[1]

13.8K 816 17
                                    

"Mobilku mogok. Pergilah ke St. Castiglione. Tolong urus semuanya. Aku sedang di cafe ujung jalan sekarang. Mobilku aku tinggalkan di dekat persimpangan jalan. Ya." Nick mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Kring!

Ia masuk ke dalam cafe dan duduk di meja yang berada di tengah ruangan. Sebenarnya, ia ingin duduk di pojok cafe agar bisa leluasa menghirup rokoknya, namun hanya meja itu yang tersisa. Nick memanggil pelayan dan memesan black coffee tanpa gula. Setelah pelayan pergi, Nick pun menyalakan rokoknya.

PRANG!

Nick mendongak dan melihat seorang pelayan perempuan yang berada dua meja di depannya sedang membersihkan pecahan beling yang sudah berceceran di lantai. Pelayan itu terlihat terus-menerus meminta maaf namun seorang bapak-bapak yang ada di depannya masih saja mengumpat marah karena bajunya tertumpah kopi.

"Maaf, Sir. Saya benar-benar tidak sengaja. Maaf."

"Kalau Anda tidak becus bekerja, lebih baik Anda tidak usah menjadi pelayan!"

Nick mendengus sebal karena laki-laki tua buncit itu masih saja memaki-maki sang pelayan, "Dasar tua bangka. Ck!"

Tak lama kemudian, terlihat seorang pria tergopoh-gopoh datang menghampiri mereka.

"Maaf, Sir. Saya manager cafe ini."

"Kebetulan sekali. Ini, tolong pecat saja pelayan tidak becusmu! Membawa kopi saja tidak bisa!"

Nick mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Sudah tidak bisa ditahan lagi. Emosi Nick benar-benar meluap karena laki-laki tua itu sudah sangat keterlaluan. Hanya karena kopi tumpah saja kenapa sampai berlebihan seperti itu. Badan sang pelayan sampai terlihat gemetar karena ketakutan dan menahan tangis.

Nick berdiri dari duduknya hendak menghampiri kegaduhan yang terjadi itu. Namun langkah Nick terhenti saat tak sengaja ia bertatapan dengan sang pelayan.

Deg!

Wajah itu.

Nick menyipitkan matanya berusaha melihat lebih jelas wajah sang pelayan. Saat itulah, jantung Nick serasa dihantam palu hingga pecah berkeping-keping.

"Maaf, Sir. Maafkan pelayan saya. Dia memiliki ketidak sempurnaan pada matanya. Jadi harap dimaklumi."

"Maksud Anda?"

"Ya, pelayan saya buta. Tapi saya yakin dia memiliki kemampuan melihat lebih sempurna daripada Anda. Jadi, saya tidak mungkin memecatnya. Sa-"

Badan Nick membeku. Ia sudah tidak bisa lagi mendengar percakapan antara manager cafe dan laki-laki tua itu. Telinganya tuli. Tuli karena satu kenyataan yang baru saja ia ketahui, seakan menghancurkan seluruh hidupnya.

Dia memiliki ketidak sempurnaan pada matanya

Ya, pelayan saya buta.

Buta.

Kata-kata itu terngiang-ngiang terus di kepala Nick. Wanita itu buta. Ia telah menghancurkan hidup seseorang yang bahkan telah memiliki beban yang begitu berat. Wanita yang ia tiduri waktu itu, buta. Ia telah memperkosa seorang wanita buta. Ia telah menghancurkan hidup seorang wanita buta.

Kau benar-benar bajingan, Nick!

***

Sudah berjam-jam Nick duduk termenung di halte. Bahkan ia sampai tidak menyadari kalau hari sudah berganti malam, suasana halte dan jalanan pun sudah sangat sepi. Ia merasa menjadi seorang bajingan yang seharusnya sudah mendekam di neraka. Ia tidak tahu bagaimana cara menebus kesalahan besarnya itu.

How It EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang