Tou Mina (1)

Mulai dari awal
                                    

Laki-laki itu berjalan santai ke arahku sambil membetulkan resleting celananya. Bahkan dia tidak malu melakukan itu, seolah dia memang ingin mengejekku.

"Wah ... coba lihat siapa ini? Apakah ini gadis jelek yang mengaku sebagai mate-ku itu?" Tanya Aradi.

Aku dapat melihat gadis yang sedang membetulkan gaunnya di belakang Aradi itu mendengus sinis ke arahku.

Jadi selama ini, Aradi juga sadar jika aku adalah mate-nya?

Selama ini aku masih tetap berharap jika rasa bencinya padaku memang hanya karena hal lain. Dan aku selalu berdoa semoga saja saat dia sadar aku adalah mate-nya, dia akan berubah. Tapi ternyata, aku bahkan sudah kalah di saat aku baru akan memintanya.

Aradi tau aku mate-nya. Dan dia masih tetap membenciku.

"Aku ... aku ... " Ucapku terbata.

"Apa? Kau mengira selama empat tahun ini aku tidak tahu jika kau adalah mate-ku? Dan kau berharap aku akan menyukaimu jika aku telah sadar bahwa kau mate-ku?" Tanyanya dengan wajah sinis.

"Dia mate-mu Aradi? Kami tidak pernah tahu, kami pikir kau belum menemukan mate-mu. Mengingat bagaimana kau selama ini, itu bukanlah perilaku seseorang yang telah menemukan mate-nya." Kata gadis yang saat ini berdiri di samping Aradi.

Suaranya yang dibuat mendesah itu membuatku mengernyit jijik. Aku memperhatikan wajahnya, lagi-lagi gadis yang berbeda dengan yang sebelumnya. Dia cantik, sangat cantik. Mungkin gadis seperti itulah yang diinginkan Aradi untuk menjadi mate-nya, Luna-nya.

"Coba kau lihat dia Tania, apakah kau berharap aku akan mengakui gadis seperti itu menjadi mate-ku? Lagi pula, apa kalian akan menerimanya sebagai Luna dari pack ini?" Tanya Aradi tanpa perasaan.

Tubuhku semakin gemetar karena aku menahan air mataku agar tidak tumpah.

'Andaikan Moon Goddess memberiku kekuatan untuk keluar, aku pastikan aku akan mematahkan leher mereka.' Geram Jade di kepalaku.

Ya ... tapi sayang sekali itu tidak akan pernah terjadi.

Aku merasakan genggaman tangan Amanda mengencang di tanganku. "Kau ... " Aku dapat mendengar geraman dari mulutnya. "Kau benar-benar keterlaluan! Seperti inikah perilaku seorang calon Alpha?!"

Aradi menaikkan sebelah alisnya mengejek.

"Su-sudahlah Amanda. Ayo kita pergi." Ajakku.

Aku tidak ingin Amanda kehilangan kendali diri di sini, dan membahayakan dirinya sendiri. Biar bagaimana pun, Aradi itu adalah werewolf  yang sangat kuat, mustahil jika Amanda ingin bertarung dengannya.

"Dengar gadis jelek--"

Ucapan Aradi terputus karena kakinya terbentur sesuatu saat akan melangkah lebih dekat ke arahku. Aku melihat ke bawah. Itu kado yang akan ku berikan untuknya.

Aku melihat Aradi menaikkan sebelah alisnya. "Apakah ini kado untukku?" Tanyanya.

Aku hanya diam tidak menjawab.

"Sepertinya iya. Kalau begitu ... terima kasih untuk kadonya." Katanya lagi sambil menginjak kado itu dengan sebelah kakinya. "Kado ini cukup berguna untuk membersihkan kotoran di sepatuku." Tambah Aradi sambil menginjaknya sekali lagi.

Ya Tuhan, aku membuatnya selama satu bulan. Sweater itu aku rajut sendiri. Dan dia menginjaknya bahkan tanpa melihat isinya.

"Kau ... " Tunjuk Aradi di depan wajahku. "Apa kau tidak malu selalu menampakkan wajahmu di depanku? Tidakkah kau sadar aku muak melihat wajahmu?"

My Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang