Plm-Two

204 17 4
                                    

"Hahhh?" Pekikku

"Kenapa? Ada yang salah?" Jawabnya

Aku memandangi wajahnya cukup lama, melihat paras yang cukup membuatku sorak-sorak tak karuan.

Dia menaikkan sebelah alisnya, Lagi.

Aku segera membuang muka, karna tidak ingin dia berpikir macam-macam tentangku.

Aku pun menjawab pertanyaannya tanpa melihat ke wajahnya.

"Gak apa-apa" ucapku cepat sambil memainkan ujung sapu tangan.

"Oh, mungkin.., nama gue Vano, salam kenal ya" Ucapnya ramah dan seakan dapat membaca pikiranku. Tuhh kann, mungkin kami memang memiliki ikatan.

"Gue Aca, salam kenal juga ya" aku ikut memperkenalkan diri walaupun aku tahu kalau dia sudah lebih dulu tahu namaku.

Aku kembali memainkan ujung sapu tangan yang menggantung di tanganku.

"Ehmmm" dia berdehem, ingin mengatakan sesuatu.

"Ngomong-ngomong disini berisik, lo gak ada niat buat kita nepi dari sini?"

Aku segera mengalihkan pandangan, Dia benar. Kita masih ada di tengah jalan, dengan suara gaduh klakson yang terus berbunyi di belakang mobil laki-laki yang mengaku kalau namanya adalah Vano.

Aku berniat untuk menyebrang dan minggir ke tepi jalan.

Tetapi dia menahan bahuku, membuat ku menolehkan kepala menghadapnya.

Sebelum aku membuka suara, dia berbicara lebih dulu dari ku.

"Lo pake seragam kayak gue, berarti kita satu sekolahan" ucapnya dengan yakin. Jeda.

"Berangkat bareng gue ya ca" kemudian ia menawarkan diri.

"Gak ngerepotin? Gue lumayan berat loh" Aku memang berkata jujur, walaupun seperti ini juga, aku tetap berat.

"Badan kayak gitu gak bakal buat mobil gue susah jalan karna kelebihan muatan Caa" Dia berkata dengan nada mengejek.

Huh aku jadi sebal.

"Gak usah ngambek lo, jelek banget ih. Gue tulus kok buat nganterin cewek yang gak kalah cantiknya sama bidadari" Dia memujiku

Oh oh ohhhhh, dia buat aku ngefly sampe ke ubun-ubun.

"Lo yakin, gue-" Aku ingin menjelaskan tentanggg...
... ya kalian tau lah bagaimana sikap ku.

Dan dia memotong perkataanku

"Ayo naik, gue gak mau sampe budek gara gara ngurusin kambing yang susah masuk ke kandang" dia mengejek ku lagi

Serasa terhempas ke jurang yang sangat dalam setelah terbang tinggi di bawa angin dari langit ke tujuh.

Dia menuntunku untuk masuk ke mobilnya, dan Bodohnya aku mengikutinya.

~~

Dan sekarang disinilah aku, duduk di mobil laki-laki yang baru ku kenal dengan perasaan
was-was akan hal yang terus mengitari kepalaku.

Di sepanjang jalan aku terus menunduk, menahan diri agar ia tidak menjadi korbanku.

Vano terus mengeryitkan keningnya melihat ku seolah bertanya-tanya, mungkin jika aku membuka suara sekali, 1000 pertanyaan akan keluar dari mulutnya.

Karna aku yang sedari tadi hanya diam menunduk, dia membuka suaranya duluan.

"Lo kenapa? Lo sakit ca? Atau pengennnn........ Pup?" Dia mengajakku bercanda rupanya.

Please, leave me!Where stories live. Discover now