Part 2

22.4K 1.2K 161
                                    

Mata Nia mengerjap-ngerjap oleh silaunya sinar matahari yang masuk dari balik tirai jendela, matanya menerawang ke langit langit rumah, lelah dan sakit terasa masih mendera tubuhnya.

Nampak Eyang sudah duduk di pinggir tempat tidurnya. Tak kuasa menahan sedih, Nia memeluk tubuh kurus Eyang, sambil bercerita apa yang terjadi semalam.

Eyang dengan sikap keibuannya, mendengarkan semua luapan kesedihan Nia, dan sesekali dielusnya wajah cantik Nia.

"Oh Tuhan.. Cobaan apa yang kau berikan pada hambamu ini, tabahkan dan sabarkan cucuku ini, Ya Allah," ujar Eyang Sri dengan ketegaran yg memang di tunjukannya dihadapan Nia.

Eyang merasakan sesak di dadanya, tapi tak ingin Nia tahu itu.

"Sayangku, ayo mandi dulu, nak, agar tubuh dan pikiranmu segar," kata Eyang Sri sembari menarik selimut di tubuh Nia

"Iya Eyang, aku akan segera mandi, tubuhku terasa lengket, karena semalam aku tidak mandi dan ganti baju."

Perlahan Nia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, sambil berdiri di depan kaca dilepaskannya satu persatu pakaian yang dikenakannya semalam. Nampak biru kehitaman di lengan dan wajahnya.

Guyuran air dari shower terasa menyejukan tubuhnya. Sambil terisak, Nia teringat kembali pada perlakuan Pras semalam, dan Nia bingung memikirkan kehidupan rumah tangganya ke depan yang sudah hancur.

Setelah menyeka tubuhnya dengan handuk, Nia berdiri di depan kaca wastafel kamar mandi, mengusap-usap dengan lembut pipi dan tangannya yang nampak biru lebam akibat pukulan Prasetyo semalam.

Pikirannya pun melayang pada sosok teman SMAnya yang sudah menjadi pengacara. Ya, Eko Pramudya Ananta yang merupakan teman sekelasnya dan dulu mereka sangat akrab.

Diambilnya handphone, lalu dicarinya nama Eko, ketemu, dan langsung dihubunginya.

"Halo, selamat pagi," terdengar suara di seberang sana.

"Apa kabar, Kania Saraswaty Baskoro", tanya Eko.

Sudah menjadi kekhasannya setiap kali menerima telpon dari Nia, Eko selalu menyebut nama lengkapnya.

"Baik Eko, maaf mengganggumu pagi-pagi begini," dengan sedikit berbasa basi, Nia langsung melanjutkan pembicaraannya

"Hmmm.. Eko lagi sibuk nggak nih," tanya Nia.

"Sibuk? Hahahaha..," renyah suara Eko tertawa di seberang sana.

"Kalau untuk seorang Kania, tidak akan bisa di tolak dong. Sahabat masa kecilku, apapun yang kau inginkan akan aku penuhi temanku," canda Eko diiringi tawa khasnya.

"Eko, bantuin aku ya. Tolong uruskan perceraianku dengan mas Prasetyo," Nia berkata dengan lirih.

Kaget dan setengah tidak percaya, Eko lantas berkata, "Yang benar, Nia, apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian? Setahuku Prasetyo adalah pria yang baik, laki laki yang setia dan bertanggung jawab. Sebenarnya ada apa?" kejar Eko dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Gini aja, sekarang kamu ada di kantor nggak?" tanya Nia.

"Yup! Aku di kantor. Agar lebih jelas, kita ketemu aja," kata Eko dengan suara lembut.

"Baiklah. Tunggu aku 1 jam lagi ya, aku akan segera menuju kantormu, Ko, sampai ketemu di sana ya."

"Okay! Nanti langsung ke lobby dan katakan pada receiptionist sudah create janji denganku, agar segera di antar ke ruanganku."

KANIATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon