part 6

217 10 9
                                    

Aku pergi ke rumah Axhiang. Disana aku sendiri. Sengaja aku tidak mengajak Albert dan Marcello, agar aku dapat berbicara banyak dengan Axhiang.
"Hai."sapa Ying.
"Oh hy Ying. Kamu mau kemana."tanyaku.
"Ke kedai, kamu?" tanya Ying lagi
"Aku mau ke rumah Axhiang." Jawabku sambil pergi meninggalkan Ying.

Tuk....tuk....tuk aku mengetuk pintu rumah Axhiang.
"Ya siapa ya."tanya bibinya Axhiang.
"Saya temannya Axhiang. Boleh saya bertemu Axhiang?"
"Maaf. Axhiang di rumah sakit dia kritis."

Aku pun terkejut dan meninggalkan rumah Axhiang.
Aku pergibke rumah sakit.
Di rumah sakit aku bertemu ayahnya Axhiang.

"Kamu siapa, temannya Axhiang?"tanya ayahnya Axhiang.
"Ya saya temannya Axhiang. Nama saya William."
Ayahnya pun bercerita banyak kepadaku tentang Axhiang.

"Sebenarnya.... Axhiang mengidap penyakit kanker darah. Namun ia merahasiakannya. Sampai penyakitnya sangat parah."ucap ayahnya.

"Terus Axhiang nanti bagaimana."
"Saya tau kamu sangat menyayangi Axhiang. Tapi kamu yang sabar saja ya."

Aku pun kembali ke rumah dengan berwajah masam.
"Lo, kamu kenapa Wil." Tanya Marcello.
Aku terus berjalan menuju kamar lalu menutup pintu dan menguncinya.

Sampai malam aku hanya mengurung diri di kamar.
"Hey. William mana. Sudah saatnya makan malam nih.?" tanya Paman Koyo.
"Tadi siang dia masuk kamar lalu menguncinya." Jawab Marcello.
Lalu Paman Koyo masuk ke kamar.
"Wil ini saatny..... lah pintunya gak kekunci. William juga gak ada." Ucap paman Koyo.
"Apa jangan jangan dia pergi?" Tanya Albert.
"Ah, tidak mungkin. Sebab dari tadi aku duduk di ruang tamu. Satu satunya jalan keluar kan cuma di ruang tamu. Aku tidak melihat dia keluar.

Sebenarnya......
Pukul 6 sore tadi aku keluar lewat jendela. Aku memutuskan malam ini aku ke rumah sakit.

"Axhiang, dia masih kritis."ucapku.
"Sabarlah. Berdoa saja semoga Axhiang cepat sadar."sahut ayahnya Axhiang.

Tiba tiba Marcello ada di rumah sakit dan melihatku.
Aku segera mengusap air mataku.
"Hai kenapa kau ada di rumah sakit. Kelihatannya kau habis menangis."tanya Marcello dengan penuh perhatian.
"Aku...aku hanya...."
"Sudahlah aku tau. Axhiang sedang kritis. Aku tadi ke rumah Axhiang."

Axhiang masih tak sadarkan diri.
Ia masih dalam keadaan kritis.
"Lebih baik kalian pulang. Besok kalian baru boleh kesini."ucap ayahnya Axhiang.

Aku dan Marcello pulang ke rumah.

Di pagi harinya aku bangun dan mandi. Aku sarapan.
"Hei kalian semua nanti pergi ke kampus naik taksi. Mobil di bengkel lagi rusak."
"Iya." Ucap Marcello dan Albert bersamaan.
Tapi aku hanya berdiam diri.
"William.....!!!!" Tapi aku tak menjawab.
"William......!!!!" Teriak paman Koyo sekali lagi.
"Iya kuusahakan bisa menjenguk Axhiang." Ucapku ketika terbangun dari lamunanku.

"Lo..  tadi paman bilang kalian naik taksi ke kampus." Ucap paman koyo.
"Iya...iya " jawabku.

Setibanya di kampus aku mengambil tempat duduk dan melamun.
"Dulu, waktu Axhiang masih ada. Ia selalu menghiburku.
Sekarang tak ada lagi yang mengirim surat di loker. Tak ada lagi yang mengagetkanku saat melamun. Tak ada lagi yang menemaniku duduk di bangku taman. Hatiku sekarang bagaikan taman tak berbunga." Ucapku dalam hati.

Tapi aku terbangun dari lamunanku ketika Mr. Cha datang.
Aku tak bisa konsentrasi memerhatikan penjelasan. Aku terus memikirkan Axhiang.

Di saat waktu pulang, aku duduk di bangku taman dekat sekolah.
"Kok William sekarang jadi sering melamun." Tanya Albert kepada Marcello.

"Dia itu lagi memikirkan Axhiang yang sedang kritis. Sudah lebih baik kita tidak usah mengganggunya." Jawab Marcello.

Tapi hatiku tergerak. Seperti ada yang membisikanku untuk ke rumah sakit.
Aku pun mencari taksi untuk sampai di rumah sakit.

Aku pun tiba di rumah sakit. Diam diam Marcello dan Albert mengikutiku.

Aku berharap semoga Axhiang sudah sadar dan dapat berbicara denganku.

Saat tiba di kamarnya Axhiang dan masuk, aku masih melihat Axhiang dalam keadaan kritis.
Masih dipasang alat pernapasan.

Tapi saatku melihat tiba tiba.....



Hei guys ! Pasti penasaran kan apa yang terjadi berikutnya. Tunggu part 7 nya ya. Vote and coment.

hiks.... hiks.... hiks...



1001 Cahaya di Langit BeijingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang