siapa yang udah bikin kakak koma selama hampir 3 bulan ini? Ya cewek yang lagi berlutut dihadapan kakak"

"Aku gak bermaksud nyakitin kamu ko Ssa, aku tadinya mau nyelakain si Nissa sialan. Tapi kamu malah ngehalangin jalan aku. Sumpah sayang aku gak ada maksud"

Essa masih tak bergeming.

"Heh dasar cewek gak tau diri, malah nyalahin kak Nissa lagi lo. Jelas-jelas lo yang salah juga. Gak sudi gua ngebiarin kakak gue deket cewek kayak lo. Pergi dari sini lo".

Bella melirik kearahku dan baru menyadari bahwa aku terpaku sedari tadi di depan pintu.

"Kak Nissa, masuk ka. Kak Essa udah sadar."

Aku melangkah masuk berjalan ke arah Essa. Nindy bangkit dari posisinya memberikanku ruang untuk berada disisi Essa.

"Eh kunyuk, lama banget lo tidur. Tega ya lo ninggalin gua. Liat muka lo tambah tirus, badan lu kurus banget"
Aku hanya bisa terisak dihadapan Essa. Essa menarikku kedalam pelukannya.

"Maafin gua yaa. Gua udah bikin lo khawatir" , Essa menyusupkan wajahnya dileherku menghirup setiap aroma yang ada didiriku.

"Gua kangen sama lu"

Aku semakin mengeratkan pelukanku.

Lama kami ada diposisi ini. Begitu nyaman, aku baru sadar setelah sekian lama kami bersama dan aku berkali-kali memeluknya namun pelukkan ini terasa menghangatkan.

Kemudian aku tersadar dengan isakan Nindy yang sedari tadi masih menangis memohon ampun kepada Mahessa.

"Ssa, maafin aku. Aku gak ada maksud. Beneran deh. Aku tuh sayang banget sama kamu. Aku kaya gini tuh karena sayang sama kamu. Aku gak rela liat kamu sedih dimainin sama cewek ini" nindy masih dengan angkuhnya terus menyalahkan aku atas apa yang tertimpa pada Essa.

"Icca gak pernah salah apapun, karena dia gak tau apa pun. Semua resiko gua yang gak pernah berani nyatain langsung. Dan lo Nindy, lo gak berhak buat menghakimi Icca dan seharusnya lo minta maaf sama Nissa karena lo udah niat jelek sama sia. Dan gua juga gak akan menyalahkan lo atas tindakan lo. Tapi semua yang udah lo lakuin itu kejahatan besar. Lo harus dapet pelajaran."

"Gak, Ssa. Kamu gakkan laporin aku ke polisi kan sayang?"
"Kamu gakkan setega itu kan, Ssa?"

"Tenang kak, ayah sama ibu udah dilobby sama polisi lagi jalan kesini. Rasain tuh mak lampir". Bella pun ikut emosi dengan sikap Nindy.

Dan aku, masih menggenggam tangan essa. Erat. Aku takut kehilangannya. Lagi.

***

Sudah seminggu sejak Mahessa tersadar dan kini ia sudah boleh pulang.

Tapi ia memilih pergi bersamaku ketimbang beristirahat dirumah. Setelah berpamitan pada ibunya kami pun berjalan menuju tempat favorit kami.

Ditempat ini biasanya kami akan tertawa riang, saling mengejek tapi semakin gila ejekannya semakin kami terpingkal-pingkal sambil memakan makanan favorit kami, duduk santai di rumput taman ini. Namun kali ini atmosfir yang ada terasa berbeda.

"Ssa, gua mau balikin sesuatu." Sambil mengeluarkan sesuatu dari tasku tanpa memutus kontak mata kami.

"Ini jurnal lo. Bella yang ngasih. Sorry, jangan marah sama Bella. Dia cuma udah bingung liat lo yang koma hampir 3 bulan lebih".
"Dari sini juga gua tau sesuatu, gua udah baca semuanya".
"Gua butuh penjelasan lo"

My Secret Admirer Is My Best Friend Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin